Baru saja kita menyaksikan konser yang cukup spektakuler, dimana artis yang saat ini sedang giat-giatnya mempromosikan single terbarunya dan memiliki impian untuk bisa go internasional. Kalian para pembaca pasti ada yang sudah paham siapa artis yang saya maksud tersebut. Agnes Monica merupakan seorang artis yang cukup berbakat dan saat ini namanya pun mulai diperhitungkan di kancah internasional dan ia terus bertekad dan yakin bahwa ia bisa terus menunjukan eksistensi dan bakat yang dimilkinya bahwa ia mampu dan pantas berada di dunia entertainment internasional. Dulu kita mulai mengenal Agnes ketika ia membawakan sebuah acara anak, saat itu Agnes belum terlalu menunjukan bakat yang ia miliki, namun seiring berjalannya waktu, bakat terpendam yang dimilikinya seakan-akan seperti mendoronganya memasuki dunia tarik suara lebih dalam lagi. Itu merupakan sedikit kisah mengenai Agnes kecil yang mulai beranjak dewasa dan mulai menunjukan eksistensinya didunia tarik suara. Beberapawaktu yang lalu Agnes juga sempat disinggung karena ia tidak menggunkan budaya Indonesia ketika mengikuti suatu acara yang telah membuatnya semakin dikenal didunia internasional.
Beda dulu beda kini, kisah yang lalu memang seharusnya bisa mengajarkan kita agar kita bisa menjadi seorang manusia yang lebih baik lagi dikemudian hari, namun terkadang orang melupakan apa yang telah dialami karena suatu keinginan yang sangat kuat, ya itu semua mungkin terjadi pada dara muda yang mempesona ini, dalam konsernya ia sering menggunakan pakaian yang bisa dikatankan kurang pantas jika dipandang dari sudut budaya Indonesia, dimana disini Indonesia yang sebagian besar penduduknya merupakan Muslim seharusnnya menjunjung tinggi norma-norma yang berhubungan dengan budayanya, terutama dalam berpakaian. Atau apakah mungkin untuk go internasional seorang artis harus menggunakan pakaian yang seksi dan cukup mengundang bagi kaum Adam.
Disini peran KPI juga seharusnya ada dalam mengontrol semua acara pertelevisian yang akan ditanyangkan di mata pemirsa di seluruh Indonesia, sangat disayangkan jika kita sudah mempunyai lembaga yang mengontrol tentang acara yang ditanyangkan tetapi pada kenyataan yang ada dilapangan masih banyak acara-acara yang masih berbau sara yang tetap ditontonkan kepada mata pemirsa Indonesia kita tercinta ini.
Kembali lagi membahass masalah hilangnya budaya yang seharusnya menjadi icon pada diri Agnes menciptakan kegelisahan-kegelisahan pada diri saya, apa memang budaya yang kita miliki ini telah jauh didominasi oleh budaya barat, atau apakah memang budaya barat yang memberikan celah kosong untuk terus diisi dan ditanamkan pada jiwa-jiwa yang memiliki rasa cinta pada budaya yang lemah. Lemah, ya itulah yang menjadi momok utamanya, kita seakan orang yang cuek terhadap budaya yang kita miliki, merasa budaya yang kita miliki kurang pas jika kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari, memang berat untuk melakukan itu semua di era globalisasi yang mana media adalah tokoh utama sebagai pemeran yang menyebarkan dan mendoktrin seluruh warga dunia untuk mengikuti jejak budaya barat yang katanya mba Syarini “Cetar mebahana” itu. Namun memang tidak dapat dipungkiri bahwasannya barat sebagai pemilik media terbesar memang telah mengusai hampir seluruh budaya, entah dari cara berpakaian, gaya hidup yang hedonis, maupun tata cara berkomunikasi yang semakin gaul, katanya.
Untuk mba Agnes saya hanya bisa menyarankan kepada anda agar menunjukan bahwa anda itu adalah orang Indonesia, orang yang cinta akan budaya Indonesia, jangan karena anda memiliki tekad untuk go internasional lantas anda menanggalkan norma-norma buadaya yang telah dimiliki oleh Indonesia kita tercinta ini, budayakanlah budaya Indonesia sebelum budaya tersebut dicaplok budaya lain, trims.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H