Masa pandemi ini tentunya memberikan pengaruh yang cukup besar, terutama pada sektor usaha yang membuat mereka terancam gulung tikar. Segala jenis upaya mereka lakukan agar bisa terus menyambung hidup ditengah berbagai krisis yang menghampiri. Mulai dari memutar otak untuk mencari berbagai pekerjaan walaupun tidak sesuai dengan yang selama ini mereka lakukan. Namun siapa sangka hal ini membawa dampak yang positif, walaupun harus disertai usaha yang lebih besar lagi. Salah satu bentuk usahanya yakni membudidayakan ikan lele yang telah menjadi komoditas pangan yang cukup populer di kalangan masyarakat. Hal ini menjadi pilihan untuk beberapa kalangan terutama yang pekerjaannya terancam hilang ketika pandemi covid-19 datang.
Kamis, 15 April 2021 saya diberi kesempatan untuk mewawancarai salah satu peternak lele di desa Danakerta, kec Punggelan, kab Banjarnegara, Jawa Tengah. Bapak Yoyot di kediamannya dengan senang hati menerima kedatangan saya untuk melakukan wawancara. Beliau baru menggeluti usaha ini sekitar satu tahun yang lalu ketika pandemi covid-19 datang dimana hal ini memberikan dampak yang sangat besar dalam hal perekonomian. Sebelum pandemi datang pekerjaan yang beliau lakukan yakni berhubungan dengan hal yang berbau elektronik yaitu memberikan jasa soundsystem pada acara-acara pernikahan atau berbagai acara yang membutuhkan soundsystem.Â
"Ya memang sebelum memulai usaha ini saya sempat membuat usaha penyewaan jasa soundsystem. Tetapi, karena ada corona membuat banyak acara dibatalkan dan mau tidak mau saya harus berpikir bagaimana cara menghasilkan uang selain dari usaha ini. Akhirnya saya memutuskan untuk membuat kolam ikan saja dan mulai beternak lele, karena saya pikir ikan lele kan banyak dikonsumsi oleh masyarakat jadi kondisi di pasaran saya harap si akan tetap stabil", terang beliau.
Beliau juga menjelaskan bahwa untuk memulai usaha ini tidak semudah yang dibayangkan, karena memerlukan modal yang tidak sedikit. Banyak hal yang dibutuhkan baik itu dalam bentuk modal uang hingga tenaga yang terforsir untuk membuat kolam. Untuk kolam sendiri bapak Yoyot memiliki sekitar 5 kolam di halaman rumahnya dan beberapa kolam lainnya yang berada tidak jauh dari rumahnya. Selain menyiapkan kolam, beliau juga harus membeli indukan lele sebanyak 3 ekor yang terdiri dari 2 betina dan 1 jantan dimana harga per-ekornya mencapai Rp. 15.000. indukan ini nantinya diharapakan akan menghasilkan bibit ikan lele yang berkualitas tinggi. Beliau juga mengatakan jika memelihara ikan lele itu harus memiliki keuletan yang tinggi, karena perawatan bibit ikan yang masih kecil tidak boleh dilakukan secara sembarangan. Hal ini ditunjukan setelah proses pemijahan dari indukan ikan, dimana perawatan yang dilakukan seperti pakan yang harus dikonsumsi bibit ikan tersebut yang tidak boleh sembarangan dan harus sesuai dengan umur bibit ikan lele tersebut.
"Untuk perawatannya sendiri menurut saya ya gampang-gampang susah dan perlu keuletan juga. Dimana 4 hari setelah proses pemijahan itu pakan yang diberikan yakni cacing sutra selama kurang lebih 15 hari-an, setelah itu mulai dikasih pakan pellet tepung kira-kira sampai umur 25 hari, nah barulah setelah itu dikasih pellet butiran sampai sekitar umur 2 bulan-an dan setelah itu lele sudah siap panen," kata beliau.
