Mohon tunggu...
Adi Muhammad Taufiq
Adi Muhammad Taufiq Mohon Tunggu... -

Sekaranglah saatnya KITA berubah! Kemalasan kita ubah menjadi ketekunan. Kesombongan kita harus diubah menjadi keramahan. Kesederhanaan kita dalam berpikir harus kita ubah dengan kreativitas yang genius. Kelalain Kita harus kita ubah dengan kewaspadaan yang tajam. Waktu kita harus diisi penuh dengan aktivitas, detik demi detik. Pikiran negatif kita harus diubah dengan pikiran positif.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ma...Aku Tidak Lulus UN!!!

26 April 2010   06:45 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:34 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Banyak dari pelajar SMA di Indonesia pada hari ini mungkin yang harus berkata seperti itu ketika mendapati bahwa ia tidak lulus ujian nasional tahun ini. Tahun ini kembali ribuan pelajar SMA harus menunda kegembiraan untuk melepas seragam putih abu-abunya, menurut data resmi kementerian pendidikan nasional dari 1.522.162 siswa se Indonesia yang mengikuti UN, yang mengulang, bahasa halus untuk mereka yang tidak lulus, mencapai 10.39 % atau berjumlah 154.079 siswa.

Melihat makin turunnya tingkat kelulusan UN ini banyak yang bertanya ada apa dengan pendidikan Indonesia? Ada yang berpendapat hal ini dikarenakan semakin ketatnya penyelenggaran UN oleh pemerintah hingga rendahnya tingkat pemahaman siswa dalam menyerap pelajaran di kelas. Namun sayangnya masih banyak orangtua siswa yang tidak lulus menlimpahkan kesalahan kepada sekolah, dalam hal ini para guru. Mereka menganggap bahwa guru-guru yang bersangkutan tidak becus mengajar anak-anak mereka yang akhirnya anak mereka tidak dapat lulus UN. Benarkah demikian? Terkadang para orangtua lupa, kalau tidak mau dikatakan tidak mau tahu, dengan cara belajar anak-anak mereka. Mereka seperti banyak siswa lainnya menganggap kalau belajar itu hanya dilakukan disekolah dan menjadi tanggung jawan dari guru, mereka lupa bahwa para orangtualah yang memegang peranan penting dalam menentukan arah pendidikan anak-anak mereka.

Seandainya para orangtua ini mau sadar akan beratnya beban menjadi seorang guru. Apakah mereka masih beranggapan demikian?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun