Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Bersama JNE, Dandelion "Menolak" Layu

3 Januari 2022   07:00 Diperbarui: 3 Januari 2022   07:05 1289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Layanan JNE Hadir di Tengah Masyarakat/Sumber: https://www.tribunnews.com/bisnis/2021/06/22/jne-sebut-60-persen-peredaran-barang-ada-di-pulau-jawa

Dandelion memang bukan bunga yang indah seperti Mawar, bukan pula bunga yang wangi seperti Sedap Malam; ia hanyalah sebuah bunga mungil ber-"topi putih" yang mudah terbang tertiup angin. Kuncupnya biasa muncul pada Musim Semi, mekar pada Musim Panas, dan layu pada Musim Gugur. Begitu layu, angin bisa dengan mudah membawanya, tapi ke mana pun bunga ini terbang, tatkala jatuh ke tanah, ia bisa tumbuh lagi dan lagi.

Cerita tentang siklus hidup Dandelion memang begitu inspiratif. Maka, jangan heran jika kisah tersebut menginspirasi lahirnya nama sejumlah brand. Di antaranya ialah Dandelion Shop yang dirintis oleh Kristina Chandra. Gadis kelahiran Bekasi, 15 Januari 1999 ini mendirikan Dandelion Shop pada tahun 2016 silam. Dandelion Shop (Instagram: @Dandelionshopp_) adalah bisnis berskala UMKM yang menjual produk fesyen, khususnya tas impor. Tas-tas tersebut berasal dari sejumlah negara, di antaranya, Tiongkok, Korea, dan Singapura.

Koleksi Produk Dandelion Shop/Sumber: Dokpri Kristina
Koleksi Produk Dandelion Shop/Sumber: Dokpri Kristina

Dalam mempromosikan produknya, Kristina mengandalkan beberapa marketplace dan Instagram. Ia juga membuka layanan reseller, sehingga setiap orang yang ingin bermitra dengannya bisa merasakan manfaatnya pula. "Seperti halnya Dandelion, gue akan ajarin siapa aja yang mau dan punya keinginan dengan cinta dan keceriaan," tuturnya.

Menjalankan bisnis dalam waktu yang relatif panjang memang bukan perkara yang mudah. Kristina pun mengamini hal tersebut, apalagi pada awal membuka bisnis, ada saja masalah yang kerap ia temui. "Masalahnya seperti produk tertahan di bea cukai, hilang di jalan, rusak di jalan," jelasnya.

Kristina kemudian menceritakan bahwa itu hanyalah "secuil" masalah yang pernah dialaminya; masih ada masalah lain yang kerap muncul terutama sewaktu ia menjual barang di marketplace, di antaranya ialah menemui pembeli yang curang dan menghadapi kompetitor yang sengaja menjatuhkan rating toko.

"Jadi, gue pernah masuk orderan, banyak; orderan yang masuk sebelum kita mengubah status 'siap kirim', itu si pembeli bisa membatalkan orderan. Tapi, kalau kita sudah ubah status jadi 'siap kirim', menandakan kita punya barangnya, dia enggak bisa batalin. Nah, karena orderan sebegitu banyak, gue mesti lihat satu satu. Kan gue harus cek juga ke gudang gue. Namun, enggak lama kemudian, tiba-tiba serentak dibatalkan. Jadi, dia masuk 100 orderan, 100 langsung dibatalkan, dan toko gue kena 'pinalty' selama 2 minggu," katanya.

Kasus lainnya, Kristina pernah pula menerima orderan dari pembeli yang terindikasi ingin menjelek-jelekkan toko dengan memberi ulasan negatif dan kemudian minta retur barang. "Pas kita cari penyelesaian masalah, katanya gak sesuai lah. Padahal, gue sudah jual produk tersebut 500 piece, dan semuanya sesuai," lanjutnya.

Karena beberapa kali menemui pembeli demikian, maka Kristina jadi banyak belajar. Ia pun kini lebih cekatan dalam bertransaksi. Caranya? Ia kerap meminta pembayaran secara tunai. Hal itu dilakukan demi meminimalkan munculnya risiko dalam bertransaksi. "Pokoknya sistem (transaksi) gue cash," katanya.

Selain itu, Kristina juga menggunakan layanan kurir yang terpercaya, seperti JNE. Layanan dari JNE dipilihnya karena dinilai aman dan kredibel, termasuk untuk pengiriman jarak jauh. Maklum, pelanggan Dandelion Shop berasal dari berbagai daerah. "Paling jauh dari Indonesia Timur," katanya lagi.

