Mohon tunggu...
Adi Fikri Humaidi
Adi Fikri Humaidi Mohon Tunggu... News Photographer -

Jangan menjelaskan tentang dirimu kepada siapapun, karena yang menyukaimu tidak butuh itu. Dan yang membencimu tidak percaya itu. -Ali bin Abi Thalib-

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Merindukan Umar bin Khattab

29 Januari 2018   08:16 Diperbarui: 29 Januari 2018   09:05 1209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Jokowi saat menghadiri pembukaan Milad Mathla'ul Anwar di Pandeglang Banten. (Foto: Adi Fikri Humaidi)

Rasulullah SAW mengajarkan empat sifat yang dimilikinya sebagai landasan yang wajib dimiliki oleh seorang pemimpin. Yaitu, Shiddiq (Benar), Amanah (Bisa Dipercaya), Tabligh (Menyampaikan), dan Fathonah (Cerdas). Ke empat sifat itu haruslah satu paket, tidak dipisahkan atau hanya dimiliki dan diamalkan salahsatunya saja.

Seorang pemimpin harus selalu berkata benar. Benar katakan benar, salah katakan salah, tidak ada yang ditutup-tutupi. Cerminan seorang pemimpin sejati yang dicontohkan Rasulullah SAW dan diamalkan penuh oleh sabahatnya Umar bin Khatab adalah apa yang diucapkan sejalan dengan apa yang dilakukannya.

Seorang pemimpin juga harus bisa menanamkan rasa percaya kepada rakyatnya. Jangan sampai ketika seorang pemimpin terpilih justru menimbulkan keraguan pada rakyat yang memilihnya. Rasa pesimis yang tertanam pada manusia biasanya timbul karena adanya keraguan. Kerja keras seorang pemimpin pertama kali adalah bagaimana menanamkan dan membangun rasa kepercayaan rakyat kepada dirinya. Karena mustahil seorang pemimpin bisa bekerja ditengah-tengah kecurigaan rakyat kepadanya.

Sifat berikutnya yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin adalah sifat Tabligh atau menyampaikan. Menyampaikan sesuatu tanpa ada yang dikurangi ataupun ditambahkan. Menyampaikan setiap kebenaran meski rasa pahit yang akan diterimanya. Pemimpin yang bijak layaknya Umar bin khatab ketika memberikan pesan yang tersirat melalui sebuah tulang kepada Amr bin Ash yang pada waktu itu akan menggusur pemukiman seorang Yahudi yang akan dibangun masjid. Umar menyampaikan kebenaran, bahwa haqtetaplah haq dan bathil tetaplah bathil.

Terakhir, seorang pemimpin haruslah cerdas. Cerdas dalam mengelola emosi dan cerdas dalam membuat keputusan. Umar bin Khatab memberikan contoh kecerdasan dalam kisahnya ketika Rasulullah memintanya untuk menjadi negosiator yang diutus untuk melobi orang-orang kafir Quraisy agar mau membuka pintu Mekah, karena pada waktu itu kafir qurais menutup pintu Mekah sehingga kaum muslimin yang sedang beribadah haji tertahan didalam. Umar menolak dengan halus perintah Rasulullah dan malah merekomendasikan Usman bin Affan untuk menjadi negoisator. Pada waktu itu beberapa sahabat mengecam penolakan Umar, Umar dianggap penakut dan tidak taat perintah Rasulullah.

Tahukah dimana letak kecerdasan Umar? Ya Umar cerdas dalam mengelola strategi dan emosi. Umar paham betul sikap dan perangai dirinya yang suka emosi ketika berhadapan langsung dengan kafir Quraisy, dan Umar paham betul kalau drinya bukan seorang negoisator yang baik untuk sebuah lobi-lobi penting, maka dari itu dia meminta sahabatnya Utsman bin Affan untuk menggantikan dirinya, karena Umar tahu bahwa Utsman perangainya lebih halus dan pandai bernegoisasi. Umar tidak memaksakan egonya. Padahal kalau Umar mau dia bisa menjadi pahlawan pada waktu itu.

Kita tidak pernah tahu, pada situasi seperti apa sosok pemimpin adil dan bijaksana seperti Umar bin Khattab muncul. Yang bisa kita lakukan saat ini adalah ikhtiar mencari pemimpin sejati. Tentu hal tersebut dimulai dari diri kita. Kita sebagai pemilih dibekali kecerdasan untuk menilai dan membuat keputusan. Memilih bukan karena embel-embel bingkisan ataupun bungkusan. Selamat berdemokrasi!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun