Dandelion memang bukan bunga yang indah seperti Mawar, bukan pula bunga yang wangi seperti Sedap Malam; ia hanyalah sebuah bunga mungil ber-"topi putih" yang mudah terbang tertiup angin. Kuncupnya biasa muncul pada Musim Semi, mekar pada Musim Panas, dan layu pada Musim Gugur. Begitu layu, angin bisa dengan mudah membawanya, tapi ke mana pun bunga ini terbang, tatkala jatuh ke tanah, ia bisa tumbuh lagi dan lagi.
Cerita tentang siklus hidup Dandelion memang begitu inspiratif. Maka, jangan heran jika kisah tersebut menginspirasi lahirnya nama sejumlah brand. Di antaranya ialah Dandelion Shop yang dirintis oleh Kristina Chandra. Gadis kelahiran Bekasi, 15 Januari 1999 ini mendirikan Dandelion Shop pada tahun 2016 silam. Dandelion Shop (Instagram: @Dandelionshopp_) adalah bisnis berskala UMKM yang menjual produk fesyen, khususnya tas impor. Tas-tas tersebut berasal dari sejumlah negara, di antaranya, Tiongkok, Korea, dan Singapura.
Dalam mempromosikan produknya, Kristina mengandalkan beberapa marketplace dan Instagram. Ia juga membuka layanan reseller, sehingga setiap orang yang ingin bermitra dengannya bisa merasakan manfaatnya pula. "Seperti halnya Dandelion, gue akan ajarin siapa aja yang mau dan punya keinginan dengan cinta dan keceriaan," tuturnya.
Menjalankan bisnis dalam waktu yang relatif panjang memang bukan perkara yang mudah. Kristina pun mengamini hal tersebut, apalagi pada awal membuka bisnis, ada saja masalah yang kerap ia temui. "Masalahnya seperti produk tertahan di bea cukai, hilang di jalan, rusak di jalan," jelasnya.
Kristina kemudian menceritakan bahwa itu hanyalah "secuil" masalah yang pernah dialaminya; masih ada masalah lain yang kerap muncul terutama sewaktu ia menjual barang di marketplace, di antaranya ialah menemui pembeli yang curang dan menghadapi kompetitor yang sengaja menjatuhkan rating toko.
"Jadi, gue pernah masuk orderan, banyak; orderan yang masuk sebelum kita mengubah status 'siap kirim', itu si pembeli bisa membatalkan orderan. Tapi, kalau kita sudah ubah status jadi 'siap kirim', menandakan kita punya barangnya, dia enggak bisa batalin. Nah, karena orderan sebegitu banyak, gue mesti lihat satu satu. Kan gue harus cek juga ke gudang gue. Namun, enggak lama kemudian, tiba-tiba serentak dibatalkan. Jadi, dia masuk 100 orderan, 100 langsung dibatalkan, dan toko gue kena 'pinalty' selama 2 minggu," katanya.
Kasus lainnya, Kristina pernah pula menerima orderan dari pembeli yang terindikasi ingin menjelek-jelekkan toko dengan memberi ulasan negatif dan kemudian minta retur barang. "Pas kita cari penyelesaian masalah, katanya gak sesuai lah. Padahal, gue sudah jual produk tersebut 500 piece, dan semuanya sesuai," lanjutnya.
Karena beberapa kali menemui pembeli demikian, maka Kristina jadi banyak belajar. Ia pun kini lebih cekatan dalam bertransaksi. Caranya? Ia kerap meminta pembayaran secara tunai. Hal itu dilakukan demi meminimalkan munculnya risiko dalam bertransaksi. "Pokoknya sistem (transaksi) gue cash," katanya.
Selain itu, Kristina juga menggunakan layanan kurir yang terpercaya, seperti JNE. Layanan dari JNE dipilihnya karena dinilai aman dan kredibel, termasuk untuk pengiriman jarak jauh. Maklum, pelanggan Dandelion Shop berasal dari berbagai daerah. "Paling jauh dari Indonesia Timur," katanya lagi.