Untuk orderan barang dalam jumlah yang banyak, Kristina mengaku menggunakan layanan kargo. "JNE punya layanan kargo, namanya JTR (JNE Trucking), itu sering gue pakai," katanya. "Misalnya, dari Jabodetabek, kalau kita kirim 1 kilo pakai JNE Reguler, kan harganya 9 ribu. Sementara, kalau pakai layanan kargo, bisa muat 10 kilo, harganya 25 ribu. Ya mending kita pakai layanan JTR-nya JNE."

Layanan JNE yang Dipakai Dandelion Shop/Sumber: Dokpri Kristina
Layanan JNE yang Dipakai Dandelion Shop/Sumber: Dokpri Kristina

Seperti halnya bunga Dandelion yang mudah menyebar, layanan JNE yang bisa ditemukan di mana-mana juga memudahkan Kristina dalam mengirimkan barang kepada para pelanggannya. Dirasakannya layanan JNE begitu dekat, dan pengirimannya pun tepat waktu, baik untuk layanan Reguler, YES, maupun JTR.

Apalagi, sewaktu berlangsung Pandemi Covid-19, kehadiran JNE yang dekat dari rumahnya dirasa sangat membantunya. Alhasil, biarpun omset yang diterima Dandelion Shop sempat merosot tajam (dalam seminggu penjualannya bisa kurang dari 10 piece), namun berkat adanya layanan JNE, bisnis yang digeluti Kristina masih bisa terus bergulir.

Bagi Kristina, inilah yang penting. Jangan sampai terjadi "modal mati", karena semua uangnya tertahan di barang, dan tidak bisa berputar. "Kalau gue punya prinsip, yang penting barang keluar terus," katanya. "Jangan sampai barang rusak di gudang."

Kehadiran JNE dalam mendukung bisnis UMKM tentu tidak dirasakan oleh Kristina seorang. Di luar sana, masih ada pelaku UMKM lain yang juga merasakan hal yang sama. Terlebih pada masa pandemi seperti sekarang, kehadiran JNE sangat terasa dampaknya. Tatkala mobilitas jadi terbatas, layanan yang diberikan JNE bisa menjadi andalan untuk mengatasi mandeknya bisnis yang dijalankan oleh pelaku UMKM.

Layanan JNE Hadir di Tengah Masyarakat/Sumber: https://www.tribunnews.com/bisnis/2021/06/22/jne-sebut-60-persen-peredaran-barang-ada-di-pulau-jawa
Layanan JNE Hadir di Tengah Masyarakat/Sumber: https://www.tribunnews.com/bisnis/2021/06/22/jne-sebut-60-persen-peredaran-barang-ada-di-pulau-jawa

Selain itu, ada alasan lain yang membuat layanan dari JNE tetap diandalkan. Di antaranya ialah soal kepercayaan. Maklum, sudah bertahun-tahun JNE dikenal sebagai perusahaan logistik yang kredibel dan tepat waktu. Perusahaan yang sudah berdiri selama 31 tahun ini menawarkan jasa pengiriman yang bisa dipertanggungjawabkan dengan baik.  

Kristina pun mengamini hal ini. Sebab, sewaktu ia menggunakan jasa JNE, jarang terjadi keterlambatan dalam hal pengiriman. "Mau pakai YES, Reguler, atau JTR, pengirimanannya tepat waktu," katanya. Hal inilah yang kemudian membuatnya setia menggunakan layanan dari JNE sampai sekarang.

Aspek positif lain yang dimiliki JNE, menurut Kristina, ialah tanggung jawab yang diperlihatkannya. Wajar, apabila terjadi "force majeure" (kebakaran, banjir, dan sebagainya) yang membikin paket yang sedang dikirim rusak atau bahkan hilang, JNE bersedia melakukan ganti rugi. Hal inilah yang menimbulkan rasa aman dalam menggunakan layanan dari JNE.

Di samping itu, layanan yang diberikan oleh JNE juga sudah sedemikian lengkap, yang mencakup JNE Express, JNE Logistic, dan JNE Freight. Lengkapnya layanan tadi dinilai mampu memenuhi kebutuhan setiap lapisan masyarakat, mulai dari pelaku bisnis, marketplace, hingga konsumen. Alhasil, sebagai perusahaan logistik terdepan di negeri sendiri yang berdaya saing global, JNE tak hanya berkontribusi menunjang gaya hidup pada era digital, tetapi juga mendukung bergulirnya perekonomian Indonesia!

Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun