Mohon tunggu...
Adie Sachs
Adie Sachs Mohon Tunggu... Penulis - Hanya Itu

Happy and Succesfull... #Alert #Reveal

Selanjutnya

Tutup

Politik

Satu Tempat Layak untuk Susno Duadji

30 April 2013   03:22 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:23 512
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1367266878270748509

[caption id="attachment_250997" align="aligncenter" width="553" caption="Screenshot from youtube"][/caption] Ditinjau dari popularitas, nama Susno Duadji tidak lepas dari Jenderal Korup. Bagaimanapun Susno mencoba berkelit dengan menjadi seorang whistleblower, tidak semudah itu bagi masyarakat yang sudah kenyang dengan berita perilaku pejabatnya yang tidak jauh dari kasus korupsi, membuatnya kesulitan melepas predikat "koruptor". Popularitas Susno sebagai Jenderal Korup sedikit banyak mereda dengan peluit keras yang ditiupkannya terkait kasus pajak Gayus Tambunan. Berbagai informasi yang dimiliki Susno ketika masih aktif di Kepolisian terutama ketika menjabat Kabareskrim menguntungkannya selaku whistleblower. Keuntungan yang kemudian coba dimanfaatkannya untuk melepaskan diri dari jerat hukum atas kasus yang menimpa dirinya. Apa yang menimpa Susno dan manuver yang dilakukannya kemudian adalah hal wajar bagi seorang manusia umumnya. Kita selalu berusaha lepas dari segala halangan dan tuduhan, bahkan jika itu harus mengorbankan orang lain sekalipun. Susno Duadji besar di lingkungan yang "kondusif" untuk saling sikut. Susno berkarir di tempat yang "nyaman" untuk segala intrik. Dan Susno menjadi petinggi di lembaga yang "indah" untuk alat politik manipulatif era SBY. Kepolisian Republik Indonesia. Tidak mengherankan kalau Susno dengan segala kasusnya juga tidak jauh dari panggung politik. Ia memiliki informasi sebagai amunisi untuk menjadi seorang politisi. Ia punya dana yang cukup melimpah dari hasil jerih payahnya di kepolisian dengan jabatan terakhir Komisaris Jenderal. Predikat Jenderal, akan menjadi anomali di negeri ini jika anda hanya punya 1 rumah saja, dengan mobil tua keluaran Jepang. Seperti Jenderal Hoegeng yang jandanya nyaris kelaparan itu, pasti dianggap aneh bin aneh dijaman yang serba korup ini. Pilihan Susno Duadji untuk terjun ke dunia politik sebenarnya tidak mengejutkan. Tapi yang mengherankan dari keberadaan Susno adalah kekhawatiran banyak politisi mapan lainnya. Sepertinya keberadaan Susno adalah awal dari ketakutan para politisi busuk. Susno bukan orang baik, setidaknya sampai dia mau menyerahkan diri dengan sukarela, dan orang tidak baik lebih mudah mengungkap orang tidak baik lainnya. Kehadiran Susno di dunia politik sama tidak populernya dengan Susno sendiri dengan cap 'koruptor' dalam ingatan masyarakat. Sesuai berita terakhir, dengan kemunculan Susno ber-narsis ria di situs sosial Youtube, seolah mengingatkan kita bagaimana Nazaruddin beraksi ketika melarikan diri. Susno sebaiknya punya beragam 'amunisi' yang lebih hebat daripada Nazaruddin, jika ia ingin punya tempat di hati banyak orang (terpilih). Keinginan Susno menjadi anggota Legislatif via PBB menunjukkan keinginannya berada di hati orang banyak, tapi dengan melarikan diri seperti sekarang, maka semua yang dia inginkan akan sangat berat untuk diwujudkan. Susno menginginkan terlalu banyak dari yang ia tunjukkan sebagai niat baik. Melarikan diri, menyangkal keputusan pengadilan sampai memperalat mantan bawahannya di Bandung agar bisa melarikan diri bukanlah niat baik. Anehnya, ia ingin media tidak menyebutnya sebagai buron, tidak menyebutnya sebagai terpidana, tidak ingin menyebutnya sebagai koruptor. Lalu, apakah Susno ingin disebut sebagai pahlawan? Atau ia terlalu menyukai Galileo Galilei? Seorang Jenderal yang tidak mampu menerima kenyataan bahwa ia pernah melakukan korupsi dan terbukti di pengadilan, melarikan diri dari kejaran eksekutor Kejaksaan adalah pengkhianat negara. Susno Duadji, dengan segala kebenaran yang ia punya dan atau keadilan yang ia ingin utamakan telah melakukan penghinaan pada keberadaan Indonesia dan itu adalah pengkhianatan. Ataukah Susno punya agenda lain? Masyarakat tidak bersimpati dengan pelarian Susno, rakyat tidak tertarik dengan kebenaran Susno, dan Indonesia tidak memerlukan calon legislatif yang mengelak dari perbuatannya yang korup, menyangkalnya dan melarikan diri. Tapi Susno Duadji sepertinya masih punya tempat di dunia politik dan hukum Indonesia meskipun itu sulit dalam era demokrasi saat ini. Jika tidak ada tempat yang terbuka unntuk Susno meskipun berupaya bernegoisasi dengan penegak hukum lainnya, Susno masih punya satu tempat yang tersisa untuknya. Itupun hanya jika ia mau menyerahkan diri karena 'ketiak' Yusril Ihza Mahendra tidak sanggup menaunginya. Tempat itu adalah Penjara. Dengan berada di penjara, ia bisa mengumpulkan empati dan simpati dari masyarakat. Bahkan, lebih progresif lagi, Penjara bisa menjadi tempat yang baik untuk Susno menyebarkan opini sebagai "Tahanan Politik" (sesuai pengakuan Susno bahwa eksekusinya bersifat politis karena dirinya caleg). Keberadaan 'tapol' di negara demokrasi adalah aib, dan itu bisa jadi yang terbaik untuk memulihkan segala yang pernah Susno miliki. Ini pantas jadi sebuah agenda yang menarik. Penjara adalah tempat bersembunyi yang ideal bagi segala agenda dan atau niat busuk pada negara oleh seorang Susno. Seperti jaringan narkoba yang terkendali dari dalamnya, maka politik pun bisa dikendalikan dari sana. Pertanyaanya, adakah Susno benar benar mau bertanggung jawab seperti yang dikemukakan melalui videonya itu?  Ataukah ia sekarang benar benar berada dibawah 'ketiak' Prof Dr Yusril Ihza Mahendra SH MSc? ; ; =SachsTM=

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun