Mediterania adalah kawasan paling maju di dunia pada masanya. Wilayah yang pernah mendapat julukan "batas surga" itu adalah tempat bertemunya orang-orang yang beragam baik dari segi budaya, etnis dan agama yang telah bercampur baur selama berabad-abad. Daerah yang meliputi pantai selatan Semenanjung Iberia dan Afrika Utara adalah pusatt perdagangan dan pendidikan sebelum dan selama masa Renaissans Eropa. Kristen, Yahudi, dan Muslim saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain. Budaya Islam memiliki pengaruh yang kuat di Eropa kala itu, terutama di bidang ilmu pengetahuan dan filsafat. Beberapa tokoh yang paling disegani seperti Dokter / filsuf, Razi, Ibnu Sina, dan Ibnu Rusyd termasuk diantara para intelektual yang paling menonjol dari abad ke-10 sampai abad ke-12. Meraka sangat berjasa dan dihargai atas penemuan dan pengamatan yang fundamental mereka, yang membantu untuk membuka jalan bagi Renaissans (titik balik kebangkitan budaya Yunani) Eropa dan ilmu pengetahuan modern. Sejarah bagaimana umat Islam datang untuk membangun kekuatan Semenanjung Iberia, yang sekarang dikenal sebagai Spanyol dan Portugal, dimulai pada abad ke-8. Bani Abbasiyah menggantikan Bani Umayyah sebagai dinasti yang berkuasa di Semenanjung Arab. Seorang anggota keluarga Umayyah, Abd al-Rahman, melarikan diri ke Semenanjung Iberia selatan di sekitar tahun 711 Masehi. Selama dua abad pertama kehadiran Islam di Spanyol, pemerintahan Islam berada di bawah kendali kekhalifahan kota Damaskus di Timur Tengah. Pada 929 Masehi, Abd al-Rahman III atau Abdurrahman III, memproklamirkan wilayah Cordoba sebagai kekhalifahan merdeka dan berdiri sendiri. Negara Islam Cordoba kemudian memberi akses seluas-luasnya untuk studi ilmu pengetahuan dan filsafat. Kebijakan ini kemudian berkembang melalui pembentukan perpustakaan, terjemahan dari teks-teks kuno, dan eksplorasi bidang kedokteran. Meskipun Razi, Ibnu Sina, dan Rushd tidak semuanya tinggal di Cordoba, karya mereka berhasil mengisisi dan memperkaya koleksi perpustakaan besar yang didirikan di kota itu. Sebagai seorang khalifah, Abd al-Rahman sangat mengutamakan dan menghargai nilai pembelajaran. Dia sangat berhasrat agar Cordoba dapat menyamai kota-kota Muslim yang lebih maju seperti Baghdad dan Damaskus. Sang khalifah sengaja mendatangkan buku-buku yang dibutuhkan dari Baghdad untuk disimpan di perpustakaan di kota itu. Perpustakaan di Cordoba kemudian mampu memiliki koleksi lebih dari 500.000 naskah. Santo Gall, perpustakaan terbesar Kristen memiliki ribuan naskah. Rahman juga mendorong sarjana Muslim untuk bermigrasi ke Cordoba dan wilayah Al-Andalus, saat ini dikenal sebagai Andalusia dengan beasiswa. ===== Muhammad ibnu Zakariya ar Razi Seperti diketahui, di bidang farmasi profesional pada awalnya dikembangkan di Baghdad pada masa pemerintahan Dinasti Abbaysiah pada abad ke-9. Cendekiawan dan ilmuwan Muslim menyumbang kontribusi yang signifikan untuk bidang studi mereka. Di antara mereka adalah apoteker / dokter Muhammad ibnu Zakariya ar Razi. [caption id="" align="alignnone" width="346" caption="Photo: Zakariya ar-Razi - Wikipedia"][/caption] Banyak sarjana Barat sering merujuk kepadanya yang juga dikenal dengan nama Latin sebagai Rhazes. Razi yang dilahirkan di kota Rayy Persia dan berkelana hampir sepanjang hidupnya. Ia menjabat sebagai dokter untuk pejabat pemerintah terkemuka di Spanyol. Razi dihormati karena beberapa inovasinya di bidang medis, termasuk penggunaan alkohol sebagai anti-septik. Salah satu prestasi terbesar Razi adalah karya-nya dalam Kitab al-Mansuri fi al-thibbun, atau Kitab Obat Mansur. Dimana didalamnya berisi tentang sejarah kasus penyakit, jumlah dan rincian penyakit, gejala, dan perawatannya. Kitab itu kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Latin di kota Toledo, Spanyol pada abad ke-12 sebagai Buku Razi of Medicine dan diedarkan secara luas ke seluruh Spanyol dan wilayah Eropa pada abad ke-13. Razi adalah dokter pertama yang diketahui telah menulis pada mata pelajaran reaksi alergi dan imunologi. Dia dikenang dalam karyanya yang lain seperti, Sense of Smelling, gejala alergi musiman, bagaimana reaksi manusi dengan radang sinus setelah mencium bunga. Razi kembali melakukan pengamatan fundamental penting ketika ia mencatat bahwa demam adalah mekanisme pertahanan tubuh terhadap penyakit. Penemuan ini merupakan dasar dari ilmu imunologi. Razi adalah seorang pelopor dalam hal diagnosa. Razi misalnya mendiagnosa diabetes dengan meminta pasien untuk buang air kecil di daerah yang bersih dari pasir. Jika semut berkumpul di daerah buang air si pasien, maka bisa disimpulkan karena kelebihan glukosa dalam urin, dan itu berarti si pasien memiliki penyakit diabetes. Razi juga yang menyimpulkan bahwa jantung adalah organ yang harus disalahkan untuk kematian mendadak. Dia menulis bahwa kematian mendadak terjadi ketika otot jantung tegang dan gagal untuk memompa darah. Razi juga mendokumentasikan beberapa jenis penyumbatan arteri. Selain diagnosa Al-Razi juga memberikan kontribusi bagi bidang psikologi sebagai sarana untuk meningkatkan kesehatan fisik. Dia mendorong pasien dan siswa untuk berlatih berpikir positif, percaya bahwa pikiran mempengaruhi tubuh dan bahwa hal itu bisa membantu dalam pemulihan. Razi juga menulis perbedaan antara penyakit cacar dan campak dalam Al-Judari wa al-Hasbah, atau Cacar dan Campak. Pengetahuan akan perbedaan antara kedua penyakit sangat penting sehingga dalam perawatan akhirnya berkembang. Buku itu diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan beberapa bahasa Eropa lainnya termasuk Perancis, Jerman, dan Inggris. Pada Cacar dan Campak diterbitkan beberapa lusin kali antara abad ke 15 dan 19.Karya Razi mendapat perhatian besar pada paruh pertama abad ke-18. Awal Razi menulis "Cacar dan Campak" karena alasan sederhana, bahwa ia tidak terkesan dengan karya yang ditulis oleh dokter sebelum dia tentang masalah penyakit ini. Karya dengan empat belas bab rinci ini menjelaskan gejala, metode pengamatan klinis, dan perawatan. Bagian yang paling penting dari buku ini adalah di mana Razi mendokumentasikan pembedaan antara infeksi cacar dan campak. Razi mengidentifikasi gejala umum paling utama antara kedua infeksi seperti "demam, gatal hidung, alergi dalam tubuh, pipi dan mata kemerahan, sakit tenggorokan, nyeri dada, sesak nafas, batuk, suara serak, sakit kepala, dan kadang-kadang sinkop. Perbedaan yang Razi kedepankan dan paling menarik adalah tingkat keparahan nyeri punggung sebagai gejala cacar. Ini sangat penting dalam hal mendiagnosis penyakit yang benar. Dokter juga mengidentifikasi demam sebagai gejala, bukan penyakit itu sendiri. Dia mengidentifikasi berbagai tahapan dan hubungannya dengan perkembangan penyakit. Dalam kasus cacar, Razi merekomendasikan bahwa pasien diberi makan barley dengan air dan lentil. Dia juga menulis bahwa tumbuh-tumbuhan tertentu harus dibungkus dalam kain dan diterapkan pada luka pasien. Al-Judari wa al-Hasbah adalah buku pertama dari jenisnya di mana dua penyakit menular yang dijelaskan panjang lebar dan detail. Sebagai sebuah karya tunggal, resep Razi telah menjadi rujukan secara luas para dokter Eropa Timur dan Tengah dan ilmuwan. Dalam karya-karyanya, Razi menekankan betapa pentingnya pengamatan klinis untuk kemajuan ilmu pengetahuan. Metode Razi tentang penelitian yang inovatif mengingatkan kita sebagai cara yang digunakan oleh peneliti medis modern. Meskipun Razi tidak menggunakan metode Medieval umum dari darah dan teori dari empat cairan dari tubuh (darah, dahak, empedu kuning, empedu hitam), metodenya yang sangat modern dan canggih. Dia menyarankan murid-muridnya untuk mengamati hasil klinis untuk diri mereka sendiri daripada mengandalkan metode kuno dan penemuan. Dia sering berbicara tentang pentingnya tangan pertama pengamatan, mengklaim bahwa dokter dari dunia kuno yang tidak sempurna, karena mereka juga sering dianggap tidak sempurna. Ulasan ini saya dedikasikan untuk penemuan kebenaran ilmiah yang meneguhkan seorang Al-Razi sebagai tokoh fundamental penting dalam sejarah kedokteran, baik di belahan Barat dan Timur. Studi filsafat Razi ini bertahan hingga kini, mempengaruhi kebudayaan Eropa lewat pengamatan dan kontribusinya terhadap dunia kedokteran. Dia mempelajari karya-karya filsuf Yunani kuno Plato dan Socrates. Razi percaya pada perkembangan generasi mendatang, mengklaim bahwa setiap generasi harus lebih tercerahkan daripada yang terakhir. Dia menempatkan penekanan besar pada nilai rasionalitas, keyakinan yang ia pahami sebagian dari tulisan Plato dan Socrates. Pemikiran rasional yang Razi persembahkan dan akan menjadi komponen penting dari Renaisans Eropa yang terjadi pada abad setelah kematian Razi sendiri. [caption id="" align="alignnone" width="485" caption="Mediteranian map by:Nabataea.net/Gibson-Bible-Atlas"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H