“Bitcoin dapat menyelamatkan jagat transaksi pada suatu hari nanti,” ujar Jeffry Tucker, seorang penulis. Ia sedemikian optimis bahwa Bitcoin akan menjadi “fenomena baru” di kancah perekonomian dunia pada masa depan. Apa yang disampaikannya tentu beralasan. Banyak pihak memang menggadang-gadang bahwa Bitcoin akan menjadi mata uang masa depan. Namun, betulkah demikian? Apa sebetulnya Bitcoin itu? Bagaimanakah mekanisme kerjanya? Serta, seperti apakah sisi “hitam” dan “putih” penggunaannya di masyarakat?
Bitcoin adalah mata uang virtual yang dirancang untuk menghilangkan "perantara" dari transaksi keuangan, yang memungkinkan transaksi secara langsung antarpenggunanya. Bitcoin diciptakan pada tahun 2009 oleh sekelompok programmer yang menggunakan nama samaran Satoshi Nakamoto. Bitcoin dirancang untuk menjadi mata uang desentralisasi. Jadi, sewaktu memakai Bitcoin, kita tak perlu lagi memakai jasa bank sebagai perantara sebab semua transaksi akan dikirim secara langsung ke jaringan komputer para pemakainya.
Siapapun yang ingin memakai Bitcoins harus membuat "Bitcoin Wallet" terlebih dulu. Dompet virtual itu seperti sebuah “akun”, yang fungsinya memberi akses kepada pengguna untuk memakai uang virtual sewaktu berbelanja, serta menyimpan informasinya setelah transaksi.
Selanjutnya, kita perlu menukarkan mata uang konvensional dengan Bitcoin. Nilai kursnya? Cukup tinggi. Berdasarkan berita terakhir yang saya ikuti pada tanggal 3 Januari 2017, nilai tukar rupiah terhadap Bitcoin mencapai 13,7 juta rupiah per 1 Bitcoin. Kenaikan tersebut terjadi akibat banyaknya permintaan Bitcoin di Tiongkok.
Daripada mata uang lain, Bitcoin mempunyai sejumlah keunggulan sebagai berikut. Pertama, Bitcoin itu bebas biaya administrasi. Hal itu tentunya menguntungkan pelaku ecommerce, yang sering melakukan transaksi secara online. Dengan memanfaatkan Bitcoin, mereka tak perlu lagi membayar ongkos administrasi yang dipatok oleh bank karena semua transaksi bersifat langsung tanpa perantara bank. Jadi, transaksi yang dilakukan pun dapat lebih murah.
Kedua, kecuali identitas pemakainya, semua informasi transaksi bersifat transparan. Rincian dari setiap transaksi keuangan yang melibatkan Bitcoin tersedia pada "buku" publik yang disebut sebagai blockchain. Hal itu membuat kita mudah untuk memverifikasi transaksi. Selain itu, sistem tersebut juga membikin Bitcoin sulit dimanipulasi atau diretas karena sifatnya terbuka dan tersebar secara mandiri.
Sementara itu, Bitcoin juga memiliki sejumlah kelemahan berikut. Pertama, nilainya mudah sekali berubah-ubah secara drastis. Hal itu terjadi akibat pengaruh isu politik, ekonomi, dan keamanan suatu negara. Jadi, sewaktu-waktu nilainya bisa anjlok, dan itu tentunya menimbulkan kerugian bagi penggunanya ketika ia akan menukarkan uang virtual itu dengan uang konvensional.
Kedua, Bitcoin bersifat sangat personal sehingga kalau kita kehilangan akses ke Bitcoin, kita bisa kehilangan seluruh uang yang terdapat di dalamnya. Tidak seperti proses transaksi perbankan, yang semua identitas nasabahnya diketahui oleh pihak bank, dalam Bitcoin, semua identitas pemakainya bersifat rahasia alias anonim. Jadi, sewaktu kita ingin mengurus akun Bitcoin yang hilang, kita akan sulit mengajukan klaim kepemilikan akibat tersembunyinya setiap identitas pengguna Bitcoin.
Selain itu, “celah” itu pun sering dimanfaatkan oleh para teroris untuk membiayai aksinya di luar negeri. Semua itu terjadi karena tersamarkannya identitas pelaku sehingga negara sulit melacak aliran dana yang dipakai untuk melancarkan teror.
Itulah sekelumit dua sisi yang terdapat pada bitcoin. Kemudian, apakah Bitcoin akan menjadi mata uang masa depan, seperti yang diramalkan banyak orang? Menurut saya, terlalu dini untuk berpikiran demikian. Sebab, masih terdapat sejumlah kekurangan yang harus dibenahi dalam sistem Bitcoin.
Selain itu, saat ini, belum banyak orang yang memakai jasa Bitcoin sewaktu melakukan transaksi. Maka, boleh dibilang bahwa sekarang Bitcoin masih berada dalam tahap “embrio”. Namun demikian, apakah suatu saat nanti “embrio” itu akan mampu bertahan dan “menetas”? Kita tunggu saja perkembangannya.