Pernahkah Anda mendengar kata ubuntu? Anda yang mengikuti perkembangan dunia teknologi infomasi tentu mengetahuinya. Yang muncul dalam pikiran Anda tentu sebuah program komputer yang kini sedang naik daun. Anda betul 100%. Namun, tahukah Anda tentang filosofi kata itu?
Ubuntu sebetulnya merupakan falsafah hidup yang berasal dari Afrika. Jutaan rakyat Afrika sudah menjadikannya sebagai pedoman hidup selama bertahun-tahun. Bahkan, Nelson Mandela pun menerapkannya untuk merenkosiliasi hubungan antara warga kulit hitam dan warga kulit putih di Afrika Selatan.
Ada beragam definisi untuk kata itu. Namun, secara garis besar, ubuntu bermakna "Kita semua bersama di bumi ini sebagai saudara." Sebuah falsafah yang sungguh indah.
Kita dapat melihat falsafah itu dalam film God Must be Crazy. Film komedi yang diproduksi tahun 1980-an menampilkan kisah Ni Xao, seorang bushman yang mempunyai sifat polos dan tulus. Dalam film itu, Ni Xao sedang pergi menuju ujung dunia hanya untuk membuang sebuah botol cola, yang dianggapnya telah menciptakan kekacauan bagi sukunya.
Namun, ia malah terjebak dalam masalah. Sekelompok perampok berhasil menyandera anak-anak sekolah dan ia membantu seorang petugas hutan untuk membebaskan sandera itu. Bahkan, ia sampai mengorbankan dirinya sendiri dengan menyamar sebagai salah seorang sandera. Yang menarik, ia melakukannya dengan tulus. Tidak ada paksaan atau iming-iming. Itulah ubuntu.
Menghemat Energi Berdasarkan Filosofi Ubuntu
Ubuntu mempunyai manfaat yang aplikatif. Misalnya saja, kita dapat mengamalkannya untuk menghemat energi. Sehubungan dengan itu, saya mempunyai pengalaman tentang edukasi hemat energi di sekolah. Sebagaimana diketahui, setiap kelas di sekolah kami dilengkapi dua AC dan kipas angin. Dalam kegiatan sehari-hari, kami biasanya hanya menghidupkan AC untuk menyejukkan ruangan. Sementara itu, kami baru menggunakan kipas angin kalau AC bermasalah.
Namun, di sebuah kelas, saya melihat AC dan kipas angin dihidupkan secara bersamaan. Tentu saja udara di ruangan itu terasa dingin sekali. Jadi, saya memutuskan mematikan kipas angin. Lalu, saya mengatakan kepada para siswa, "Kita mesti belajar menghemat listrik," dan pada saat itulah seorang siswa protes, "Pak, kan kami bayar." Saya tertegun sejenak. "Kita memang mengeluarkan uang untuk mendapat listrik, tetapi kita harus bijaksana menggunakkannya lantaran krisis energi sedang berlangsung," kata saya. Pada momen itulah, saya merasa edukasi hemat energi harus segera dan sedini mungkin dilakukan. Dengan demikian, pada masa depan, anak-anak lebih sadar dalam memanfaatkan energi.
Falsafah ubuntu sekiranya perlu diajarkan. Berdasarkan filosofi itu, siswa akan memahami bahwa krisis energi bukan masalah segelitir orang saja, melainkan masalah bersama. "Kita semua berada di sini sebagai sebuah keluarga sehingga krisis energi bukan hanya masalahmu, melainkan juga adalah masalahku." Itulah semangat yang disampaikan ubuntu.
Dalam mewujudkannya tentu diperlukan pengawasan. Dalam tradisi masyarakat Afrika, kalau ada anggota suku yang mengganggu keharmonisan, maka tetua sukulah yang berhak menegurnya. Demikian pula, diperlukan figur yang berhak menegur kalau terjadi pemborosan energi di masyarakat. Figur itu bisa berupa kepala keluarga di suatu keluarga, guru di sekolah, atau pejabat di pemerintahan.
Selain itu, cara edukasi hemat energi yang belum efektif juga harus dibenahi. Pada artikel "Menggunakan Poster Hemat Energi di Sekolah", saya menjelaskan cara-cara hemat energi dengan menggunakan media poster. Silakan Anda membaca artikel itu untuk mendapat informasi yang lebih rinci.