Mohon tunggu...
Adie Sachs
Adie Sachs Mohon Tunggu... Penulis - Hanya Itu

Happy and Succesfull... #Alert #Reveal

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Amnesti Internasional dan YAKUZA, Apa Bedanya?

9 Desember 2012   19:53 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:56 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="" align="aligncenter" width="75" caption="Amnesty Internasional/wikipedia/id"][/caption]

Nyaris tidak ada penerangan, persediaan air yang kritis, penjara dikosongkan dan beberapa potongan tubuh belum sempat dikuburkan. Pemberontak mendatangi rumah rumah penduduk yang belum sempat melarikan diri dan pasukan PBB yang menjadi bagian dari barisan pengungsi yang meninggalkan kota.

Goma adalah kota paling menderita saat ini di Republik Demokratik Kongo. Sejarah peperangan negara yang sebelumnya bernama Zaire ini telah menutupi apa sebenarnya penyebab mereka berperang dan apa tujuan yang ingin mereka capai. Karena setiap orang hanya ingin bertahan hidup hingga lupa, bagaimana menghentikan perang dengan pemberontak yang datang silih berganti. Pasukan PBB yang tidak berdaya hanya ikut menjadi bagian dari barisan penduduk yang mencoba keluar dari kota Goma, sebuah Ibukota Provinsi, Kivu Utara. Laurent Kabila, mengakhiri pemerintahan Zaire sebelumnya dengan pemberontakan dan mengubahnya menjadi RD Congo. Dan sekarang, Kabila yang terkenal dengan "Sandal Jepit" ini ketika memberontak, sekarang harus menghadapi hal yang sama. M23, menolak sebutan 'pemberontak' karena mereka adalah REVOLUSI. Pertanyaanya adalah revolusi apa dan untuk apa? KORUPSI! M23 mengklaim mereka melakukan revolusi untuk menghentikan korupsi yang merajalela,kemiskinan yang disebabkannya dan sumberdaya alam yang tergerus tak tahu kemana rimbanya. ======== Amnesti Internasional (AI), salah satu pendukung "agama" baru dunia HAM, berada entah dimana dan hanya bisa berkoar-koar tanpa menawarkan solusi. AI telah  menjelma sebagai "Yakuza" atas nama kejahatan HAM dan perlindungan korban perang yang memeras beberapa pemerintahan tapi tidak pernah mampu membuat keadaan menjadi lebih baik. AI telah mendorong PBB, Eropa dan Amerika untuk berbuat banyak, dengan beberapa pelanggaran HAM dibanyak negeri, termasuk Indonesia. Disisi lain AI telah menyuburkan pelanggara HAM lainnya. Hampir sulit menemukan sebuah benang merah tujuan AI dalam mempromosikan HAM di banyak negara berkembang selain "pemerasan". Dan pemerasan identik dengan mafia ala Jepang, Yakuza. Contohnya; Pasukan PBB hadir di Kongo untuk merintis perdamaian, menjaganya dan memperkuatnya. Dan ketika pemberontak dibawah bendera M23 datang dan "menaklukkan" kota sebesar Goma, pasukan PBB tidak dapat berbuat apapun karena mereka akan menjadi bagian dari pelanggar HAM. Koruptor di berbagai belahan bumi, termasuk Indonesia telah menghilangkan lebih banyak hak orang miskin dan tidak mampu (difabel) untuk akses dan hasil daripada pembangunan yang diwakili Negara. Tapi, tanpa hukuman tegas dan menjerakan semisal hukuman mati, koruptor tetap berjaya. Lalu kenapa AI menolak hukuman mati? Semua manusia di bumi, jika ditanya soal perang, mereka akan menolaknya. Tapi ketika sebagian kecil orang memilih jalan kekerasan untuk menggapai cita-cita dan hasrat kekuasaan mereka, bukankah pihak yang didesain untuk mejaga perdamaian (tentara) harus melakukan perang juga? Dan ketika perang, pasti ada pembunuhan, dan pembunuhan adalah bahasa kasar dari akibat perang. Pembunuhan adalah pengambilan hak hidup orang secara paksa, dan itu berarti pelanggaran HAM. Tetapi bisakah perang tanpa pembunuhan? Adakah perang tanpa keresahan yang mengambil hak orang lain atas kehidupan yang aman? Kita memang harus hidup dengan hak yang sama, yaitu berhak untuk hidup itu sendiri. Tetapi ketika hak sebagian kita dirampas orang yang juga berhak hidup, bukankan tugas negara untuk memastikan keadilan tanpa tersandera pada tembok raksasa yang bernama HAM? Amnesti Internasional adalah lembaga yang menjadi rujukan HAM dunia, namun AI masih terjebak dari sebuah AKIBAT tanpa mampu keluar dengan solusi yang meyakinkan ketika berhadapan dengan SEBAB. AI adalah bagian dari pemeras, bagi pemerintahan yang rapuh dan negara berkembang karena telah menjadikan mereka gamang hingga kurang mampu memberi rasa keadilan bagi rakyatnya. HAM sebagai sebuah keharusan yang menjadi agama baru di dunia yang semakin meninggalkan Tuhan mereka telah menjadi BIAS ketika berada dalam sebuah kata. PERANG!!! KORUPSI!!!. Karena HAM dan AI hanya fokus pada hak hidup setiap orang/individu, tanpa memikirkan hak hidup orang/individu yang lain yang dirampas... =SachsTM=

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun