Film bertema "terdampar" memang mempunyai kisah yang menarik. Sebut saja film Cast Away (2000) dan Triangle of Sadness (2022) yang sempat saya tonton beberapa waktu yang lalu.Â
Kedua film tersebut tak hanya menyajikan kisah yang sulit ditebak, tapi juga memuat pesan moral yang mampu melekat di benak. Dengan menontonnya kita jadi "diingatkan" bahwa hidup bisa berubah seketika tatkala terjadi sesuatu yang berada di luar kendali kita.
Hal yang sama juga saya rasakan sewaktu menyaksikan film The Wild Robot. Jujur saja film ini amat berbeda dengan dua judul film yang saya sebutkan sebelumnya. Pasalnya tokoh utamanya bukanlah manusia, tapi sebuah robot yang terdampar di sebuah pulau yang hanya dihuni oleh sejumlah hewan.
Robot itu bernama "Roz" (Lupita Nyong'o). Pada suatu hari, Roz mandapati dirinya berada di sebuah pulau yang masih alami (baca: liar). Sebagai robot yang dirancang untuk melayani manusia, awalnya ia sempat merasa "jetlag".
Betapa tidak, di pulau tersebut tidak ada satu orang pun yang bisa dilayaninya. Yang ada hanya sekumpulan hewan usil yang kerap mengganggunya. Alhasil, Roz yang ramah dan serbabisa pun dianggap sebagai "monster" dan diasingkan sedemikian rupa oleh "warga sekitar".
Karena dilengkapi oleh kecerdasan buatan maka Roz belajar beradaptasi. Dia belajar bahasa hewan agar dia bisa berkomunikasi dengan mereka.
Namun, hal itu tetap tidak membuatnya diterima. Sampai, suatu ketika, Roz mempunyai "anak" yang bernama "Brightbill" (Kit Connor).
Brightbill adalah anak angsa yang diadopsi Roz setelah kedua orangtuanya tewas secara tidak disengaja akibat Roz berkelahi dengan seekor beruang Grizzly.
Karena Roz belum pernah jadi seorang ibu sebelumnya, dia dibantu oleh Fink (Pedro Pascal) untuk membesarkan Brightbill. Fink adalah seekor rubah licik yang awalnya berniat memangsa Brightbill.