Mohon tunggu...
Guritno AS
Guritno AS Mohon Tunggu... Penulis - Penulis | Pengajar | Wiraswasta

Seorang pengajar yang hobi menulis. Biasa menulis di media sosial, LinkedIn, Esaiedukasi.com dan tentu saja Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Harta, Tahta, dan Nagorno-Karabakh

25 November 2020   21:57 Diperbarui: 26 November 2020   13:07 611
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Azerbaijan dan Rusia (sumber: tass.com)

Entah sampai sejauh apa bantuan yang diberikan Erdogan pada Azer, tetapi melihat porsi Turki yang cukup penting dalam proses gencatan senjata menunjukkan negeri itu tidak sepenuhnya lepas tangan.

Bahkan Ilham Aliyev mengatakan bahwa akan mengundang pasukan Turki ke Azerbaijan jika ada yang dirasa akan mengancam negerinya. Tentu pernyataan ini memiliki tone yang sangat keras, meski entah ditujukan kepada siapa. 

Rusia Kehilangan Momentum

Asal diketahui, bahwa Rusia punya pakta militer dengan Armenia. Tetapi nyatanya, Armenia bertempur sendirian. CTSO alias pakta pertahanan kolektiv di mana Yerevan dan Moskow menjadi anggotanya ternyata tidak difungsikan dalam konflik ini.

Putin, Presiden Federasi Rusia yang sering ditampilkan sebagai sosok superhebat dalam meme-meme media sosial ternyata memberikan komentar mengejutkan.

Putin berkata bahwa Rusia tidak akan membantu Armenia berperang melawan Azerbaijan, dengan alasan pertempuran itu terjadi di Nagorno Karabakh, bukan di wilayah Armenia. 

Apa yang sebenarnya terjadi, menurut penulis pribadi, telah menunjukkan kekalahan Putin atas Erdogan, khususnya di bidang diplomasi. Rusia tentu saja bisa mengambil porsi lebih, namun nyatanya Turki yang berhasil mencapainya. 

What's Next?

Ini yang mengerikan. Apakah bangsa Armenia akan diam saja dan keluar dari distrik-distrik Karabakh yang diserahkan ke Azerbaijan. Cukup segini sajakah langkah Turki dalam mengembangkan pengaruhnya? Lalu apa yang akan dilakukan Joe Biden dan pemerintah Amerika Serikat (andai beneran menang pemilu) terhadap masalah ini?

Rusia, Armenia, Azerbaijan, Georgia, dan Ukraina memiliki kesamaan, yakni sama-sama pernah hidup dalam naungan Uni Soviet (lihat daftar negara pecahan Uni Soviet di sini). Kesamaan lainnya? Sama-sama dilanda perang. 

Ukraina pecah jadi dua, Ukraina yang dikuasai kaum nasionalis, dan yang dicengkeram milisi Pro-Kremlin. Selain itu, jangan lupakan bagaimana 'aneksasi' Krimea yang sempat bikin dunia heboh. Sebelumnya, Georgia merana luar biasa. Dua wilayahnya 'dimerdekakan' paska kalah adu kuat lawan Rusia. Keduanya adalah Ossetia Selatan dan Abkhazia.

Konflik yang terjadi di kaukasus atau Eropa Timur tak melulu masalah agama, kepercayaan, ras maupun suku bangsa. Ingat bagaimana Jerman begitu bernafsu menguasai wilayah ini dan Eropa Timur? Tentus aja karena dua hal : tanah dan sumber daya alam. 

Akhirnya manusia memang tak jauh-jauh dari tiga hal, ketenaran, kekayaan dan nafsu belaka. Padahal sebagai sebuah kesatuan, spesies kita baru saja digebuk Korona. Nyatanya itu belum cukup untuk menjadikan kita kompak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun