Bagaimana pendapat kalian mengenai penerapan Kurikulum Merdeka ?Apakah kalian setuju dengan stigma semua anak akan naik kelas melalui kurikulum merdeka ini ? Stigma ini seakan menggemparkan masyarakat. Lantas benarkah jika hal tersebut dilakukan akan berdampak positif atau justru berdampak negatif bagi para murid.Â
Siswa yang tinggal kelas sering dikaitkan dengan beberapa masalah dan dipandang oleh khalayak masyarakat sebagai anak yang tidak pandai. Hal tersebut membuat seorang anak bisa dengan mudahnya menjadi insecure terhadap dirinya sendiri, padahal bisa saja anak tersebut memiliki masalah yang berkaitan dengan faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang berasal dari diri sendiri meliputi faktor jasmani,psikologis,dan kelelahan. Sedangkan faktor eksternal yang berasal dari sarana prasarana ataupun situasi lingkungan, baik dari keluarga, sekolah, maupun masyarakat.
Benarkah Kurikulum Merdeka Peserta Didik Pasti Naik Kelas?
Kenaikan kelas ditentukan karena terpenuhinya ketercapain tujuan pembelajaran yang telah disusun dari awal. Penilaian yang digunakan dalam menentukan kriteria kenaikan kelas sendiri meliputi penilaian formatif dan sumatif dengan mempertimbangkan laporan kemajuan belajar siswa setelah dibandingkan dengan ketercapaian tujuan pembelajaran.Â
Lalu pembelajaran apakah yang sesuai untuk menekan jumlah siswa yang tidak naik kelas? Pembelajaran terdiferensiasi pada Kurikulum Merdeka bisa menjadi pertimbangan sobat untuk menyelaraskan hal tersebut. Kenapa demikian, karena melalui penggunaan fase pada kurikulum merdeka dapat dijadikan sebagai pertimbangan tujuan pembelajaran yang akan dicapai,sehingga peserta didik dapat menguasai kompetensi sesuai dengan dengan tingkat pencapaian (Teaching at the Right Level), kebutuhan, kecepatan, dan gaya belajar mereka yang tentunya sesuai.
Berdasarkan survei yang dilakukan Program for International Student Assessment (PISA) yang di rilis Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) pada 2019, Indonesia menempati peringkat ke 62 dari 70 negara yang merupakan 10 negara terbawah yang memiliki tingkat literasi rendah. Hal ini menandakan bahwa tingkat literasi di Indonesia masih dikategorikan dangkal sobat, sehingga dapat menyebabkan siswa kurang akan ilmu pengetahuan. Merujuk pada survei PISA 2018, nilai dari capaian kognitif peserta didik yang pernah tinggal kelas secara statistik dikategorikan lebih rendah dibandingkan mereka yang tidak pernah tinggal kelas.
Dari survei tersebut sobat dapat mengetahui bahwa peserta didik yang tinggal kelas cenderung mengalami penurunan semangat dalam pembelajaran, sehingga hasil statistik belajarnya menjadi lebih rendah. Secara empiris tinggal kelas dianggap tidak dapat meningkatkan prestasi akademik peserta didik yang tengah mengalami kesulitan belajar. Sehingga hal ini dapat menjadi salah satu pertimbangan guru untuk tetap menaikkan peserta didik ke fase selanjutnya yang tidak hanya mengacu pada aspek kognitifnya saja, tetapi nilai perilaku dan sikap dapat menjadi pertimbangan juga.
Jika peserta didik belum bisa mencapai tujuan pembelajaran tetap bisa melanjutkan ke fase berikutnya sobat. Namun tetap ada ketentuan yang berlaku yaitu dengan perlakuan khusus agar dapat mencapai  tujuan yang belum terpenuhi melalui koordinasi bersama guru lain pada fase berikutnya. Untuk menuntaskan tujuan yang belum tercapai di fase sebelumnya.
Jadi bukan berarti naik ke fase berikutnya tujuan pembelajaran sebelumnya dilupakan ya,akan tetapi tetap berlanjut agar tanggung jawabnya selesai. Oleh karena itu, nilai raport peserta didik yang belum mencapai tujuan pembelajaran tepat waktu akan ditulis nilai sebenarnya di dalam raport, serta tidak lupa memberikan deskripsi tambahan bahwa tujuan pembelajaran perlu tindak  lanjut pada fase berikutnya.
Apa Bedanya Mekanisme Kenaikan Kelas pada Fase yang Sama dan Fase yang Berbeda?