Tuhan duduk di atas kursi antik
menatap dogmalala jam pasir
yang tak mau berhenti
waktu bukan sekedar aliran
tapi punchline yang kehilangan gurauan
ia mencoba meramu ketiadaan
demi sesuatu yang baru
menyusun bintang, merangkai galaksi
tapi semuanya terasa sama
putaran kosmik berulang
seperti melodi yang lupa kapan
harus berakhir
malaikat datang membawa teka-teki,
jawabannya mudah ditebak:
seperti buku tanpa akhir,
tanpa halaman yang hilang
Tuhan terkadang menangis
membuat tsunami kecil di sudut dunia
mungkin bencana adalah upaya mengisi
kekosongan, tapi tak pernah cukup---
semua selalu kembali tenang
seperti danau tanpa riak
langit tanpa putih
langit diserang doa-doa monoton
semesta memancarkan gelombang ultrasonik
riuh yang Tuhan tak lagi pedulikan,
seperti puisi lumpuh,
yang kehabisan kata-kata
Tuhan marah sekaligus tersenyum,
tapi senyumnya melebar seperti
retakan
apakah mereka tahu?
**
M Sanantara
Bgr, 18122024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H