Puisi "Jembatan Hidup" karya A.A. Navis menyampaikan makna mendalam tentang perjalanan hidup yang penuh tantangan. Penulis menggunakan pembangunan jembatan sebagai metafora untuk menggambarkan bagaimana manusia menjalani hidup, yang penuh dengan peristiwa yang menguji keteguhan hati dan kekuatan.
Gambaran jembatan yang indah dalam puisi ini melambangkan usaha manusia dalam membangun hidup yang bermakna. Namun, perjalanan hidup tidak selalu lancar, seperti diungkapkan dalam kalimat "tapi selalu rubuh, rubuh dan rubuh." Ini menunjukkan bahwa hidup sering kali mengalami hambatan yang menghentikan perjalanan.
Puisi juga menggambarkan bahwa jembatan ini sering kali runtuh akibat "hembusan nafas yang keruh dari semua dan aku juga," yang berarti kehidupan tidak hanya terpengaruh oleh keadaan luar tetapi juga oleh tindakan dan pilihan kita sendiri. Hembusan nafas yang keruh menggambarkan kegagalan dan pengaruh negatif yang bisa datang dari diri sendiri dan lingkungan sekitar.
Selain itu, kata-kata "kembali terbanting ke kali yang kering" menggambarkan pengalaman jatuh dan merasakan kesulitan. Kali yang kering menjadi simbol keputusasaan, meskipun begitu, puisi menunjukkan bahwa ada harapan untuk terus bangkit dan membangun lagi setiap pagi.
Di akhir puisi, pelaku puisi menegaskan bahwa walaupun harus selalu mulai dari awal, ia tetap bersemangat untuk menciptakan hidup yang lebih kokoh. Hal ini menunjukkan keteguhan hati dalam menghadapi setiap kesulitan dan semangat untuk terus maju.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H