Mohon tunggu...
Adi Guntara
Adi Guntara Mohon Tunggu... -

aku saja

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

IPB: Institut Pasti Bisa, Kedengarannya Sombong Ya...

30 Maret 2014   15:09 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:17 509
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Kalimat ini saya baca dari artikel yang ditulis mahasiswa IPB Akbar Muhibar dengan judul IPB Layak Ditutup? Yakin? Kalimatnya sendiri berbunyi “Selain itu belajar di IPB kalau menurut saya punya satu slogan “Institut Pasti Bisa - dimana aja dapat kerjaannya” karena ilmu IPB luas dan terbukti, bisa terserap dalam aspek apa saja”.

Saya coba menganalogkan dengan sekolah-sekolah berbendera tertentu, misalnya Muhammadiyah, selain tetap dengan keilmuan yang sesuai ia juga dididik tentang ke-muhammadiyah-an sehingga sekali dayung dua pulau terlampoi. Mendidik dan mengembangkan keilmuan dan menanamkan azas kemuhammadiyahan.

Harap difahami, IPB mengibarkan bendera pertanian dan tidak sedikit APBN yang terserap di situ, rasanya tidak salah jika masyarakat mempertanyakan kontribusi IPB terhadap perkembangan pertanian yang kenyataannya tidak berdaulat. Banyak produk pertanian tergantung asing.

Memang benar, IPB bukan penentu kemandirian pertanian Indonesia. Semuanya bergantung kepada kementerian pertanian. Juga IPB bukan satu-satunya peguruan tinggi negeri yang memiliki jurusan pertanian. Tapi tidak bisa dipungkiri bahwa IPB yang paling besar dan pastinya menyedot APBN paling besar.

Lha, kalau mahasiswanya seperti saudara Akbar Muhibar yang merasa sangat kompetitif karena laku diterima dimana saja dan tidak memiliki kepedulian terhadap pertanian, pantas saja kalau pertanian Indonesia stagnan. Tidak salah jika masyarakat mulai meninggalkan sawah dan kebun karena hasilnya secara financial tidak begitu menjanjikan. Apa peduli mereka dengan ketahanan pangan jika contohnya teladannya demikian.

Juga dalam kenyataan yang ada di lingkungan saya, beberapa orang teman saya jebolan IPB tetapi bekerja di bank, konsultan, kontraktor, LSM dan sebagainya, sementara yang tetap menggarap pertanian adalah petani-petani kampung yang tidak faham intensifikasi.

Saya berharap mahasiswa IPB lainnya, dan alumni-alumninya tidak usah sombong berpandangan seperti kompasianer di atas. Kalau IPB saja tidak peduli, bagaimana dengan yang lainnya...? Jangan mentang-mentang bisa bekerja di semua sector dong..? Itu ibarat ironi tentara, bisa melakukan apapun dan bisa jadi apapun kecuali berperang.

Jadilah pelopor, anggaplah sebagai bentuk terima kasih karena sebagian besar biaya pendidikan ditanggung APBN. Jika anda-anda yang cendikiawan pertanian itu berada di garda terdepan dalam pembangunan pertanian Indonesia, insya allah yang lain akan mengikuti.

Semoga menjadi renungan kita semua…

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun