Mohon tunggu...
Adinda Nisrina
Adinda Nisrina Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa S1 Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kritisitas Kultural: Eksplorasi Pemikiran Kritis dalam Kebudayaan Kemiren

18 Juni 2024   17:14 Diperbarui: 18 Juni 2024   17:26 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kebudayaan Kemiren, sebuah warisan budaya yang kaya dari Banyuwangi Jawa Timur, telah menjadi subjek perdebatan dan penelitian yang menarik dalam beberapa tahun terakhir. Di tengah arus globalisasi yang tak kenal lelah, pemikiran kritis terhadap kebudayaan ini menjadi semakin relevan. Artikel ini bertujuan untuk menjelajahi konsep kritisitas kultural dan bagaimana hal itu tercermin dalam kehidupan masyarakat Kemiren.

Pemikiran kritis terhadap kebudayaan merupakan suatu pendekatan yang melibatkan analisis yang mendalam terhadap nilai-nilai, norma, dan praktik yang mendasari suatu budaya. Dalam konteks Kemiren, pemikiran kritis ini melibatkan refleksi mendalam tentang bagaimana kebudayaan tersebut berinteraksi dengan faktor-faktor eksternal seperti modernisasi, globalisasi, dan industrialisasi.

 Salah satu aspek yang menarik untuk dieksplorasi adalah bagaimana kebudayaan Kemiren mempertahankan identitasnya di tengah arus modernisasi yang terus menerus. Meskipun terpapar oleh pengaruh-pengaruh luar, masyarakat Kemiren tetap memegang teguh nilai-nilai tradisional mereka, termasuk dalam hal pangan, seni, dan agama. Namun demikian, apakah pemertahanan nilai-nilai ini membawa manfaat ataukah membatasi perkembangan masyarakat Kemiren?

Tradisi yang di jalankan oleh masyarakat Kemiren, sudah tentu tidak lepas dengan makna. Karena setiap apa yang kita jalankan pasti memiliki arti tersendiri. Dalam tradisi Tumpeng Sewu, banyak sekali makna yang terkandung di dalamnya, khususnya makna nonverbal. Menurut Jurgen Ruesch  isyarat nonverbal terbagi menjadi tiga. Yaitu bahasa tanda (sign language), bahasa tindakan (action language), dan bahasa objek (object language). Di setiap bagian dari tradisi Tumpeng Sewu, memiliki makna yang tidak di ketahui atau tersembunyi.

Hal ini menunjukkan bahwa dengan tidak langsung pemikiran masyarakat adat kemiren tidak ingin meninggalkan tinggallan dari warisan leluhur mereka. Mereka pun meyakini bahwasanya apabila adat ini tidak dijalankan maka akan menimbulkan petaka di kemudian hari. Hal ini juga membawa pemikiran dari masyarakat kemiren bahwasanya adat tersebut bisa menjadi salah satu objek menarik untuk menarik kunjungan wisatawan lokal ataupun asing untuk memeriahkan acara tersebut. Biasanya setelah dilakukannya upacara tersebut masyarakat kemiren melaksanakan pesta rakyat dengan mengundang kesenian gandrung ataupun barong semalam suntup. Hal ini dilakukan dengan dasar pemikiran setelah melakukan kewajiban terhadap leluhurnya, melalui kesenian yang mereka undang ini menjadi sarana hiburan mereka untuk memakmurkan kesejahteraan masyarakat sekitar.

Pemikiran kritis juga melibatkan penelusuran terhadap hierarki dan struktur kekuasaan yang mungkin ada dalam kebudayaan Kemiren. Apakah ada kelompok atau individu tertentu yang mendominasi dalam pengambilan keputusan budaya, dan bagaimana hal itu memengaruhi inklusi dan partisipasi masyarakat secara keseluruhan?

Selain itu, penting untuk mempertimbangkan dampak sosial dan ekonomi dari pemikiran kritis terhadap kebudayaan Kemiren. Apakah pemikiran kritis ini mendorong masyarakat untuk menciptakan solusi inovatif terhadap masalah-masalah yang dihadapi, atau justru menghasilkan konflik internal dan ketidaksepakatan?

Dalam mengakhiri artikel ini, perlu dicatat bahwa eksplorasi pemikiran kritis terhadap kebudayaan Kemiren bukanlah suatu upaya untuk menghakimi atau mengabaikan nilai-nilai budaya yang ada. Sebaliknya, tujuannya adalah untuk memahami lebih dalam dinamika budaya tersebut, serta mendorong dialog dan refleksi yang memungkinkan masyarakat Kemiren untuk berkembang secara berkelanjutan sesuai dengan tuntutan zaman.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun