Usain Bolt, idola Eropa itu kembali mempersembahkan Emas bagi Jamaika. Negeri yang sebenarnya saya tidak tahu di belahan bumi bagian mana?. Tapi sepertinya bukan tempat menyenangkan untuk memutihkan kulit badan ( SARA dot kom ).
Negeri yang bukan raksasa ekonomi dan bukan pula tujuan investasi favorit, tapi melahirkan atlet2 berbakat untuk bersaing dengan Cheetah, kucing raksasa yang terkenal itu.
Jamaika untuk kecepatan (Sprint) dan Kenya untuk ketahanan (Marathon). Mungkin bagi Indonesia itu bukan olahraga yang pantas dibina, sebab biayanya "terlalu" murah. Tidak harus beli peralatan canggih setiap saat, tidak pula harus menggunakan alat yang dapat di "Mark-up", karena atlet hanya perlu berlari. Dan itu berarti tidak ada "pemasukan" bagi pengurus.
===========
Setelah sukses di jarak 100m, Usain Bolt - yang mungkin mendapat "reinkarnasi Kharisma" dari seorang Che Guevara, mengingat riuhnya stadion dan pemberitaan media barat, juga berjaya di jarak 200m dengan waktu 19,32 detik.
Hebatnya lagi, posisi kedua dan ketiga juga oleh pelari asal Jamaika yakni, Yohan Blake 29,44detik dan Warren Weir 19,84detik.
Itu berarti mereka menyapu bersih medali di nomor 200m putra, dari Emas,perak dan perunggu.
Usain Bolt tahu posisinya sebagai sorotan media. Dan ia termasuk "media darling", memerankannya dengan baik. Menghibur dan berpose didepan kamera tanpa canggung.
Selamat untuk manusia tercepat. The Cheetah-man.
=Sachs=
NB: Apa kabar proyek GARUDA EMAS? Kenapa tidak ada gaungnya di Olimpiade? Apakah proyek itu hanya untuk SEA Games?