Sebagai seseorang yang tidak suka menonton film, pendapat ku dengan pendapat orang-orang yang suka nonton film tentunya sangat berbeda. Kalau orang-orang yang suka nonton film itu biasanya selain alur cerita mereka juga memperhatikan detail seperti sinematografi, kostum, atau mungkin soundtrack. Aku sebagai orang yang tidak suka nonton jelas tidak akan memperhatikan semua hal itu, tapi hanya memerhatikan 1 hal simpel: apa film ini bisa membuat aku duduk diam selama  berjam-jam? Film kali ini berhasil aku temukan ketika melihat-lihat film baru apa saja yang minggu ini ada di Netflix. Aku tertarik ke film ini bukan karena siapa yang main disana (aku bahkan tidak kenal sebagian besar aktor di film ini, termasuk karakter utamanya) tapi karena aku suka penampilan rapih dari bapak penjahit di poster filmnya. Sinopsisnya juga cukup menarik, tentang penjahit yang jadi tempat langganan mafia untuk membuat jas.
Di awal film, alurnya terasa lambat karena masih berupa pengenalan tentang apa yang karakter utamanya, Pak Leonard Burling, lakukan sebagai penjahit dan apa saja yang terjadi di toko kecilnya. Jadi selain menjadi tempat langganan mafia untuk memesan jas, toko Pak Burling juga digunakan sebagai tempat mafia berkomunikasi dengan geng-geng lain. Kemudian kita dikenalkan dengan karakter lain disana, ada Mable, resepsionis Pak Burling yang punya mimpi untuk keliling dunia. Kemudian Richie, anak dari bos mafia sekaligus pacar Mable, dan juga Francis yang bertugas sebagai 'pengawal' Richie. Setelah pengenalan kita diberitahu soal dinamika antar karakternya, misalnya Mable dan Pak Burling punya hubungan seperti ayah dan anak, Richie yang iri dengan Francis karena merasa ayahnya lebih menyukai Francis dibanding dia, dan Richie yang jelas suka dengan Mable. Sampai sini aku masih memperhatikan walau kadang-kadang diselingi melihat hp.
Ditengah-tengah film akhirnya konflik mulai terjadi. Richie ditembak oleh geng rivalnya dan ada kabar bahwa di dalam kelompok mafia ini ada pengkhianat yang memberikan informasi mereka ke FBI. Dari titik ini, aku tidak lagi sesekali melihat ke hp karena mulai dari sini penonton akan dihantam konflik secara bertubi-tubi. Setelah satu konflik selesai, muncul konflik baru. Atau konflik ini belum selesai, eh muncul lagi yang baru. Kemudian di waktu kosong antara konflik sebelumnya menuju ke konflik selanjutnya, film ini memberikan petunjuk-petunjuk kecil bahwa mungkin Pak Burling yang selama ini digambarkan sebagai seseorang yang sangat sopan (dari cara bicara dan gerak geriknya), tahu sesuatu yang kita sebagai penonton tidak tahu. Hal ini lah yang membuat aku sebagai penonton tetap duduk dan memperhatikan filmnya karena bahkan setelah satu konfliknya mereda, kita diberikan petunjuk-petunjuk tentang apa yang mungkin akan terjadi kedepannya. Jadi kita sebagai penonton secara tidak sadar diajak untuk terus berpikir tentang apa yang akan terjadi selanjutnya.
Seperti bola salju, konflik di film ini akhirnya memuncak ketika bos mafia, ayahnya Richie, dan Mable terlibat. Disini aku sebagai penonton yang awalnya deg-degan dari konflik-konflik sebelumnya sekarang jadi semakin deg-degan ketika ayah Richie terlibat. Film ini menggambarkan ayah Richie, Roy Boyle, sebagai pemimpin yang observan. Dia bukan tipe karakter yang menjadi pemimpin hanya karena dia adalah yang terkuat tapi dia juga pintar. Pak Boyle ini adalah satu-satunya orang yang berhasil mempertanyakan dan mengkonfrontasi Pak Burling tentang ceritanya yang dia anggap aneh. Sayangnya karakter Pak Boyle ini tidak memiliki screentime yang banyak tapi setidaknya alasan kenapa dia tidak bisa lama-lama berdiam di toko Pak Burling masih masuk akal dengan alur ceritanya dan tidak terasa dipaksakan.Â
Akhirnya kita sampai di akhir film ketika motif dari perilaku karakter-karakter ini terungkap. Kelompok mafia Pak Boyle yang ternyata dilirik untuk ikut masuk sebagai bagian dari kelompok mafia 'The Outfit' yang berisi anggota mafia dari kelompok Al Capone, Mable yang sebenarnya tidak menyukai Richie tapi memanfaatkannya untuk bisa mendapatkan uang agar bisa pergi keluar negeri, Francis yang ingin menjadi petinggi di kelompok mafia Pak Boyle dengan segala cara, dan masa lalu menyedihkan Pak Burling ketika istri dan anaknya meninggal karena terjebak di tokonya yang terbakar di Inggris. Ini adalah salah satu poin menarik lain di dalam film, tidak ada karakter yang 'bersih'. Bahkan Mable yang bukan anggota grup mafia, tidak sepenuhnya bersih karena dia menipu 2 kelompok mafia dan juga FBI untuk bisa mendapatkan uang. Â Semua tokoh punya agendanya masing-masing dan mereka semua rela melakukan apapun, walaupun itu buruk, untuk bisa mencapainya.
