Stabilitas politik dan keamanan suatu negara akan berdampak kepada pertumbuhan perekonomian negara tersebut bahkan kepada dunia. Tahun ini terjadi konflik dua negara yang memberikan dampak sosial dan ekonomi, yaitu konflik Rusia - Ukraina.Â
Konflik Rusia - Ukraina disebabkan karena keinginan Rusia untuk menjadikan pemersatuan wilayah kembali. Seperti yang diketahui bahwa ini sudah terjadi berabad-abad.
Hal yang sama terjadi pada tahun ini, di mana keinginan Rusia menyatukan kembali wilayah dengan Ukraina. Putin yang merupakan Presiden Rusia melakukan invasi dikarenakan sebagai upaya pencegahan gabungnya Ukraina dengan NATO.Â
Invasi Rusia ke Ukraina terjadi pada 24 Februari 2022 yang penyerangan ada di kota-kota besar Ukraina, yaitu Kharkiv, Sumy, Kyiv dan Odessa. Tercatat bahwa konflik yang terjadi tersebut membuat 6,7 ribu warga sipil tewas.Â
Konflik Rusia - Ukraina bisa menjadi salah satu contoh bahwa tidak stabil politik dan keamanan yang terjadi memberikan dampak terhadap pertumbuhan perekonomian bagi dunia. Pengaruh konflik Rusia dan Ukraina terhadap pertumbuhan perekonomian akan mengacu kepada tiga aspek utama, yaitu harga komoditas, perdagangan negara tetangga akan terhalangi dan tingkat kepercayaan bisnis.Â
Seperti yang diketahui bersama bahwa harga komoditas mengalami kenaikan terutama pangan dan energi. Hal tersebut menyebabkan inflasi dan berdampak terhadap pendapatan serta permintaan negara.Â
Konflik Rusia - Ukraina tidak hanya berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi global. Adanya invasi yang terjadi membuat berbagai kehancuran material di Ukraina. Tercatat bahwa untuk melakukan pembangunan material-material yang hancur di Ukraina membutuhkan dana dengan jumlah 349 miliar dolar sampai 750 miliar dolar.
Selain konflik Rusia - Ukraina, kekacauan pertumbuhan ekonomi dirasakan oleh Venezuela. Negara tersebut dinilai sebagai rumah bagi cadangan minyak terbesar di dunia. Karena memiliki kekayaan minyak yang melimpah membuat Venezuela dijuluki sebagai negara petrostat.Â
Bagi Venezuela, sumber daya minyak ini memiliki peran unggul. Akan tetapi, terjadi turunnya harga minyak pada tahun 2016, yaitu 30 dolar per barel dan awalnya 100 dolar per barel di tahun 2014.Â
Terdapat beberapa hal yang disoroti sebagai penyebab rendahnya harga minyak tersebut, yaitu produksi rendah; peran minyak yang dominan; tingginya hutang negara sebesar 150 miliar dolar; hiperinflasi; PDB rendah; dan lahirnya otokrasi. Akan tetapi, terjadinya gangguan dalam sistem perekonomian, dalam hal ini terkait sumber daya Venezuela, ini sangat berhubungan dengan krisis politik yang ada.Â
Terdapat dinamika politik yang terjadi, yaitu di bawah pimpinan rezim Maduro, institusi negara dikendalikan secara penuh terhadap hasil pemilu, proses hukum dan pengambilan keputusan. Karena adanya kontrol penuh yang dilakukan oleh rezim Maduro, melahirkan adanya kriminalisasi pandangan politik yang sifatnya berlawanan.Â