Sebelumnya penulis pernah membahas tentang bagaimana makanan yang kita makan mempengaruhi mental kita yang bisa dibaca di sini. Lalu karena sekarang adalah bulan Ramadhan, asupan makanan kita dibatasi sehingga otomatis asupan nutrisi yang masuk juga berbeda dibanding dengan biasanya. Jadi, apakah perubahan pola makan karena puasa akan memberikan efek yang berbeda juga ke mental kita?
Sudah banyak penelitian yang dilakukan mengenai efek berpuasa tidak hanya kepada kesehatan tubuh tapi juga efeknya ke mental kita (Fun fact, artikel tertua yang penulis temukan yang membahas mengenai puasa adalah dari tahun 1928!). Kali ini akan penulis paparkan beberapa manfaat dari berbagai jenis puasa yang ada, mulai dari puasa jangka panjang (>8 hari) dan juga puasa jangka pendek seperti intermittent fasting. Dua tipe puasa ini tidak asing lagi untuk umat Muslim, puasa jangka panjang panjang identik dengan puasa bulan Ramadhan dan salah satu teknik intermittent fasting adalah puasa 5:2 (5 hari makan seperti biasa, 2 hari sisanya untuk puasa), sama persis dengan puasa sunnah Senin-Kamis. Namun efek baik berpuasa tidak hanya terbatas pada orang-orang yang melakukan puasa karena alasan keagamaan, tapi juga bagi orang-orang yang melakukan puasa untuk alasan kesehatan.
Pada dasarnya, puasa mempengaruhi bagaimana badan kita mengeluarkan hormon. Selain hormon, puasa juga bisa memicu bagian dari saraf kita yang kemudian akan berpengaruh ke reseptor, dan akhirnya ke otak kita. Dan hebatnya, masih banyak lagi! Beberapa perubahan juga terjadi ke: leptin, endogenous opioids, neuropeptides, dan lainnya. Feel free untuk mencari tahu tentang apa dan bagaimana bagian-bagian ini bekerja karena sebagai penulis berlatar belakang psikologi, pengetahuan biologi penulis cukup terbatas :) Ngomong-ngomong, oke, kita sudah tahu betapa banyaknya bagian dari tubuh kita yang terpengaruhi oleh puasa. Sekarang, apa efek yang terjadi pada aspek mental kita saat perubahan pada hormon, saraf, dan otak ini terjadi?
Efek Positifnya...
Mood kita akan jadi lebih positif ketika berpuasa. Untuk puasa jangka pendek, selain membuat mood menjadi lebih baik ia juga membantu dalam membuat kita merasa in control. Mengontrol perilaku dan pikiran itu susah lho, butuh tenaga lebih untuk melakukannya. Terutama di bulan Ramadhan dimana kita tidak hanya mengendalikan keinginan untuk makan, tapi juga emosi dan konsistensi untuk berpuasa. Jadi tidak heran lagi ketika berhasil berpuasa full, kemampuan untuk melakukan self-control meningkat,  yang kemudian membuat kita merasa berhasil dan bangga dengan diri sendiri. Satu lagi, kabar baik untuk teman-teman yang sebelum memulai puasa dibebani oleh rasa depresi, kecemasan, dan stress ternyata puasa jangka panjang (puasa Ramadhan) bisa membantu untuk menurunkan pengaruh emosi-emosi negatif ini.
Apa Ada Efek Negatifnya?
Saat kuliah dulu, penulis diajarkan untuk memaparkan hasil sebuah penelitian apa adanya. Ini berarti walaupun hasil suatu penelitian mungkin negatif atau tidak sesuai dengan harapan, tetap harus dipaparkan sejujur-jujurnya. Ini juga berlaku kepada peneliti-peneliti yang mempelajari puasa. Untuk puasa jangka pendek, bersebrangan dengan hasil diatas, ada beberapa penelitian yang menemukan bahwa puasa jangka pendek bisa memunculkan emosi negatif seperti marah, stress, cemas, kelelahan, dan juga mudah tersinggung (alias baperan). Selain itu puasa jangka pendek juga bisa menurunkan performa kerja. Kenapa ini bisa terjadi? Jawabannya bukan karena kelaparan, tapi karena terpengaruh oleh distraksi. Ini berarti kalau seseorang sedang puasa lalu melihat orang lain makan, orang itu akan lebih rentan memiliki emosi-emosi negatif. Tidak hanya distraksi, tapi pengalaman dalam berpuasa juga berpengaruh. Seseorang yang jarang puasa atau ini pertama kalinya mencoba berpuasa tentunya akan lebih rentan mengalami emosi-emosi negatif ini. Terakhir, jika puasa yang dilakukan berhubungan dengan praktik keagamaan religiusitas juga berpengaruh. Semakin tidak religius, tentunya kemungkinan emosi negatifnya untuk muncul juga jadi lebih besar. Ini berlaku juga untuk kebalikannya, berpuasa akan lebih mudah memunculkan emosi yang positif tidak hanya ke mental tapi juga fisik bagi orang-orang yang memiliki religiusitas tinggi.Â
Selain perasaan negatif, ada juga beberapa orang yang merasa bahwa puasa tidak memberikan efek apapun kepada mereka secara psikologis. Dari penelitian yang meneliti puasa bulan Ramadhan, ini bisa jadi karena saat memulai puasa moodnya sudah cukup bagus sehingga tidak terasa ada perubahan naik/turunnya mood yang signifikan ketika puasa berakhir.
Yang Menentukan Puasa Akan Memberi Manfaat atau Tidak adalah KAMU!
Puasa memiliki banyak sekali manfaat ke orang-orang yang menjalaninya. Tapi yang menentukan apakah efek-efek positif ini akan kita rasakan juga ditentukan oleh kamu. Kok bisa? Misalnya, berpuasa tapi ditengah-tengah makan tentunya tidak bisa membantu meningkatkan self-control kita. Atau, saat berpuasa melihat orang lain makan malah memarahi orang yang sedang makan. Bagaimana bisa emosi positif kita meningkat ketika puasa malah dijadikan alasan untuk memarahi orang lain? Puasa itu adalah salah satu teknik untuk membuat kita menjadi lebih baik dan supaya teknik itu bekerja, sebaiknya dilakukan dengan benar.
Untuk teman-teman yang berpuasa baik karena alasan keagamaan ataupun kesehatan, semangat puasanya! Semoga alasan kenapa melakukan puasa (karena ingin jadi sehat, ingin mendapatkan pahala, ingin turun berat badan, dan lainnya) bisa terwujud!
-------
Referensi