Setelah motif, muncul plot twist. Tapi apakah ini bisa disebut plot twist ketika penonton sudah berantisipasi plot twist itu akan muncul? Mungkin tidak ya, lebih tepatnya film ini akhirnya setelah memberikan banyak petunjuk ke penonton, akan memberitahu jawaban tentang peran Pak Burling yang sebenarnya. Dari awal aku sebagai penonton sudah tahu bahwa Pak Burling bukan penjahit lugu yang tidak sengaja terjebak di tengah-tengah konflik mafia. Dari semua petunjuk yang film ini berikan, Pak Burling mempunyai peran yang lebih besar dari yang ditampilkan. Pertanyaannya adalah seberapa besar peran Pak Burling dalam semua konflik yang terjadi di film ini? Jawabannya adalah: Pak Burling sudah merencanakan semuanya mulai dari konflik yang pertama. Pak Burling secara tidak langsung menjadi 'master mind' dari semua hal yang terjadi, dia memanfaatkan orang-orang disekitarnya dan mengimprovisasi solusi ketika masalah muncul. Dia tidak berpihak dengan kelompok mafia dan penegak hukum manapun, dia melakukan ini semua untuk melindungi Mable dan memastikan saat Mable pergi keluar negeri dia akan selamat. Aku bisa menebak bahwa kaset tentang pengkhianat grup mafia Boyle ini diambil Pak Burling dan bahwa Mable hanya memanfaatkan Richie, tapi soal Pak Burling yang ternyata pura-pura menjadi The Outfit untuk menjadi trigger semua konflik yang terjadi, adalah salah satu hal yang tidak berhasil aku tebak. Sebenarnya cukup menyenangkan melihat apa saja hal yang dengan benar aku pecahkan dan juga apa saja yang aku lewatkan.
Ini sudah diakhir film, Pak Burling berhasil mengeliminasi petinggi-petinggi di grup mafia Pak Boyle dan sekarang untuk menghapus semua bukti dia akan membakar tokonya. Tapi ternyata Francis masih hidup dan sebelum Pak Burling bisa keluar dari tokonya, Francis menyerang. Ditengah-tengah perkelahian mereka Pak Burling menunjukkan tato-tato dari masa mudanya, ternyata dulu dia juga adalah mantan anggota mafia di Inggris kemudian dia menusuk Francis dengan gunting jahitnya. Aku sebagai penonton tidak terlalu merasa 'wow' atau kaget ketika tahu Pak Burling adalah mantan anggota mafia. Mungkin karena dari awal narasi tentang Pak Burling bahwa dia adalah seorang penjahit sudah sangat kuat karena kita diberitahu tentang perjuangan Pak Burling untuk menjadi penjahit, proses yang dia lakukan untuk membuat jas terbaik, dan bagaimana dia menyukai profesinya sebagai penjahit. Jadi saat informasi ini muncul, narasi 'aku dulu anggota geng mafia di Inggris' kalah dengan narasi 'aku adalah penjahit ulung yang bangga dengan karya yang aku buat'. Eksekusi mereka akan trope 'aku sekarang pekerja biasa, padahal dulunya aku adalah mafia/pembunuh bayaran/anggota geng yang ditakuti banyak orang' kurang kena jadi saat 'surprise' ini muncul rasanya malah flat, atau bahkan klise. Bagian akhir ini agak terasa dipaksakan untuk menyesuaikan analogi Pak Burling tentang 'apapun yang kita rencanakan pasti tidak sempurna'.Â
Film selesai! Apa menurutku ini film yang bagus? Untuk standar ku ini film yang bagus, aku bisa duduk diam selama berjam-jam ketika menonton film ini. Aku suka film ini karena tidak ada jeda kosong/filler yang bisa membuatku teralihkan, semua aspek dalam film ini penting jadi penontonnya harus memperhatikan dengan baik. Selain itu, aku suka film ini membuat kita berpikir dan mengajak kita juga untuk memecahkan konflik-konflik yang terjadi disana. Untuk orang-orang yang suka film detektif, mungkin akan menyukai film ini. Terakhir, aku juga suka bahwa film ini di shoot di satu set, di toko nya Pak Burling. Kita sebagai penonton tidak ditunjukkan apa yang ada diluar atau ketika ada karakter yang keluar, mereka ke mana dan ngapain aja. Perasaan 'apa yang tokoh x lakukan diluar ya?' membuat aku sebagai penonton jadi penasaran mereka akan kembali membawa seseorang/sesuatu atau bisa jadi mereka tidak akan kembali ke toko itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H