Dalam desah angin yang berbisik pelan,
tahun-tahun menggelincir di tepi ingatan,
gemuruh detik menjahit malam
di bawah taburan langit yang penuh nyanyian.
Lonceng-lonceng usia berdentang lirih,
mengabarkan rindu yang tertinggal di balik perih,
menyulam janji dalam bayang sunyi,
melipat harap di sudut langit pagi.
Ada yang gugur dalam lirih gemintang,
seperti doa-doa yang tak sampai ke pulang.
Namun, di ambang kabut yang memeluk bumi,
lahir senyap keberanian, melangkah tanpa henti.
Tahun baru, lentera yang kembali dinyalakan,
di tangan waktu yang tak pernah enggan.
Kita meniti tapak dalam aroma hujan,
menghimpun cerita dari serpihan kenangan.
Bukan sekadar angka yang berganti warna,
namun sebuah kisah yang merangkai makna.
Sebab hidup adalah puisi tanpa titik,
dan kita pena yang terus menulis, meski perih.
Biarlah bintang membisikkan rahasia esok,
di bawah langit yang tak pernah menatap jauh.
Tahun baru, perjalanan tak berbatas jarak,
menunggu jiwa-jiwa yang siap berpijak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H