Pandemi Covid 19 yang entah kapan akan usai memberikan berbagai dampak kepada setiap orang. Terutama kepada para pemilik usaha makanan, karena pandemi sendiri memberikan kesan tidak baik bagi para pelaku usaha makanan, baik itu usaha mikro maupun makro. Kenapa bisa? Hal ini disebabkan karena beberapa orang memiliki ketakutan akan virus yang sedang merebak sehingga mengurangi pembelian makanan di luar rumah. Melihat kondisi ini tentu saja membuat para pelaku usaha harus memutar otak menyusun strategi agar usahanya tidak mengalami gulung tikar.
Untuk itu bagaimana strategi yang digunakan pemilik usaha? Lets check this out!
Ditemui pada 21 Juni 2021 di kediamannya sekaligus tempat produksi atau lebih tepatnya di desa Danakerta rt/rw 05/01, kecamatan Punggelan, kab Banjarnegara, Jawa Tengah. Ibu Samsiyah namanya, salah satu pelaku usaha yang sangat terdampak akan pandemi ini sedikit bercerita mengenai upaya beliau dalam menghadapi pandemi di tengah usaha yang tengah dilakukan.Â
Usaha yang dimiliki Ibu Samsiyah adalah pembuatan makanan ringan homemade, yang sudah berjalan hampir 13 tahun lamanya atau lebih tepatnya terbentuk pada tahun 2008.Â
Usaha ini tidak serta merta datang tanpa sebab, beliau mengatakan bahwa selain terbentuk karena memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga, usaha ini juga terbentuk karena ada beberapa faktor. Beliau mengatakan bahwa sebelum memulai usaha ini beliau memiliki usaha warung makan yang terpaksa harus berhenti sehingga beliau akhirnya memutuskan untuk berjualan makanan ringan.
"Sebenarnya sebelum saya memulai usaha ini, saya sudah memiliki warung makan yang berlokasi di area pasar Pon. Namun pada saat itu pasar harus direnovasi sehingga membuat usaha warung makan milik saya harus terhenti. Untuk itu saya akhirnya mencoba untuk menjual makanan ringan yang dibuat oleh saya sendiri, Alhamdulillah sudah berjalan hingga saat ini", terang beliau ketika menjelaskan latar belakang terbentuknya usaha ini.
Setelah memulai membuat usaha ini ternyata minat konsumen terhadap makanan ringan yang beliau buat cukup antusias. Jenis makanan ringan yang beliau buat pun bermacam-macam varian, mulai dari peyek dengan topping kacang, kacang kedelai hingga teri, keripik pisang, keripik busil hingga keripik singkong.Â
Selain itu varian harga makanan ringan tersebut pun bermacam-macam mulai dari yang paling murah yaitu Rp 2.5000, Rp 5.000, Rp 10.000 hingga yang paling mahal seharga Rp 14.000.Â
Konsumen dari Ibu Samsiyah cukup banyak karena selain beliau menjualnya di rumah yang dijadikan tempat produksi serta warung namun beliau juga memperluas pasar dengan menjualnya dengan sistem re-seller. Tentu hal tersebut akan meningkatkan penjualan serta memperluas mangsa pasar.Â
Selain itu ternyata beliau tidak memiliki karyawan sehingga mengurangi beban pembayaran karyawan. Untuk memproduksi keripik ini beliau dibantu oleh suami serta anak-anaknya.