[caption id="" align="alignleft" width="399" caption="Source Photo: Kompas.com"][/caption]
Rumah mantan Ketua Umum Partai Demokrat boleh dikata sebagai seluas Monas. Pasalnya, kekuatan anggota kepolisian yang menjaga rumah tersangka korupsi Hambalang itu dijaga sebanyak 173 polisi dari Polres Jakarta Timur dan Polsek Duren Sawit.
Meskipun polisi yang dikerahkan hanya menjaga sejumlah akses menuju kediaman orang yang lembaran bukunya paling dinanti di Indonesia itu , di Jalan Teluk Semangka, Duren Sawit, Jakarta Timur, Jumat (1/3/2013) dipicu isu yang beredar akan ada aksi unjuk rasa.
Tapi perlu dicatat bahwa pihak kepolisian juga sangat sigap dengan peralatan lengkap seperti tameng khas anti unjuk rasa. Hanya saja, jika itu baru desas desus, kekuatan ratusan polisi itu seperti sedang menjaga Monas dengan atau tanpa unjuk rasa.
Informasi yang beredar dan juga dikutip dari Kompas.com menyebutkan massa akan datang ke rumah Anas untuk menagih janji kesediaan Anas digantung di Monas bila melakukan korupsi.
Massa yang tidak jelas asal dan kelompoknya dalam isu ini tidak jelas dari mana, sepertinya perlu mendengar ulang pernyataan Anas yang sering diputar di media tv berita nasional.
Dalam rekaman itu Anas menyebut " 1 Rupiah saja Anas terbukti korupsi di Hambalang, gantung Anas di Monas...bla..bla..bla..."
Artinya, seperti yang sudah mungkin anda bisa tebak, Anas hanya akan bisa dituntut untuk digantung di Monas jika ia terbukti korupsi Rp. 1,-.
Dan Korupsi Rp.1,- itu dilakukan di Hambalang.
Jadi kalau Anas korupsi ratusan atau milyaran rupiah, maka ia tidak bisa digantung di Monas sesuai janjinya.
Lagipula, Anas kalaupun terbukti korupsi, pasti dilakukannya di rumahnya di Jakarta, di rumah Nazaruddin, di kantor DPP Partai Demokrat atau di Cafe atau di Bandung. Bukan di Hambalang, Bogor. Soalnya waktu itu Hambalang masih hutan, gelap tak ada listrik dan rumah alias tanah kosong, siapa juga yang mau bagi bagi uang (KORUPSI) disana?