Saya adalah salah satu anak dari sekian pasangan yang berbeda keyakinan, saya yakin tidak hanya saya saja yang merasa bimbang atas keadaan yang seperti saya alami saat ini, kebimbangan yang sangat mutlak timbul adalah ketika kita harus memilih salah satu keyakinan yang harus kita pilih.
Ketika orang tua saya menikah, mereka memiliki satu perjanjian tentang kelak agama apa yang akan mereka beri kepada anak-anaknya, dan orang tua memilihkan agama dari ibu saya yang harus saya yakini, Islam agamaku, tetapi miris memang rasanya ketika saya mengetahui bahwa pertama saya hadir di dunia ini, Pak Dokterlah yang meng-Adzaniku, bukan ayah kandungku, mungkin memang harus demikian keadaannya, dan saya mulai bisa menerima itu semua.
bukan hanya itu saja yang saya alami, setelah mereka sepakat kalau saya harus beragama islam, tetapi apa yang terjadi orang tuaku memberi pendidikanku yang pertama di playgroup dari yayasan agama lain, semua anak yang sekolah di situ beragama kristen ( maaf saya menyebut secara terang ), tidak hanya sampai di situ, ketika memasuki taman kanak-kanak pun saya masih disekolahkan di yayasan itu, betapa saya benar-benar tidak tahu sedikitpun tentang islam yang haruslah saya pelajari dan yakini, ketika ibu shalat pun saya tidak pernah di ajak, betapa mirisnya.. yang saya baca setiap hari adalah kitab agama ayahku.
sampai akhirnya saya memasuki tingkat sekolah dasar, saya pindah domisili, dan itu awal dari kehidupan saya, suasana baru saya, saya bersekolah di SD yang umum, dan semua murid di situ beragama islam. untuk kenal dengan islampun orang tua saya mendatangkan guru agama/ ustad di rumah saya setiap harinya,saya tidak pernah mendapatkan itu semua dari orang tua saya.lagi-lagi saya terpaksa harus memaklumi keadan itu.
ketika saya memasuki tingkat SMP, saya sudah agak sedikit paham tentang islam dan saya sedikit-sedikit mulai meyakininya, memang itu sangatlah terlambat,tapi itulah keadaan yang harus saya alami, meski ibuku memakai kerudung tetapi ibu melarangku untuk memakainya.awalnya saya heran kenapa ibu melarangku?? akhirnya ketika saya memasuki tingkat SMA , saya menemukan jawaban dari sikap ibu tersebut, SMA saya memutuskan untuk memakai kerudung, tetapi hanya saat di sekolah saja, setelah itu lepaslah kerudung itu, dengan keadaan ini, ibu mulai bertanya padaku, " apa sudah mengerti, alasan ibu melarangmu untuk memakai jilbab?" ak menjawab iya, ibu sebenarnya khawatir jika saya main-main denga jilbab, ibu tidak mau jika jilbab hanya saya pakai untuk kedok agama belaka, tanpa memaknainya, dan hal inilah yang saya alami sampai saat ini, ingin rasanya berubah tetapi saya tetap sulit untuk memulainya.
ketika saya masuk perguruan tinggipun saya tetap mengenakan jilbab, tetapi tak ada bedanya saat saya SMA dulu,betapa rapuhnya keyakinanku terhadap agamaku, kewajibanku untuk shalat pun kadang saya melewatkannya. tetapi saya beruntung, meski jauh dari orang tua tetapi saya mempunyai pendamping yang mau mendapingiku sedari awal tentang islamku, meski perubahannya tidak terlalu ekstrim, tetapi ada sedikit perubahan yang saya rasakan.
GBU All
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H