Bapak Yoyot sendiri mengatakan bahwa beliau lebih memilih untuk memelihara dan menjual bibit ikan yang menjadi bakal lele dewasa, hal ini beralasan karena bibit ikan mencegah kerugian dikemudian harinya. Musim panen yang relatif sebentar membuat beliau tidak harus mengeluarkan banyak biaya yang terlalu besar ke depannya. Hal ini pun dapat meminimalisir kegagalan panen yang bisa membuat beliau rugi besar. Harga pasar yang cukup stabil pun memberikan keuntungan tersendiri untuk beliau. Bibit lele ini dijual dengan kisaran Rp. 100 per-ekornya dimana sekali panen bisa mencapai sekitar 50.000 bibit ikan bahkan terkadang lebih dari itu. Untuk omset yang didapatkan jika setiap dua bulan sekali panen dan menjualkannya bisa mencapai 5 juta hingga 10 juta bahkan bisa lebih jika bibit ikan lele yang dihasilkan bisa melebihi 100.000 ekor.
Walaupun di masa pandemi, beliau tidak merasa terlalu dirugikan karena menurut beliau sekarang ini banyak yang mulai memelihara ikan di rumah masing-masing sehingga memudahkan beliau untuk menjual hasil panen. Apalagi saat awal pandemi masyarakat diharuskan di rumah saja atau dikenal dengan istilah stay at home yang membuat mereka yang biasanya beraktifitas merasakan kebosanan sehingga akan membuat mereka akan mencoba hal baru untuk mengisi waktu luang yang cukup banyak.
Nah, salah satunya dengan mulai memelihara ikan lele yang tidak mengharuskan untuk membuat kolam yang besar, cukup kolam minimalis untuk mempermudah dalam perawatannya. Peluang ini dimanfaatkan dengan baik oleh bapak Yoyot dengan menjual bibit ikan lele. Tentunya hal ini memberikan dampak serta keuntungan yang sangat baik untuk kedua belah pihak. Dimana si konsumen mendapatkan aktifitas baru untuk menghilangkan kebosanan sedangkan si penjual akan mendapatkan keuntungan berupa uang. Transaksinya pun masih bisa dilakukan di rumah tanpa harus bertemu langsung satu sama lain sehingga dapat meminimalisir pencegahan terhadap penularan covid-19.
Setelah satu tahun-an lebih membuat usaha ini beliau pun merasakan perubahan yang cukup signifikan terutama dalam hal perekonomian, yang dulunya harus menunggu ada yang menyewa soundsystem-nya sekarang pendapatan dari beternak ikan lele yang diterimanya pun cukup stabil. Namun nantinya jika berbagai acara baik itu pernikahan atau acara lain-lain suda diperbolehkan diadakan beliau tidak menampik untuk tetap menjalankan usahanya yang dulu, namun bedanya beliau akan mengkombinasikannya dengan usaha ternak lelenya yang sekarang.
Dalam menjalani usaha ini tentunya saja beliau mengalami banyak suka dan duka. Sukanya apabila bisa berhasil menjual bibit ikan lele tanpa adanya kematian yang terlalu banyak. Selain itu juga beternak ikan lele memberikan kebahagiaan tersendiri untuk beliau, karena ketika mengunjungi kolam beliau merasa damai dan senang terutama ketika melihat ikan lele berkembang dengan baik. Sedangkan untuk dukanya yakni apabila terjadi gagal panen yang selalu mengancam setiap saat. Penyebabnya pun bisa disebabkan oleh banyak hal, mulai dari faktor cuaca yang ekstrim hingga berubah-ubah setiap saat, penyakit ikan yang tiba-tiba menyerang dimana hal itu bisa menyebabkan penularan masal pada ikan-ikan yang lainnya. Gagal panen seperti ini pun lama kelamaan bisa menyebabkan modal yang dimiliki beliau mulai menipis dan tentunya itu sangat-sangat diantisipasi agar tidak terjadi.