Mohon tunggu...
M Sanantara
M Sanantara Mohon Tunggu... Buruh - Pacarnya Hades 🖤

Homo Sapiens yang brojol enam dekade silam, dengan kondisi prematur. Berbobot fisik kurang dari satu kilogram. Tinggal di koordinat bumi 104°8' - 108°41' BT dan 5°50' - 7°50' LS. Setelah menghabiskan ribuan kaleng susu formula, ia tumbuh dewasa seperti kebanyakan pria umumnya yang suka memanjat pohon toge dan bolos sekolah. Selepas usia 20-an, Ia mengklasifikasikan dirinya sebagai manusia hermafrodit secara metaforis— tergantung siapa yang mencintainya. Binatang rasional ini hobi menyesatkan diri bersama pikiran-pikiran liar nan berbahaya. Ia jelajahi ruang makrokosmos hanya demi mencari sebuah tanda tanya, Memiliki itu Apa? Kesibukan sekarang menjadi pecandu senja, penikmat pisang goreng, dan sesekali menyapa Tuhan jika sedang ingin. Ia dapat dikontak lewat surel pecandusenja[at]duniatipu.com. Atas penghayatan demi penghayatan pengunjung diucapkannya terima kasih.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Stasiun Lempuyangan

7 Desember 2024   13:01 Diperbarui: 7 Desember 2024   13:47 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dibuat dengan bantuan AI (DALL-E)

di peron terakhir ini
aku sudah tidak menunggu lagi
waktu gegas lokomotif buat
senyummu lenyap tertelan tikungan
aku sulit menerima
kenyataan terlalu besar
untuk masuk ke kepala

ruang tunggu penuh cermin retak
jalan cahaya menerobos
celah gelambir senja sekisi saja
pukul dua dini hari
tubuhku tersungkur
ke lantai loket
gelap memenuhi mata ingatan
aku lupa tanah kelahiran,
aroma serundeng ibu,
kado seragam sekolah hasil usaha doanya---
ribuan malam
entah di sungai mana ia terbawa

kupandangi pantulan wajah
di retina yang memutih
mereka duduk diam terpasung kursi baja
tiket di tangan, tak pernah dibaca
Aku salah satunya:
menanti, tapi untuk apa?

tatapan kosong selurus
pandang menembus rel-rel tanpa ujung
ingatan pudar menjejali formasi beban
di jantung waktu merosot ke absurditas
kian hangat merayap ke beku saraf
di stasiun ini, kematian hanya janji
ucap berulang, tak pernah sampai,
seperti dirimu

M Sanantara
Jkt, 07122024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun