Mohon tunggu...
Adie Puing
Adie Puing Mohon Tunggu... wiraswasta -

Buktikan Apa Yang Kalian Katakan Kalau Hanya Omong Burung Beopun Bisa

Selanjutnya

Tutup

Politik

Cerita Asik yang Menarik ...?

1 Februari 2012   02:23 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:12 752
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Aku Punya Sedikit Cerita Antik, cerita tentang sebuah negeri yang penuh intrik. Ini bukan cerita soal sendal jepit yang kemarin sempat ngentrik, yang kabarnya dicuri oleh seorang lelaki yang masih umur cilik. Tetapi ini adalah cerita tentang sebuah negeri yang kini sudah tak lagi asik, tentang sebuah negeri yang kini sudah tak lagi cantik. Iya..., sebuah cerita tentang negeriku yang kini sudah tak lagi seksi dan menarik.

Negeriku sudah mulai menunjukkan tanda-tanda gelisah, gundah, dan terlihat resah, juga terasa mulai gerah. Negeriku sudah tak lagi sejuk. Hutan-hutanku kini merah tak lagi basah. Sebab, pohon-pohonku telah banyak punah, udaraku pun kini tercemar tak lagi ramah, dan Alamku kini gemar muntah tak lagi segan untuk marah.

Negeriku sudah tak lagi nyaman kawan ...? Tak lagi tentram seperti damai Alamnya Desa ketika datang sunyinya malam. Negeriku juga sudah tak lagi terlihat indah, tak lagi cerah layaknya alami panorama di Bukit Pelangi.

Negeriku kini kerap menjerit. Mungkin kumatnya penyakit yang terasa semakin membelit. Penyakit-penyakit yang mempersulit sempitnya kesempatan dalam keadaan-keadaan yang kian terhimpit. Atau mungkin saja penyakit-penyakit ini sudah menjadi sebuah tradisi ...? Entahlah..., yang pasti aku sebut penyakit ini adalah munafik, rakus, dan juga serakah. Sehingga efek dari penyakit yang diderita oleh segelintir orang-orang elit tersebut sangatlah berpengaruh dalam kesejahteraan dan kemakmuran yang kini semakin berantakan. Keadaannya sangat mengkhawatirkan, menyedihkan, dalam masa-masanya yang teramat sulit untuk bisa bangkit.

Penyakit inilah yang diturun-temurunkan, entah sengaja diwariskan atau tidak, yang pasti penyakit inilah yang telah meluntakan jutaan jiwa-jiwa kaum jelata. Dan aku juga sebut penyakit ini adalah penyakit bedebah, yang semakin hari semakin banyak melahirkan jiwa-jiwa para serakah. Mereka yang terjangkit penyakit ini adalah mereka yang terbuai dalam kekuasaan-kekuasaan yang memabukkan, sehingga mereka lupa dan terlena hingga tenggelam dan terus keasyikan dalam mengejar nyanyian-nyanyian sesat rayuan setan. Kata-kata yang meghujat, serta omongan-omongan kotor memang wajar terdengar dalam kehidupan, mereka memang bangsat, dan mereka adalah keparat-keparat. Seakan tak pernah berbuat, bahkan sedikit pun mereka tak pernah mau melihat apalagi perduli tentang kesejahteraan dan kebahagiaan orang-orang yang telah lama hilang, yang disebabkan oleh akibat kerakusan dan keserakahan para penjilat-penjilat. Semakin hari semakin berkarat, hilang tujuan dan hilang arahnya, terlunta-lunta jiwanya, terlunta-lunta raganya, terkapar lapar tak berdaya. Ah..., cerita yang membosankan ...!!!

Ingin Bangkit dan Protes Untuk Ketidakadilan ...? Halah..., percuma saja kawan, tetap saja tak berguna, yang ada hanyalah penyesalan dan kekecewaan, bahkan nyawamu pun bisa melayang. Mereka tak akan pernah mau mendengar, mereka tetap pura-pura tidak mendengar. Sebab, matanya telah dibutakan kekuasaan, dan telinganya telah ditulikan oleh bisikan-bisikan sesat setan-setan.

IRONISME !!!

Apakah nurani tuan-tuan kini sudah mati ...?

Apakah tuan-tuan telah lupa ...?

Atau berpura tuli..., dan berpura-pura buta ...?

Sehingga tak ada lagi yang peduli tentang ketidakadilan....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun