Mohon tunggu...
Achmad Nurisal
Achmad Nurisal Mohon Tunggu... Wiraswasta - https://app.gadaibpkb.online/aplikasi-pinjaman-uang-online-cepat/

www.adichal.wordpress.com; Books: Harapan Yang Tertulis (Antologi, 2012); Financial Stories (Antologi, 2013); Ramadan Undercover (Antologi, 2014)

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Mendayung Di Sungai Ayung

21 Oktober 2014   13:56 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:17 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_348801" align="aligncenter" width="560" caption="Bali Adventure Rafting (doc. Arifah Wulansari)"][/caption]

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih satu jam dari Resort Patra Jasa, akhirnya kami sampai juga di Bali Adventure Rafting. Di tempat ini kami langsung berganti pakaian. Barang-barang berharga dan sepatu kami titipkan di sebuah laci lemari besi. Masing-masing dari kami mengenakan sebuah gelang berwarna oranye yang berfungsi sebagai kunci loker. Saya cukup norak dengan yang satu ini. Bukannya berbentuk sebuah kunci, loker ini dapat terselot dengan sebuah sensor mirip dengan jam tangan Power Rangers. Hahaha..

Untuk mengarungi sungai dengan perahu karet, kami dibagi menjadi 4 (empat) tim. Masing-masing beranggotakan 4-5 orang dan dipandu oleh seorang leader dari Bali Adventure Rafting. Tetua perahu ini yang akan memainkan ritme permainan rafting. Ia akan memberi aba-aba berupa “dayung maju”, “dayung mundur”, “boom”, “kanan dayung”, “kiri dayung”, “stop”, dan sebagainya. Saya kebagian tim dengan Mas Dwi dari Kompasianer, serta Mas Marlo dan Mas Adit dari Pertamina. Seorang lelaki paruh baya bernama Pak Nuklir, akan memandu kami dalam mengarungi jeram Sungai Ayung selama dua jam.

Sebelumnya, berbagai keamanan pun telah dipasangkan pada tubuh kami. Helm, jaket pelampung, plastik untuk menyimpan ponsel/kamera, karet untuk mengikat gagang kacamata untuk mereka yang bermata empat, pastikan sudah tersemat. Tak lupa pula dayung untuk mengarungi Sungai Ayung telah siap dibawa ke arena perjeraman.

Tak disangka, kita harus menuruni beribu-ribu anak tangga sebelum sampai ke arena. Beberapa Kompasianer pun tampak istirahat sejenak karena kelelahan. Melihat kelincahan Pak Nuklir di usianya yang tak lagi muda, saya merasa dipecundangi. Dengan menahan rasa pegal dan lelah, saya coba mengikuti gerak-gerik Pak Nuklir yang sedari tadi seperti tidak pernah kehabisan stamina. Bahkan, beberapa kali terlihat beliau melompat dan langsung melongkapi dua anak tangga sekaligus. Saya hanya ternganga dan akhirnya sempat berhenti sejenak juga. Bukan, bukan karena saya kelelahan atau pegal ya, maaf saja. Saya hanya sedikit mengurut-urut pangkal paha dan belakang lutut sebentar, kok. Bwek!

[caption id="attachment_348798" align="aligncenter" width="490" caption="Pemandangan Dari Atas Sungai Ayung (doc. Achmad Nurisal)"]

14138479381825858794
14138479381825858794
[/caption]

Setelah sampai di bibir sungai, para rafting guard menyiapkan segala peralatan tempurnya yang sudah dibawa dari atas tadi. Berbagai benda elektronik dimasukkan ke dalam tas anti air dan dipegang oleh Pak Nuklir. Untuk menjaga agar tetap seimbang, beliau mengisi udara ke perahu karet kami dengan menggunakan pompa tangan. Pembagian tempat duduk pun diatur sedemikian rupa. Hasilnya, Mas Marlo berada di depan sebelah kiri perahu; di sampingnya duduk manis Mas Dwi; di belakang Mas Marlo ada Mas Adit dari Pertamina; saya sendiri mendapatkan tempat di tengah, persis di belakang mas Dwi; dan seperti biasa, setiap rafting guard selalu duduk di paling belakang untuk memberikan aba-aba, memilih jalur yang ingin ditempuh, serta menjaga perahu agar tetap seimbang dan tidak terbalik.

“Kita akan senang-senang, saya janji. Jangan kebanyakan pegang tali ya!” Seru Pak Nuklir ketika kami semua telah duduk di atas perahu karet. Dengan logat khas Bali, Pak Nuklir memberikan janji-janji layaknya para wakil rakyat yang sedang berkampanye agar bisa terpilih dan duduk di pemerintahan. Tepati janjinya ya, Pak Nuklir! Hahaha..

Rafting pun dimulai. Adrenalin saya memacu begitu kencang. Setiap aba-aba yang terlontar dari mulut Pak Nuklir saya ikuti. Selama dua jam, kami akan mengarungi Sungai Ayung yang berada di Ubud, Bali. Astaga, ini seperti mimpi!

Bali adalah salah satu destinasi yang ingin saya kunjungi di tahun 2014 ini. Ketika melihat lomba Blog Kompasiana bersama Pertamina dengan tema membincang gas elpiji non subsidi dan berhadiah tour dan visit ke pengisian LPG di Bali, tanpa ragu saya pun langsung ikuti. Tak tanggung-tanggung, saya mengirimkan tiga buah tulisan dengan jangka waktu jeda tayang tiga hari. Tanpa diduga, saya menjadi salah satu pemenang favorit yang ikut berangkat ke Bali. Bucket list atau resolusi ke Bali akhirnya bisa saya contreng di akhir tahun 2014 ini berkat Kompasiana dan Pertamina. Terima kasih banyak Kompasiana dan Pertamina!

”Dayung maju! Dayung maju! Dayung maju! Stop!” Komando Pak Nuklir membuyarkan lamunan saya. Dayung yang saya pegang membentur batu kali besar yang berada di depan. Jadilah saya dimarahi Pak Nuklir.

“Batu jangan dihajar. Rusak nanti dayungnya.” Tegor Pak Nuklir di tengah aliran Sungai Ayung. Sambil nyengir kuda saya meminta maaf kepada Pak Nuklir atas keteledoran yang baru saja saya perbuat.

“Ikuti kata saya ya, kalau mau selamat. Misal ada temannya yang nyiram, ‘dak usah dibalas. Biar saja.” Kata Pak Nuklir sambil terus mendayung.

Tiba-tiba saja dari arah samping, rombongan perahu Fandi, Bang Dzul, Mbak Nur, Mbak Ari, danMas Hendra mengguyur-guyurkan air dengan dayung. Gatal rasanya ingin membalas cipratan ke arah mereka, namun wejangan dari Pak Nuklir terus terngiang di dalam kepala saya. Dengan jemari yang bergetar, saya harus menahan diri demi keselamatan bahtera perahu kami; ikuti kata tetua tim.

“Dayung kanan.. Ayo jangan lemas.” Teriakan Pak Nuklir menggema di dinding-dinding tebing. Disemangati seperti itu, lengan-lengan kami pun mengeras dan mengayuh dayung sekuat tenaga.

Ada kesenangan tersendiri dikomandani oleh Pak Nuklir. Dengan lihai, ia dapat dengan tepat mengarahkan perahu agar tidak terjebak di bebatuan kali Sungai Ayung. Bahkan beberapa kali, perahu kami menolong pengarum jeram yang sedang tersangkut. Pengalaman sepertinya memang guru yang terbaik. Sudah lebih dari sepuluh tahun Pak Nuklir menjadi pemandu rafting di Bali Adventur Rafting. Jadi, beliau sudah hafal betul cara-cara bermain rafting yang baik dan benar tanpa mengurangi keceriaan para awak perahunya.

Ketika melewati jeram yang arusnya cukup deras, biasanya Pak Nuklir akan memutar arah perahu menjadi terbalik. Hal ini yang membuat kami teriak histeris dan menikmati pengalaman berarum jeram. Ajaibnya, meski perahu berjalan terbalik, kami tidak pernah terguling dan hanya satu kali saja tersangkut di batu kali yang besar. Seru!

Di tengah-tengah perjalanan mengarungi sungai, Pak Nuklir sedikit berkisah kepada kami. Dahulu, masih jarang yang mengadakan rafting di Sungai Ayung ini. Hanya ada 5-7 tempat pariwisata saja yang menyediakan pengalaman berarum jeram. Namun kini, sudah banyak sekali yang menjadi pesaing Bali Adventure Rafting. Hal ini dikarenakan mudahnya perizinan dari pemda setempat dalam membuka wisata rafting. Padahal, kata beliau, diperlukan keahlian khusus untuk mendampingi para peserta arum jeram dalam melintasi sungai. Belum lama ini bahkan terdapat wisatawan asing yang tewas akibat kurangnya pengawasan dan pengalaman dari pemandu rafting.

“Bali Adventure Rafting dikelola secara profesional sejak 1989. Wisata rafting ini dimiliki oleh orang bule, asal Australia. Kita memiliki standar tinggi dan untuk keselamatan para wisatawannya.” Kata Pak Nuklir dengan Bangga “Kalau nanti ke sini lagi, bilang saja pesan Pak Nuklir untuk mendampingi, ya. Hahaha..” Kami yang mendengar hanya mengangguk-angguk saja.

Di depan, terlihat rombongan lainnya sedang memarkirkan perahunya di bibir sungai. Kami pun turut serta meminggirkan perahu karet berwarna silver ini ke arah mereka. Pada dinding-dinding tebing, terukir relief-relief yang sangat cantik. Pahatan ini sengaja dibuat sebagai bagian dari obyek wisata dan untuk menarik minat para wisatawan lokal maupun asing mengunjungi Sungai Ayung. Selain beristirahat, kami pun sempat mengabadikan gambar di tempat ini.

[caption id="attachment_348802" align="aligncenter" width="490" caption="Relief Ramayana Di Tebing Sungai Ayung (doc. Arifah Wulansari)"]

1413849746551063443
1413849746551063443
[/caption]

Setelah membunuh lelah selama 30 menit, kami melanjutkan perjalanan kembali. Jujur saja, berada pada posisi rafting selama kurang lebih 2 (jam) membuat kaki saya pegal-pegal. Hal ini disebabkan lutut kita harus terus tertekuk dan salah satu telapak kaki wajib dimasukkan ke dalam kantung di bagian dasar perahu agar keseimbangan selalu terjaga. Berjongkok di wc selama 10 menit saja sudah membuat kaki kesemutan, apalagi berada di posisi ini selama hampir dua jam. Hahaha..

Sesekali terlihat monyet-monyet hutan yang turun di tepi kiri dan kanan sungai. Suara-suara burung pun tak ketinggalan menyeruak di udara. Suasana alami yang jauh dari hiruk pikuk kota ini sangat cocok untuk melepas penat. Apalagi, kata Pak Nuklir, rafting ini sungguh sehat dan dapat menghilangkan stres karena kita bisa berterial-teriak. Tak perlu ditahan, keluarkan saja.

Air terjun yang mengalir deras menjadi tempat pemberhentian kami berikutnya. Lagi-lagi regu kami mengabadikan foto di tempat ini. Airnya segar dan jernih. Ketika membayuri kepala, segala kelelahan dan keletihan pun berangsur sirna. Beberapa turis pun menyempatkan diri untuk melipir ke air terjun ini. Meski tak mengenal satu sama lain, kami saling mencipratkan air dengan dipenuhi gelak tawa.

Akhirnya, setelah mengarungi jeram yang lumayan seram selama dua jam, sampai juga kami di tempat pemberhentian terakhir. Perahu pun bergerak ke pinggir. Pak Nuklir menepati janjinya, kami semua senang meski dilanda kelelahan. Ribuan anak tangga pun seperti meledek kami. Mau tidak mau, kami harus menaikinya satu per satu supaya bisa berganti baju. Terima kasih Pak Nuklir dari Bali Adventure Rafting yang telah mengajak kami mengarungi Sungai Ayung di Ubud, Bali. Sampai kita berjumpa lagi, Pak!

[caption id="attachment_348796" align="aligncenter" width="461" caption="Bersama Pak Nuklir (doc. Dwi Suparno)"]

14138469831376566818
14138469831376566818
[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun