Tidak ada menteri kabinet kerja Jokowi yang paling menyedot perhatian publik selain “Menteri Susi”. Bagaimana tidak! Sosok energik yang memulai karir sebagai pedagang ikan mulai 1 – 2 kg, kemudian berhasil membangun bisnis perikanan hingga mendunia. Sukses di bisnis penerbangan dengan “Susi Air” puncaknya ketika diangkat sebagai menteri yang ternyata hanya tamat SMP.
"Ngacomengangkat Susi sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan. Sukses menjadi pengusaha ikan bukan berarti bisa memimpin KKP," ungkap Muslim Pakar ilmu kelautan dari Institut Teknologi Bandung. (Kompas,20 oktober 2014).
Apakah bener “Ngaco”. Waktu nanti yang akan membuktikan bagaimana kiprah penjual ikan yang luar biasa ini sebagai menteri.
Tapi sejarah membuktikan bahwa orang-orang hebat di seluruh pelosok dunia biasanya bukan dari mereka yang berpendidikan tinggi. Bill Gates dengan Microsoft, adalah orang terkaya di dunia, Zuckerberg penemu Facebook, mereka tidak tamat kuliahnya. Bahkan penemu terbesar sepanjang zaman Thomas Alfa Edison tidak pernah sekolah. Karena dia peradaban tumbuh pesat seperti sekarang. Dia bapak penemu dari semua penemu karena hak paten dari temuannya ribuan. Dahsyatnya hasil temuan itu bukan teronggok di laboratorium atau hanya jadi paper tapi menjadi bisnis sukses kelas wahid di dunia dengan GE-nya (General Electric).
Sebut orang-orang hebat di dunia yang membuat sejarah besar dalam kehidupan manusia. George Washington salah satu presiden terbesar dan tersukses USA juga sama. Soeharto presiden terkuat yang disegani siapa pun hanya tamat SR (SD). Ketela Mukibat ditemukan petani kampung, Ikan mujair ditemukan pedagang sate, bukan mereka-mereka yang ada di kampus-kampus.
Fenomena “Susi” ini sebenarnya sudah diramal oleh Kehniche Ohmae dalam bukunya The Borderless World “pemimpin usaha yang sukses akan lebih bergengsi dan berpengaruh dibanding kepala Negara”katanya. Termasuk jika dibandingkan dengan kepala negara super power USA sekalipun. Bandingkan Bill Gates, Zuckerberg gengsi dan pengaruhnya dengan presiden USA.
Obama berpengaruh hanya dalam percaturan politik dan ekonomi tingkat negara tetapi Bill Gates dan Zuckerberg berpengaruh pada politik, ekonomi, sosial, budaya pada hidup semua lapisan masyarakat di seluruh dunia. Anda menyaksikan ketika Bill Gates datang ke Jakarta disambut SBY dan Zuckerberg disambut Jokowi dan masyarakat Indonesia. Masuknya JK, ARB, Hasyim, CT, Rahmad Gobel, Susi, dan pengusaha sukses lainnya menunjukkan fenomena ini.
Suatu hari untuk urusan investasi saya pernah dipresentasikan oleh anak muda, pemain di sektor keuangan. Dia bisa begitu fasih dan aktual membuat contoh-contoh tentang situasi makro ekonomi baik nasional dan regional, bagaimana pengaruhnya terhadap mikro ekonomi dan pelaku bisnis. Kemudian dengan sederhana menjelaskan bagaimana nilai uang yang sebenarnya (value of money) terhadap situasi lingkungan sekitarnya. Karena uang itu hidup dan sangat peka, katanya. Setelah saya mengenalnya ternyata dia hanya tamatan SMA tapi penghasilannya ratusan juta per bulan. Saya bisa bandingkan teman saya ini dengan kebanyakan doktor ekonomi yang ada di kampus-kampus di Indonesia. Saat itu saya hanya bilang ini bedanya belajar langsung di lapangan dan kehidupan dengan hanya di kampus.
Dalam konsep MarkBen “Setiap detik dunia tidak lagi sama”. Temuan teknologi gulung-menggulung mengubah semuanya, mengubah cara kita hidup, mengubah ukuran dan mengubah nilai-nilai.
Liar dan tak terpetakan itulah gambaran perubahan. “Terra incognita” kata Alvin Toffler menggambarkan masa di millenium ketiga sebagai era yang penuh gonjang ganjing. Di mana satu perubahan akan mengubah hal-hal lainnya secara tak terduga, tidak lineer dan bisa sangat mendasar.
Dunia maya ini (internet) adalah contoh perubahan tersebut, dunia yang tak terbatas (unlimited). Sekarang baru sebagian kecil yang berhasil dieksplorasi. Tetapi dampaknya sudah luar biasa. Budaya internet menyebabkan anak gadis Anda tiba-tiba minta diantar ke Mall untuk membeli model baju yang dipakai Gigi dalam acara resepsi pernikahannya dengan Rafi. Model rambut Ronaldo, menular ke seluruh sudut muka bumi, termasuk anak saya yang masih SD. Cara berpakaian Suju digemari di Seoul, Jakarta, atau Balikpapan. Acara kebut-kebutan anak muda di jalanan New York juga dilakukan anak muda di Madura atau di Mekkah sana. Dunia benar-benar menjadi 1 kampung atau global village seperti yang ditulis Marshall Mc Luhan. Dampaknya bagi kehidupan dan bisnis sangat dahsyat.
Ke depan situasinya akan semakin ekstrim. Dengan internet ilmu dan keterampilan bisa dipungut di mana saja oleh siapa saja, bahkan oleh mereka yang tidak tahu bahasanya. Ilmu pengetahuan, teori, hasil laboratorium dan hasil percobaan tersebar di lembaga pemerintah, swasta, lembaga penelitian, pendidikan, perusahaan terbaik di dunia. Siapa mau belajar apa dan mau menjadi ahli apa tersaji lengkap dengan hampir tanpa biaya selain laptop atau HP dengan koneksi internet (jika di tempat umum ada fasilitas wifi gratis, tanpa biaya).
MarkBen meramalkan bahwa suatu saat (10, 100 atau 1000 tahun lagi) sekolah tinggal sejarah, seseorang hanya butuh bisa membaca untuk menjadi ahli yang dia inginkan dengan belajar dari internet dari ahli dan dari sudut mana pun di dunia ini. Di era ini mungkin ijazah sudah tidak laku lagi.
Pesannya bagi kita semua kita harus memahami perubahan dengan ukuran dan nilai baru yang dibawa era ini. Kalau tidak kita tergagap-gagap, ketinggalan. Pesan lainnya adalah jika Jokowi yang orang biasa (tukang mebel), bukan ketua pembina partai, bukan jenderal, bukan konglomerat bisa jadi presiden, Susi yang hanya penjual ikan tamat SMP bisa jadi menteri, berarti Anda semua bisa menjadi apa saja setinggi yang bisa Anda raih. Jadi jangan rendahkan diri Anda karena pendidikan, kekayaan atau pangkat untuk menjadi orang hebat.
Penulis
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H