Belakangan ini, dunia dakwah Indonesia digegerkan dengan kemunculan seseorang yang bernama Heri Prass. Pasalnya, Heri Prass ini secara terang-terangan mengkritik dan menyalahkan dakwah beberapa dai kondang yang seantreo masyarakat Indonesia sudah mengenalnya. Dan yang tidak luput juga, bahwa Heri Prass telah menghina salah satu pimpinan Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Sukorejo, Situbondo, Jawa Timur. Dengan kemunculan berita inilah kemudian nama Heri Prass semakin gencar dicari di dunia maya.
Mengenal sedikit biografi seorang heri Prass, Herri Prass merupakan pendiri perguruan Pencak Silat Garuda Indonesia (PSGI) yang didirikan sejak 13 Januari 2017. Herri berasal dari Jember, Jawa Timur. Dia bukan hanya pendiri tetapi juga guru besar di Pencak Silat Garuda Indonesia (PSGI). Sejak kecil, ia telah mencoba berbagai teknik bela diri dan telah mengikuti berbagai aliran bela diri. Di antaranya adalah Extreme Martial Arts Tricking, Taekwondo, Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT), dan pencak tradisional yang berasal dari keluarga Tapak Suci.
Di akun YouTube pribadinya, Herri sudah sering memberi statement mengenai hal-hal yang viral, khususnya berhubungan dengan pendakwah di Indonesia. Seperti ustadz Adi Hidayat (UAH), ustadz Abdul Somad (UAS), Gus Iqdam, Habib Husen Ja'far al-Haddar hingga ulama Guru Sekumpul pun pernah mendapatkan komentar darinya di YouTube.
      Dengan demikian, penulis mencoba memberikan opini pribadi atas kontroversi yang terjadi di atas:
Pertama, bahwasanya seorang ulama itu adalah pewaris para nabi. Kalimat al-ulama waratsatul anbiya' merupakan wujud Nabi Muhammad SAW. nguwongke (menghargai) para ulama. Tidak hanya ulama pada zamannya atau sesudahnya, akan tetapi juga ulama pada Nabi sebelumnya. Sehingga tidak pantas seseorang yang masih awam dengan ilmu agamanya memberikan statement-statement yang justru ditakutkan akan mengarah kepada ujaran kebencian. Al-Hafidz Abul Qasim Ibnu 'Asakir Rahimahullah dalam kitabnya Tabyin Kadzbil Muftari: 29 menyatakan:
Â
"Bahwasanya daging para ulama itu beracun."
Beliau menyebutkan kebiasaan yang sering terjadi dan sudah maklum bahwa orang-orang yang merendahkan (menghinakan) ulama maka Allah akan bongkar boroknya. Dan sesungguhnya siapa yang gemar menfitnah ulama dengan lisannya maka Allah menghukumnya sebelum kematiannya dengan kematian hati.
Sesungguhnya memusuhi ulama' (diantaranya dengan fitnah dan kriminalisasi) itu berbeda dengan memusuhi selain mereka. Perbuatan tersebut secara tidak langsung memusuhi ilmu yang ada dalam dada mereka yang wajib diketahui umat. Jika ulama difitnah dan dikriminasisasi berakibat rusaknya reputasi mereka sehingga dikhawatirkan umat menolak ilmu yang mereka sampaikan. Ini tindakan yang membahayakan agama Islam.
Kedua, Imam Nawawi dalam kitabnya At-Tibyan Fi Adabi Hamalatil Qur'an menyebutkan di sana bahwa ada doa khusus agar kita terhindar dari aib guru-guru kita ataupun aib para ulama. Oleh karena itu, agar seorang murid dijauhkan dari mengetahui aib gurunya sehingga menyebabkan dirinya kurang hormat, maka hendaknya dia memperbanyak membaca doa berikut:
Â
"Ya Allah, tutupilah aib guruku dariku, dan jangan Engkau hilangkan berkah ilmunya dariku."
     Â