Saat ini kehidupan manusia tidak terlepas dari kegiatan konsumsi, kegiatan konsumsi sendiri dapat dimaknai sebagai kegiatan yang betujuan untuk menghabiskan barang dan jasa dalam rangka pemenuhan kebutuhan.Â
Sedangkan masyarakat modern atau masyarakat konsumtif ialah mereka yang terus menerus melakukan melakukan konsumsi, namun konsumsi disini bukan hanya sekedar pemenuhan kebutuan tetapi sudah menjadi culture, yang mana aturan serta kegiatan konsumsi masyarakat telah dipengaruhi oleh kebijakan pasar.Â
Berbicara mengenai konsumsi, tentu hal tersebut tidak jauh-jauh dengan kata belanja. Saat ini belanja bukan lagi tentang pemenuhan kebutuhan atau sarana mendapatkan barang yang diinginkan saja, namun juga menjadi ajang pemenuhan gaya hidup.Â
Masyarakat bukan hanya membeli barang yang dibutuhkan tetapi juga membeli brand. Membeli barang dengan brand tertentu tentu memberi perasaan tersendiri atau perasaan "lebih" serta mendatangkan kebanggaan pada diri. Â
Consument culture telah merubah kehidupan sosial manusia, culture ini telah sedemikian rupa mempengaruhi masyarakat sebagai manusia yang memiliki keinginan yang tak terbatas namun kemampuan terbatas (Rafa'al, 2017).Â
Gaya hidup merupakan sesuatu yang menunjukkan bagaimana seseorang mengatur kehidupan pribadi serta perilakunya di depan umum dan sebagai bentuk untuk membedakan status sosialnya. Keputusan seseorang untuk membeli suatu produk tentu tidak terlepas dari gaya hidupnya yang ingin membeli produk bermanfaat dan memiliki kualitas terbaik.
"Tupperware", tentu bukan kata asing ditelinga kita. Siapa yang tak tahu brand peralatan rumah tangga tersebut, peralatan rumah tangga berbahan plastik tersebut berhasil mencuri perhatian masyarakat terutama ibu-ibu.Â
Meski banyak yang beranggapan bahwa Tupperware memiliki harga yang cukup mahal, namun banyak keunggulan serta kualitas Tupperware yang bukan main-main yang akhirnya menjadikan ibu-ibu tetap memuja Tupperware sebagai barang kesayangan yang tidak boleh rusak atau hilang.Â
Hingga banyak meme atau stiker lucu yang beredar di media sosial mengenai ibu dan Tupperware, yang mana biasanya memperlihatkan jika ibu justru lebih sayang pada Tupperware miliknya dibanding anak dan suaminya.Â
Saking memujanya ibu-ibu pada Tupperware, hingga muncul geng arisan Tupperware. Ibu-ibu cenderung tidak terlalu memikirkan harga mahal Tupperware, namun lebih kepada kualitas produk serta gengsi dan pemenuhan gaya hidup, yang akhirnya muncul pemikiran jika tidak memakai Tupperware maka tidak keren atau tidak trendi, yang kemudian menyebabkan ketidakmauan seseorang untuk menggunakan produk peralatan rumah tangga selain Tupperware. Itulah mengapa gengsi dan gaya hidup menjadi faktor yang cukup mengikat dalam consument culture.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H