Mohon tunggu...
Adinda Dwi Handayani
Adinda Dwi Handayani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Memiliki hobi menulis

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Fenomena Kekerasan Digital di Indonesia

6 November 2024   00:27 Diperbarui: 6 November 2024   00:38 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Tiktok / tangkapan layar pribadi

Perempuan memang rentan mendapatkan kekerasan di Media sosial banyak sekali kasus pelecehan terhadap Perempuan di sosial media hampir 60% Perempuan dari 22 negara telah menghadapi kekerasan berbasis gender Online (KGBO) sering terjadi di Instagram, Facebook, Twitter, Tiktok dan masih banyak lagi. Namun Selain Perempuan masih banyak yang mendapatkan kekerasan di sosial media seperti LGBT, Anak-Anak, Lansia, Etnis dan minoritas dan yang lainya. Di essay kali ini saya akan membahas kekerasan di media sosial terhadap Individu dengan disabilitas khusus ataupun difabel. 

Media sosial membuat peluang atau kesempatan untuk menjalin komunikasi dan akses informasi yang lebih luas hingga dapat bermanfaat bagi semua orang diseluruh dunia. Namun, di balik manfaat ini semua, terdapat tantangan seperti kekerasan dan diskriminasi, terutama pada kelompok disabilitas mereka sering sekali menghadapi berbagai bentuk diskriminasi dan stigma di Masyarakat juga sosial media. Saat mereka mencoba untuk berinteraksi dan berbaur untuk mendamaikan atau menghibur diri dengan bermain sosial media justru malah meningkatkan kekerasan kepada mereka. Ada beberapa faktor yang menyebabkan ini diantaranya yaitu:  

1. Stigma dan Diskriminasi: Masyarakat sering sekali mempunyai pandangan negative terhadap mereka yang dapat berlanjut ke dunia digital. Diskriminasi ini dapat berbentuk penghinaan, pelecehan, atau penolakan terhadap partisipasi mereka dalam diskusi online. 

2. Isolasi Sosial: Individu dengan disabilitas sering kali mengalami isolasi sosial. Ketika mereka mencari interaksi sosial secara online, mereka bisa menjadi sasaran empuk bagi pelaku kekerasan digital, seperti penipuan, pemerasan, atau cyberbullying. 

3. Aksesibilitas Teknologi: Banyak platform digital belum sepenuhnya diakses oleh individu dengan disabilitas. Misalnya, konten yang tidak ramah bagi pengguna dengan gangguan penglihatan atau pendengaran. Ketidakmampuan untuk mengakses informasi dengan mudah membuat mereka lebih rentan terhadap intimidasi dan kekerasan siber.

Fenomena Kekerasan Digital di Indonesia 

Di Indonesia, fenomena kekerasan digital terhadap individu dengan disabilitas mulai menjadi perhatian, meskipun masih belum banyak dibahas secara luas. Penelitian menunjukkan bahwa banyak individu dengan disabilitas mengalami perlakuan tidak adil di media sosial, Misalnya menjadi target bullying, untuk yang saya liat saat ini banyaknya di Instagram dan juga tiktok. Contohnya seperti berikut:  

Sumber: Tiktok / tangkapan layar pribadi 
Sumber: Tiktok / tangkapan layar pribadi 

Sumber: Tiktok / tangkapan layar pribadi 
Sumber: Tiktok / tangkapan layar pribadi 

Kekerasan digital yang dialami individu dengan disabilitas dapat berdampak sangat buruk, baik secara fisik, mental, maupun sosial. Mereka sering mengalami berbagai bentuk intimidasi, pelecehan, atau bahkan penipuan di media sosial. Itu adalah contoh-contoh yang ada di sosial media tiktok, beredarnya video atau gambar yang mengolok-olok kondisi fisik atau kemampuan mereka, disertai komentar yang merendahkan. Kejadian-kejadian semacam ini tidak hanya menyakitkan secara emosional, tetapi juga dapat memicu stres, depresi, dan bahkan trauma yang berkepanjangan. Selain itu, kondisi ini juga dapat memperparah isolasi sosial yang telah dihadapi individu dengan disabilitas. Mereka merasa takut untuk berinteraksi di media sosial dan menarik diri dari lingkungan digital, padahal ruang digital seharusnya menjadi sarana untuk berekspresi, bersosialisasi, dan mengakses informasi. Fenomena kekerasan digital ini pada akhirnya menghambat partisipasi dan perkembangan individu dengan disabilitas di ranah digital, yang seharusnya menjadi area yang inklusif dan mendukung bagi mereka. 

Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya kekerasan digital terhadap individu dengan disabilitas di Indonesia. Pertama, budaya patriarki dan stigma sosial terhadap disabilitas yang masih kuat di masyarakat. Nilai-nilai patriarki yang memandang orang dengan disabilitas sebagai kaum yang lemah dan tidak berdaya, serta stigma negatif yang melekat pada disabilitas, menciptakan lingkungan yang tidak mendukung bagi mereka untuk bersuara atau melawan kekerasan yang mereka alami. 

Faktor kedua adalah kurangnya pendidikan digital, terutama di daerah pedesaan. Minimnya edukasi mengenai penggunaan teknologi dan perlindungan diri di dunia maya membuat individu dengan disabilitas kurang siap dalam menghadapi potensi ancaman di dunia digital. Tanpa pemahaman yang memadai, mereka lebih rentan terhadap tindak kekerasan dan penipuan online. 

Selain itu, ketidakpahaman hukum juga menjadi faktor yang turut memicu kekerasan digital terhadap individu dengan disabilitas. Banyak di antara mereka yang tidak mengetahui hak-hak yang dimiliki untuk dilindungi dari kekerasan digital. Akibatnya, mereka enggan untuk melaporkan kejadian kekerasan yang dialami karena tidak memahami proses hukum yang dapat ditempuh.

Untuk menciptakan lingkungan digital yang aman bagi individu dengan disabilitas, diperlukan berbagai cara. Yang Pertama, peningkatan aksesibilitas platform digital agar dapat diakses dengan mudah oleh mereka. Pengembangan teknologi asistif yang membantu interaksi di dunia maya menjadi penting untuk dilakukan. 

Selanjutnya, peningkatan pendidikan dan kesadaran masyarakat mengenai disabilitas, hak-hak individu dengan disabilitas, serta etika digital. Program edukasi di sekolah dan komunitas dapat membantu meningkatkan pemahaman dan kepekaan masyarakat, sehingga lingkungan menjadi lebih mendukung bagi individu dengan disabilitas.  

Penguatan dukungan hukum juga diperlukan, di mana pemerintah perlu menguatkan peraturan yang secara khusus melindungi individu dengan disabilitas dari kekerasan digital. Penyediaan saluran pelaporan yang aman dan ramah bagi korban, serta penegakan hukum yang tegas terhadap pelaku, akan memberikan perlindungan yang lebih baik. 

Terakhir, pemberdayaan komunitas menjadi langkah penting untuk menciptakan lingkungan yang inklusif dan mendukung bagi individu dengan disabilitas. Diskusi terbuka mengenai isuisu yang mereka hadapi dapat meningkatkan pemahaman dan dukungan sosial dari lingkungan sekitar.

Isu kekerasan terhadap individu dengan disabilitas di dunia digital atau sosial media adalah masalah serius yang mendesak untuk ditangani. Melalui upaya peningkatan aksesibilitas platform digital, peningkatan pendidikan dan kesadaran masyarakat, penguatan dukungan hukum yang melindungi hak-hak mereka, serta pemberdayaan komunitas, diharapkan dapat tercipta ruang digital yang benar-benar aman, inklusif, dan mendukung bagi semua, tanpa terkecuali. Hanya dengan tindakan komprehensif dan berkelanjutan dari berbagai pemangku kepentingan, kita dapat memastikan bahwa individu dengan disabilitas dapat berpartisipasi secara setara dan bebas dari segala bentuk kekerasan atau diskriminasi di dunia digital. Upaya ini tidak hanya penting bagi kelompok rentan tersebut, namun juga bagi terwujudnya masyarakat yang adil dan setara secara digital. 

Referensi 

Kasus Pelecehan terhadap Perempuan Secara Online. (2020, 10 06). Diambil kembali dari DW: https://www.dw.com/id/kasus-pelecehan-terhadap-perempuan-secara-online/a55170629  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun