Mohon tunggu...
Adi Muhammad Taufiq
Adi Muhammad Taufiq Mohon Tunggu... -

Sekaranglah saatnya KITA berubah! Kemalasan kita ubah menjadi ketekunan. Kesombongan kita harus diubah menjadi keramahan. Kesederhanaan kita dalam berpikir harus kita ubah dengan kreativitas yang genius. Kelalain Kita harus kita ubah dengan kewaspadaan yang tajam. Waktu kita harus diisi penuh dengan aktivitas, detik demi detik. Pikiran negatif kita harus diubah dengan pikiran positif.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Kembalikan Kejayaan Indonesia !!!

25 April 2010   01:51 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:36 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Pagelaran akbar di bidang Bulutangkis yang berlabel Thomas & Uber Cup 2010 kembali akan di gelar pada bulan Mei mendatang. Hal yang menarik adalah adanya ide untuk memisahkan kedua event tersebut menjadi dilaksanakan oleh 2 (dua) negara berbeda. Terlepas dari hal tersebut ada hal yang lebih menggelitik relung hati, yaitu kapan Indonesia kembali menancapkan tajinya ke dunia bulutangkis. Seperti yang kita ketahui Indonesia meraih piala Thomas terakhir kali dijuarai Indonesia pada tahun 2000, selaiknya Tim Thomas, Tim Uber Indonesia bahkan lebih parah lagi karena terakhir mereguk nikmatnya Juara pada tahun 1996 di Hongkong. Parahnya lagi Indonesia tidak berdaya bahkan ketika pertandingan dilaksanakan di rumah sendiri pada tahun 2004 dan 2008.

Pertanyaannya sekarang, Ada apa dengan Bulutangkis Indonesia? Banyak yang berpendapat kurangnya kompetisi sebagai jawaban dari terus menurunnya prestasi bulutangkis kita. Hal ini dibuktikan dengan semakin jarangnya diadakan kejurnas bulutangkis sehingga pola perekrutan pemain semakin berkurang bahkan bukan tidak mungkin hanya melalui event Pekan Olahraga Nasional saja. Bayangkan seandainya bulutangkis mengikuti format liga super sepakbola di mana setiap daerah mempunyai klub yang dipertandingkan maka dapat dipastikan bahwa akan muncullah bibit2 baru yang berasal dari berbagai daerah, tidak seperti dewasa ini yang dikuasai oleh daerah tertentu. Peran serta pemerintah pun harus digugat bayangkan untuk sepakbola yang sangat miskin gelar internasional pemerintah baik pusat maupun daerah tidak segan-segan menggelontorkan dana hingga bermilyar-milyar bahkan terakhir kegiatan Kongres Sepakbola Nasional, yang kemudian tidak menghasilkan apa-apa, menggunakan anggaran sebesar 3 milyar. Ditambah Menteri dibidang olahraga pun disinyalir semakin gencar berkampanye untuk meraih kursi ketua umum partai dibanding mengurusi olahraga kita yang semakin sakit.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun