Mohon tunggu...
Adi Fikri Humaidi
Adi Fikri Humaidi Mohon Tunggu... News Photographer -

Jangan menjelaskan tentang dirimu kepada siapapun, karena yang menyukaimu tidak butuh itu. Dan yang membencimu tidak percaya itu. -Ali bin Abi Thalib-

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Merindukan Umar bin Khattab

29 Januari 2018   08:16 Diperbarui: 29 Januari 2018   09:05 1209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Jokowi saat menghadiri pembukaan Milad Mathla'ul Anwar di Pandeglang Banten. (Foto: Adi Fikri Humaidi)

Pemimpin itu menenangkan bukan membuat gelisah, pemimpin itu melayani dan melindungi. Membaca kisah Umar bin Khattab sang Khalifah kedua setelah Abu Bakar RA tidak akan pernah membuat kita berhenti untuk berdecak kagum, sekaligus menjadi tanda tanya besar pada rasa pesimis kita melihat kondisi pada saat ini. Masih adakah sosok pemimpin seperti Umar bin Khattab?

Siapa yang tidak dibuat kagum dengan kisah Umar RA, ketika dalam 'blusukannya' di malam hari mendapati seorang Ibu yang sedang memasak batu demi menenangkan anak-anaknya yang sedang lapar. Kala itu Umar tidak banyak bicara, Umar berlari menuju gudang penyimpanan gandum, memanggul sendiri karung gandum dan memasak langsung gandum tersebut untuk si ibu dan anak-anaknya yang sedang kelaparan, bahkan ketika sahabatnya menawarkan bantuan dengan tegas Umar menjawab "Apakah kau mau memikul dosaku diakhirat kelak karena lalai memperhatikan rakyatku?".

Sosok Umar bin Khattab benar-benar mengaplikasikan apa yang telah Rasulullah SAW ajarkan tentang empat sifat yang wajib dimiliki oleh seorang pemimpin, yaitu Sidiq, Tabligh, Amanah dan Fatanah. Sosok Umar yang ketika dirinya terpilih menjadi Khalifah langsung tertunduk dan gemetar karena merasakan beban berat amanah yang harus dia laksanakan, bahkan dalam pidatonya Umar begitu terbuka meminta diluruskan ketika dirinya melenceng dari perintah Allah dan ajaran Rasulullah SAW. "Patuhilah aku selama aku mematuhi Allah dan Rasulnya, bila aku mendurhakai Allah dan Rasulnya, tidak ada kewajiban patuh kepadaku" begitulah penggalan ucapan Umar dalam pidatonya. Sejak terpilihnya menjadi khalifah, Umar tampil menjadi sosok pemimpin yang dicintai dan dirindukan oleh rakyatnya.

Keimanan Kepada Allah

Dalam sejarah tercatat bahwa Umar bukan hanya ditakuti dan disegani oleh musuh-musuhnya, tapi sosok Umar juga ditakuti oleh Iblis. Iblis takut kepada Umar bukan semata-mata karena sosok Umar yang tinggi besar dan juga kuat, tapi lebih dari itu, ketakutan Iblis pada sosok Umar terdapat pada keimanannya yang kuat kepada Allah SWT. Karena keimanannya yang kuat itulah Iblis pun enggan menggoda Umar bahkan berpapasan dengan Umar pun Iblis enggan.

Sudah selayaknya keimanan yang kuat dimiliki oleh seorang pemimpin, agar ia bisa tampil menjadi sosok yang kuat yang tidak mudah goyah ketika ujian keimanan itu datang. Karena sejatinya banyak pemimpin yang jatuh bukan karena harta, tahta dan wanita saja, tapi hal yang paling utama, karena ia melupakan keimanan yang ada pada dirinya.

Sosok Umar juga begitu dicintai oleh rakyatnya karena Umar lebih mementingkan kepentingan rakyatnya dibandingkan dengan kepentingan pribadinya. Seorang pemimpin tidak akan pernah kenyang makan sebelum rakyatnya benar-benar kenyang.

Memilih Pemimpin

Di beberapa daerah termasuk Banten saat ini sedang dalam proses pencarian seorang pemimpin. Pemimpin yang diharapkan mampu membawa perubahan kearah yang lebih baik. Pemimpin yang bukan sekedar lahir dari hasil demokrasi tapi terpilihnya dia nanti adalah betul-betul karena dia memang layak menjadi pemimpin karena kemampuannya.

Seorang pemimpin sejati tidak lahir secara instan, tapi dia lahir dari proses panjang penuh tempaan. Lihatlah sejarah Founding Father bangsa ini, Soekarno. Bagaimana proses panjang dan melelahkan dilaluinya sebelum dirinya menjadi orang nomor satu di Negara ini. Soekarno menjadi pemimpin di Negara ini karena memang layak dan didukung penuh oleh rakyat karena semangat perjuangannya telah terbukti membuat bangsa ini merdeka dari penjajahan.

Kita hidup di jaman dimana orang-orang bisa seenaknya menjadi pemimpin, hanya mengandalkan harta dan popularitas semuanya bisa terwujud. Menjadi pemimpin bukan hanya soal ambisi, karena banyak orang-orang yang terjebak dengan ambisinya. Sibuk mengumpulkan harta dan mengokohkan kedudukannya menjadikan dia lupa bahwa kelak apa yang diamanahkan kepadanya akan dimintai pertanggungjawaban.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun