Perempuan memang rentan mendapatkan kekerasan di Media sosial banyak sekali kasus pelecehan terhadap Perempuan di sosial media hampir 60% Perempuan dari 22 negara telah menghadapi kekerasan berbasis gender Online (KGBO) sering terjadi di Instagram, Facebook, Twitter, Tiktok dan masih banyak lagi. Namun Selain Perempuan masih banyak yang mendapatkan kekerasan di sosial media seperti LGBT, Anak-Anak, Lansia, Etnis dan minoritas dan yang lainya. Di essay kali ini saya akan membahas kekerasan di media sosial terhadap Individu dengan disabilitas khusus ataupun difabel.Â
Media sosial membuat peluang atau kesempatan untuk menjalin komunikasi dan akses informasi yang lebih luas hingga dapat bermanfaat bagi semua orang diseluruh dunia. Namun, di balik manfaat ini semua, terdapat tantangan seperti kekerasan dan diskriminasi, terutama pada kelompok disabilitas mereka sering sekali menghadapi berbagai bentuk diskriminasi dan stigma di Masyarakat juga sosial media. Saat mereka mencoba untuk berinteraksi dan berbaur untuk mendamaikan atau menghibur diri dengan bermain sosial media justru malah meningkatkan kekerasan kepada mereka. Ada beberapa faktor yang menyebabkan ini diantaranya yaitu: Â
1. Stigma dan Diskriminasi: Masyarakat sering sekali mempunyai pandangan negative terhadap mereka yang dapat berlanjut ke dunia digital. Diskriminasi ini dapat berbentuk penghinaan, pelecehan, atau penolakan terhadap partisipasi mereka dalam diskusi online.Â
2. Isolasi Sosial: Individu dengan disabilitas sering kali mengalami isolasi sosial. Ketika mereka mencari interaksi sosial secara online, mereka bisa menjadi sasaran empuk bagi pelaku kekerasan digital, seperti penipuan, pemerasan, atau cyberbullying.Â
3. Aksesibilitas Teknologi: Banyak platform digital belum sepenuhnya diakses oleh individu dengan disabilitas. Misalnya, konten yang tidak ramah bagi pengguna dengan gangguan penglihatan atau pendengaran. Ketidakmampuan untuk mengakses informasi dengan mudah membuat mereka lebih rentan terhadap intimidasi dan kekerasan siber.
Fenomena Kekerasan Digital di IndonesiaÂ
Di Indonesia, fenomena kekerasan digital terhadap individu dengan disabilitas mulai menjadi perhatian, meskipun masih belum banyak dibahas secara luas. Penelitian menunjukkan bahwa banyak individu dengan disabilitas mengalami perlakuan tidak adil di media sosial, Misalnya menjadi target bullying, untuk yang saya liat saat ini banyaknya di Instagram dan juga tiktok. Contohnya seperti berikut: Â
Kekerasan digital yang dialami individu dengan disabilitas dapat berdampak sangat buruk, baik secara fisik, mental, maupun sosial. Mereka sering mengalami berbagai bentuk intimidasi, pelecehan, atau bahkan penipuan di media sosial. Itu adalah contoh-contoh yang ada di sosial media tiktok, beredarnya video atau gambar yang mengolok-olok kondisi fisik atau kemampuan mereka, disertai komentar yang merendahkan. Kejadian-kejadian semacam ini tidak hanya menyakitkan secara emosional, tetapi juga dapat memicu stres, depresi, dan bahkan trauma yang berkepanjangan. Selain itu, kondisi ini juga dapat memperparah isolasi sosial yang telah dihadapi individu dengan disabilitas. Mereka merasa takut untuk berinteraksi di media sosial dan menarik diri dari lingkungan digital, padahal ruang digital seharusnya menjadi sarana untuk berekspresi, bersosialisasi, dan mengakses informasi. Fenomena kekerasan digital ini pada akhirnya menghambat partisipasi dan perkembangan individu dengan disabilitas di ranah digital, yang seharusnya menjadi area yang inklusif dan mendukung bagi mereka.Â