Adinda Septi Anggraini, Alfi Nur Hayati, Qobilannafiah Zahra, Shalma Qawlan Fadila Dwi Valentina.
Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Malang.
Email:
adinda.septi.2201416@students.um.ac.id, alfi.nur.2201416@students.um.ac.id, qobilannafiah.zahra.2201416@students.um.ac.id, shalma.qawlan.2201416@students.um.ac.id.Â
Salah satu daerah yang ada di tengah-tengah Kota Malang memiliki budaya yang sangat dijaga yaitu Kampung Budaya Polowijen. Kampung Polowijen sendiri terkenal dengan ahli seni kriya dan seni tarinya pada zaman Belanda tepatnya pada tahun 1900-an. Hingga akhirnya Polowijen terkenal dengan seni tradisional tari topengnya. Namun kampung desa Polowijen sendiri terkenal dengan eksistensi Eyang Reni sebagai seorang petani kaya yang tinggal di Polowijen dan memimpin salah satu rombongan wayang topeng terbaik pada masanya. Di Kelurahan Polowijen telah didirikan dan ditetapkan sebuah Kampung Tematik yaitu Kampung Budaya Polowijen, yang juga telah diresmikan oleh Walikota Malang pada tanggal 2 April 2017.Â
Pendirian tersebut digagas oleh salah satu warganya yaitu Isa Wahyudi. Dalam hal kebudayaan, Polowijen telah menggembangkan budaya polowijen asli sebagai warisan leluhur utamanya, seperti tari toprng, pembuatan topeng, membatik, serta pelestrian budaya dan situs asli Polowijen seperti Sumur Windu dan Situs Makam Mbah Reni. Visi Misi yang terdapat pada pengembangan Kampung Budaya Polowijen sendiri yaitu mengembangkan budaya Kota Malang, tidak meninggalkan warisan leluhur agar kebudayaan ini tetap ada hingga kapanpun, serutama pada kesenian topeng, batik, dan juga tarinya.Â
Sayangnya dengan kemajuan zaman banyak kebudayaan yang mulai dilupakan dan tergantikan dengan budaya baru. Masyarakat perlu edukasi atau pengenalan kembali tentang kebudayaan yang ada di Kampung Budaya Polowijen ini, agar budaya yang ada tidak akan tergeser dan tetap terjaga. Kegiatan  untuk mengedukasi masyarakat tentang budaya perlu dilaksanakan terutama untuk kalangan muda agar kalangan muda bisa mengenal dan akan mewariskan kebudayaan ini kepada generasi penerusnya.
Kampung budaya ini memiliki program yaitu sarasehan dimana pengenalan budaya yang ada di kampung tersebut kepada turis atau pengunjung dengan menampilkan budaya yang ada dari tari topeng malang, pengenalan wayang, batik tulis malang, dan pembuatan topeng malangan yang dilakukan oleh masyarakat kampung itu sendiri. Pada hari minggu ada pula program tari yang dipimpin oleh remaja perempuan desa tersebut yang dilakukan pada panggung tari panjang, biasanya banyak sekali masyarakat luar dari kampung lain yang mengikuti, dan tak hanya itu banyak mahasiswa universitas di Malang yang ikut serta di kegiatan tersebut. Pada hari-hari besar juga dilakukan pawai budaya oleh masyarakat kampung budaya dengan mengelilingi kawasan Polowijen. Sarana prasarana yang tersedia di kampung budaya Polowijen antara lain :
1. Â Sanggar Tari Kampung Polowijen
Salah satu sarana yang tersedia di kampung Polowijen adalah sanggar tari, dimana sanggar tersebut biasa digunakan untuk latihan menari saat acara - acara tertentu.
2. Â Taman Baca MasyarakatÂ
Taman Baca Masyarakat yang didirikan oleh mahasiwa dan di urus oleh masyarakat.
Taman baca masyarakat atau perpustakaan di kampung budaya Polowijen ini disediakan untuk warga masyarakat yang ingin menambah wawasan serta pengetahuannya, didalamnya berisi buku - buku tentang kebudayaan.