Mohon tunggu...
Leistar Adiguna
Leistar Adiguna Mohon Tunggu... -

Penulis lepas dan videographer. Alumni Jurusan Televisi ISI Yogyakarta dan Pondok Modern Darussalam Gontor.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Televisi Tidak Proporsional!

27 Agustus 2010   00:38 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:41 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebenarnya, agak sulit menonton berita yang “benar-benar berita” di televisi.

Berita-berita di sana kayaknya sudah diulang puluhan kali dan masih dibahas-bahas terus. Kayak perampokan dengan metode hipnotis. Waduh, sudah 4 hari ini jadi trending topics.

TV One sampai merasa perlu mengundang ahli hipnotis segala untuk demonstrasi. Kalau begini sih, hipnotis bisa jadi keterampilan baru yang harus dikuasai. Laris-lah ahli-ahli hipnotis di negeri ini. Mungkin bisa jadi suatu saat, polisi mempertimbangkan penggunaan jasa ahli hipnotis untuk mengungkapkan kebenaran dari suatu perkara. Nah, sudah itu peluang ditangkap partai politik. Jadilah si ahli hipnotis tadi politikus jempolan nantinya. Pasalnya dia sudah berpengalaman menguasai pikiran lawannya, jadi ahli hipnotis merupakan aset penting bagi partai itu. Nantinya, kalau karirnya lancar dan dia jadi presiden, setelah masa jabatan berakhir, dia bakal melakukan hipnotis masal, dan memberi sugesti tentang keberhasilannya selama jadi presiden. Cerahlah nasib ahli-ahli hipnotis di negeri ini nantinya. Toh sekarang, meski tak dilirik media, mereka masih bisa beraksi di toko-toko mengambil duit seenak perutnya.

Tapi bagus juga untuk meningkatkan kewaspadaan. Selanjutnya saya jadi geli kalau melihat infotainment belakangan ini. Investigasi Selebritis di Trans TV dua hari terakhir, headline-nya selalu fenomena-fenomena aneh yang terjadi belakangan ini. Mulai dari penampakan malaikat di Ka`bah, batu meteor jatuh di Cirebon, wajah yang muncul dari api kebakaran di Koja, empat matahari di Cina, hujan darah di India, sampai hujan kodok di Jepang ! Aduh, saya ketawa lho. Meski kedengarannya berita yang diangkat bikin merinding, tetap saja saya geli. Terus yang dimintai komentar siapa lagi kalau bukan artis-artis ganteng dan cantik. Tambah ketawa lah saya. Sudah deh, keluarlah komentar-komentar yang mantab dan penuh percaya diri. Tak tau lah. Mungkin sudah baca skenario terlebih dahulu. Dari narasi acara itu, Trans TV lebih memberatkan pada tanda-tanda akhir zaman. Mulailah dihubung-hubungkan dengan pembenaran ilmiah. Inilah yang bikin saya kesal. Yang seharusnya diangkat itu ilmuwan. Bukan artis ! Memang sih, ada peneliti Lapan yang dimintai keteranganya. Tapi cuma satu orang. Kurang puas, bung. Biar ilmuwannya gak fotogenik, tetap saja masalah seperti ini adalah bidangnya ilmuwan, bukan artis ! Meskipun artisnya populer banget. Bah ! Makanya sekarang ini, saya dan orang Indonesia lainnya, malas membaca dan belajar. Yang lebih dipercaya artis kok. Bukan ilmuwan.

Lagipula, tayangan soal fenomena alam yang dihubungkan dengan agama Islam, kok rasanya kurang pas dimasukan dalam acara investigasi selebriti. Kalau masuknya di acara reportase sih, masih bisa dimaklumi. Pas malah. Lah kalau dimasukan acara infotaiment, apa tidak keblinger. Mungkin, ini untuk mengambil simpati pasca deklarasi MUI tentang haramnya infotainment. Yah, mudah-mudahan sih tidak. Namun, rasanya klise sekali menyimak komentar Aura Kasih soal kiamat. Alah, masih mending baca postingan-postingan di Kompasiana atau jalan-jalan ke blog orang daripada menyimak tante Aura. Apalagi, narasi di investigasi selebriti kok agak didramatisir yah. Kalau saya mendengarnya, tambah ketawalah saya. Kata Raditya Dika, cuma di Indonesia saja, gosip selebriti dibawakan dengan gaya seperti memberitakan acara pemakaman. Pentolannya, ya siapa lagi kalau bukan, Ibu Feni Rose. Yang lainnya, hanya latah mengikuti. Cari gaya yang lain lah. Gaya Pak Tarno boleh juga.

Maaf, kalau postingan kali ini agak kacau. Sudah tidak tahan lagi. Sekedar komentar saja melihat tayangan informasi di televisi yang semakin tidak proporsional.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun