Seperti judulnya, proses pembuatan Film Darah dan Doa memang membutuhkan banyak "darah" (pengorbanan). Lewat film ini, Usmar Ismail berkesempatan menyalurkan idealismenya sebagai sutradara biarpun harus mengalami perjuangan yang besar dalam membuatnya. Sebuah kesempatan yang tentunya terbilang langka, mengingat pada film-film berikutnya ia terpaksa mengikuti "selera pasar" dan mesti mengesampingkan idealismenya tadi, demi menghidupi rumah produksi.
Darah dan Doa adalah film pertama yang yang diproduksi setelah Indonesia merdeka. Tentu saja film ini membuka "doa" bagi film-film berikutnya. Harapannya, doa tadi dapat terus mengalir pada masa depan, sehingga bisa muncul film-film karya Sineas Indonesia yang tak hanya enak ditonton, tapi juga bisa berbicara banyak di panggung perfilman dunia.
Selamat Hari Film Nasional.
Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H