Mohon tunggu...
Adie Sachs
Adie Sachs Mohon Tunggu... Penulis - Hanya Itu

Happy and Succesfull... #Alert #Reveal

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Wanita Mencari Pelecehan

6 Desember 2012   04:10 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:07 389
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wanita memang sulit dimengerti, itu adalah suara pria, walaupun para wanita juga sering tidak lebih mengerti sesamanya. Ada kecenderungan bahwa wanita akan lebih mudah dimengerti ketika mereka dilecehkan. Hah!??
Baiklah... mari kita jawab pertanyaan berikut:

1. Pria dan wanita adalah sama (setara)?

2. Wanita harus di dahulukan?

Mungkin kita sudah menjadi bagian dari diskriminasi bias jender ketika memasuki toilet umum, dimana ada ruang khusus pria dan wanita. Tapi terkadang jika kaum hawa meminta persamaan hak, bolehkah kita kaum pria tidak dituntut hanya karena salah masuk ruangan? (Ambigu hehe...)

Ketika kesetaraan antara pria dan wanita masih harus menunggu penjelasan bab tertentu dalam pikiran manusia, pelecehan terus menjadi pembicaraan bagi kaum feminis dan pemerintah yang harus melindungi setiap warganya.

Kemarin, Kompas.com memberitakan soal wanita yang mencadi korban pelecehan. Siapa sih pria yang tidak akan bergeliat bagian anunya ketika berdesakan dan bergesekan dengan wanita didepannya?

Terkadang, kebanyakan wanita yang sudah diberi ruang khusus pun masih menunggu di wilayah yang tidak khusus untuk pria. Misalnya mengantri di bagian pintu belakang busway. Saya berpikir adakah wanita juga sengaja ingin dilecehkan atau "bergesekan" dengan sekumpulan pria?

Soal ruang Khusus Wanita,

Seperti pertanyaan nomor 1. Wanita dan pria adalah setara, berarti ada kontradiksi dengan nomor 2.

Jika  wanita setara pria, kenapa  harus ada ruang khusus wanita di busway atau di KRL? Bukankah ini menjadikan wanita lebih lemah dari pria? Kenapa harus ada kuota keterwakilan wanita 30% di Legislatif? Bukankah wanita akan terpilih dengan sendirinya jika kualitas mereka memang sehebat Mbak Oneng, Nurul Arifin atau Puan Maharani?

Dengan Kuota dan ruang khusus ini, saya justru melihat wanita dilecehkan karena menganggap mereka lemah. Jadi Dahulukan perempuan mungkin adalah sikap 'jentelmen' bagi pria tapi apakah itu tidak menjadikan/menempatkan mereka adalah sebagai makhluk yang lemah?

Saya setuju pelecehan adalah perbuatan yang salah, tapi saya lebih setuju jika wanita diberitahu tentang konsekwensi berada diantara pria dalam antrian yang melelahkan di halte busway atau kereta.

Saya setuju bahwa wanita dan pria adalah setara tanpa bab yang mengulas dimana letak kesetaraan itu. Tapi soal ruang khusus wanita, sepertinya memang mereka tetap lebih lemah dari pria.

Hanya berharap, tidak ada pria malang yang dijebak/terjebak kasus tidak penting seperti "pelecehan seksual" karena berada ditempat yang salah, waktu yang salah dan wanita yang salah (salah antri).

Salam berhimpitan,

=SachsTM=

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun