Mohon tunggu...
Adi Dharma
Adi Dharma Mohon Tunggu... wiraswasta -

lahir di surakarta

Selanjutnya

Tutup

Money

Bu Susi, Mengapa Bu Susi Sukses Dalam Bisnis Ikan Laut?

27 November 2014   20:25 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:41 20809
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Tempat tinggal saya dekat dengan perkampungan nelayan, dekat pula dengan pelabuhan perikanan dan tempat pelelangan ikan (TPI) di Sumatera. Kebanyakan nelayan daerah kami berasal dari Sulawesi Selatan (Bogis), Indramayu (Jabar) dan Pati (Jateng).

Bagaimana alur perdagangan ikan laut ? Yang pertama kita harus kenali adalah ikan hasil tangkapan para nelayan yang bisa dikonsumsi dan diperdagangkan, sebab ada juga jenis ikan yang tidak bisa dikonsumsi karena beracun. Beberapa jenis ikan hasil tangkapan para nelayan antara lain misalnya : ikan teri (teri putih teri nasi dan teri hitam), ikan kembung, ikan tongkol, kakap merah, manyung, tengiri, ikan pari, lele laut, cumi-cumi, belut, udang, lopster, kepiting, rajungan, dan masih banyak lagi yang lainnya. Dan setiap jenis ikan mempunyai rasa yang berbeda dan harga yang berbeda pula.

Tahap pertama, Ikan-ikan hasil tangkapan para nelayan ini masukke Tempat Pelelangan Ikan (TPI), yang kemudian masuk ke : 1). Pedagang Pengecer, 2). Pedagang Pengepul Lokal (distributor). 3). Pedagang Pengepul Besar (distributor besar). Selain itu sebagian yang tidak laku di pasaran langsung, masuk ke usaha pengolahan ikan asin .

Pedagang pengepul besar bisa mengambil ikan langsung dari nelayan maupun dari pengepul lokal, tergantung situasi pasar, yang kemudian didistribusikan ke pasar antar kota, antar propinsi, atau sebagai supplier eksportir, atau dieksport langsung. Tidak semua ikan laut bisa dieksport, hanya jenis tertentu saja yang bisa dieksport, yang kandungan proteinnya sangat tinggi, misalnya udang, kepiting, rajungan, dan lobster, semuanya dalam bentuk segar dan dengan kwalitas nomer satu,(misalnya udang, yang bisa dieksport dengan size 15 – 20, artinya dalam 1 Kg udang, isinya 15 – 20 ekor) dengan Negara tujuan eksport biasanya Jepang, Korea, Hongkong dan Taiwan.

Berapa Harga Pasar Di Negara Tujuan Eksport ?

Ketika saya aktif mengirim permintaan rempah-remah pesanan kenalan saya di Amerika, di bagian cargo bandara, saya sering bertemu dengan tetangga saya, pak Agus seorang pengepul ikan, beliau mengirimkan udang dan lobster segar ke Jepang. Dalam bincang-bincang saya bertanya pada beliau soal harga udang dan lobster di Jepang, dan jawabnya sangat mengejutkan. Komoditas udang dengan size 15 – 20, beli Rp 80 – 100 ribu per Kg, jual Rp 300 ribu per Kg, ongkos kirim, transport dll Rp 50 ribu per Kg. Lobster dengan size 1 – 2, beli Rp 150 – 200 ribu per Kg, jual Rp 400 – 500 ribu per Kg. Hampir setiap hari kirim barang antara 200 – 400 Kg sekali kirim. Sayangnya pengiriman barang tidak bisa langsung, tetapi harus transit ke Jakarta terlebih dulu. Pengiriman barang yang mudah busuk harus ditunggu mulai dari penimbangan, kedatangan pesawat sampai barang masuk pewawat dan terangkut, sebab apabila pesawat batal terbang maka barang harus dibawa pulang lagi supaya tidak rusak atau busuk. Keuntungan eksport dengan cara ini sangat mudah dan murah, tidak perlu prosedur rumit dan surat-surat tetek bengek, karena jumlah volumenya kecil dan sifatnya semacam kirim paket.

Sukses Bu Susi

Dari segi keuntungan financial, bisnis ekspor udang, kepiting, rajungan dan lobster, jelas keuntungan yang mencengangkan. Namun apa yang dilakukan oleh bu Susi adalah :

1). Mencari volume pasokan yang lebih besar dari berbagai daerah, mengingat jumlah volume jenis barang tertentu di satu tempat sangat terbatas, maka harus berkeliling mengumpulkan barang dari banyak daerah.

2).Memperbanyak Negara tujuan eksport yang lebih menguntungkan.

3). Status Gender dan mudah bergaul, bisnis ikan laut biasanya dilakukan oleh laki-laki. Sedangkan untuk perempuan biasanya sebagai pedagang eceran di pasar.

4). Ditunjang dengan kemampuannya berbahasa inggris yang fasih, sehingga mempermudah mendapatkan informasi dan komunikasi dengan bayer di luar negeri. Sedangkan masalah perikanan laut sudah mejadi dunia dan hidup bu Susi sejak masih dalam kandungan.

5). Usaha eksport ikan laut tidak banyak menemui persaingan yang berarti.

6). Bisnis ikan laut seperti bu Susi, nyaris tidak bisa dilakukan oleh orang daratan, dan hanya bisa dilakukan oleh orang-orang pesisir yang setiap harinya berurusan dengan ikan dan nelayan.

Kemampuan mobilitas yang begitu aktif dan luar biasa inilah yang dimiliki bu Susi dan tidak dimiliki orang lain, sekalipun itu laki-laki. Apabila dalam satu kali eksport sedikitnya 1 ton ikan segar (udang dan lobster) dan dalam satu minggu mampu dua kali eksport, maka dalam satu bulan sudah bisa dihitung, berapa keuntungan yang diperoleh bu Susi.

Bagi seorang bu Susi,kemampuan pengembangan usaha eksport ikan laut, adalah menuruti dan menindak lanjuti wawasan dan jalan pemikirannya tentang komoditas dan pengusahaan, tidak mandeg atau berhenti pada wacana dan wawasan saja. Tetapi wawasan, pemikiran, kemampuan, action tindak lanjut menjadi satu rangkaian paket.

Kesuksesan bu Susi bukannya tidak ada hambatan, bisnis ikan laut juga mengalami pasang surut (hasilnya), karena aktivitas nelayan juga sangat tergantung pada musim. Misalnya pada saat musim timuran namanya, antara bulan Maret/April sampai bulan September/Oktober, maka saat-saat inilah para nelayan mulai aktif melaut, dan bu Susi dapat banyak barang, terutama pada pertengahan sampai akhir musim timur. Kemudian memasuki bulan Nofember sampai Maret, namanya musim barat, adalah masa-nasa paceklik bagi nelayan. Selain itu ada fenomena alam yang mana para nelayan panen raya atau paceklik ekstrim, yaitu setiap 5(lima) tahun sekali atau lima tahun lebih.

Kesimpulannya, selain diuntungkan karena system dan situasi (keadaan), sukses bu Susi juga karena kemampuan mengolah keadaan, mengusahakan dan mengembangkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun