Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Salahkah "Mengendorse" Saham?

11 Januari 2021   07:00 Diperbarui: 11 Januari 2021   09:39 757
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lo Kheng Hong/ sumber: lifepal.co.id

Beberapa waktu yang lalu, Raffi Ahmad dan Ari Lasso mendapat "sentilan" dari Bursa Efek Indonesia setelah sebelumnya mereka membagikan pengalamannya dalam berinvestasi saham

Dalam sharing pengalaman tadi, keduanya mengaku memperoleh untung yang lumayan besar dari hasil investasi saham MCAS (PT M Cash Integrasi Tbk). 

Meskipun terkesan biasa dalam investasi saham, namun sharing tersebut malah menimbulkan kehebohan tersendiri di tengah masyarakat. Kedua artis tadi diduga melakukan "endorse" terhadap saham MCAS, yang kemudian berdampak pada pergerakan harga sahamnya. 

Maklum, setelah mereka berbagi cerita tentang keuntungan investasinya, harga saham MCAS kemudian melejit 8% pada perdagangan tanggal 5 Januari kemarin. Kenaikan harga tadi dinilai sebagai "anomali", mengingat tidak ada aksi korporasi apapun yang dilakukan perusahaan. 

Raffi Ahmad/ Sumber: kompas.com
Raffi Ahmad/ Sumber: kompas.com
Atas kejadian tersebut, Bursa Efek Indonesia kemudian meminta klarifikasi dari manajemen MCAS terkait dengan dugaan "endorse" tersebut. 

Manajemen MCAS menjawab dengan tegas bahwa mereka sama sekali tidak menggunakan jasa influencer manapun untuk mempromosikan saham tersebut. Alhasil, sharing yang diberikan oleh Raffi Ahmad dan Ari Lasso tidak ada hubungannya dengan MCAS. 

Tidak lama kemudian, Raffi Ahmad pun memberikan klarifikasi serupa bahwa ia tidak mendapat fee apapun dari MCAS sewaktu membagikan pengalaman investasinya. Ia berkata hanya ingin sekadar sharing tanpa bermaksud mengajak orang lain untuk membeli sahamnya.

Menyoal Endorse Saham

Endorse| Sumber: meetingplay.com
Endorse| Sumber: meetingplay.com
Walaupun sudah berlalu, namun peristiwa itu masih menyisakan sejumlah pertanyaan yang cukup mengganggu pikiran saya: "Apakah salah kalau ada seseorang yang mengoleksi saham tertentu, lalu menceritakan pengalaman investasinya tersebut, seperti yang dilakukan oleh Raffi Ahmad dan Ari Lasso? 

Apakah salah jika ada seorang analis yang membedah prospek saham tertentu, dan kemudian merekomendasikannya kepada masyarakat lewat blog, medsos, atau Youtube? 

Apakah salah apabila ada investor kondang yang membuat pernyataan di media massa tentang saham yang baru saja dibelinya, sehingga hal itu menyita perhatian banyak orang?"

Pertanyaan-pertanyaan di atas memang agak sulit dijawab, mengingat butuh analisis yang lumayan mendalam. Namun demikian, menurut saya pribadi, sebetulnya tidak ada yang salah dengan hal tersebut. 

Tidak ada yang salah kalau ada seseorang yang memutuskan berinvestasi di sebuah saham dan kemudian menceritakannya kepada orang lain. Yang salah adalah kalau ada sesorang yang langsung membeli saham tanpa disertai pertimbangan yang matang hanya karena ada orang lain yang memiliki dan merekomendasikannya.

Opini tadi mungkin terkesan "ketus", tetapi hal itulah yang mesti dicamkan sebaik mungkin, sebelum kita berinvestasi di sebuah saham. Jangan sampai karena kita mengidolakan tokoh tertentu, maka kita langsung mengikuti jejak investasi yang dilakukannya. 

Inilah yang selalu menjadi "barometer" saya dalam berinvestasi saham. Biarpun saya mempunyai investor idola, tapi bukan berarti saya akan ikut membeli saham yang dimilikinya begitu saja. Kadang selera saham yang disukai saya dan idola saya berbeda. 

Sebagai contoh, sudah sejak lama, saya mengagumi Lo Kheng Hong. Investor yang kerap dijuluki Warren Buffett-nya Indonesia ini memang begitu inspiratif. Saat awal-awal berinvestasi saham, saya belajar banyak hal darinya. 

Bahkan, boleh dibilang, Lo Kheng Hong-lah yang mulanya menanamkan mindset investor yang benar dalam batin saya. Kalau sebelumnya belajar pada orang yang salah, mungkin sekarang saya sudah menjadi trader yang hobi berdagang "saham-saham gorengan".

Lo Kheng Hong/ sumber: lifepal.co.id
Lo Kheng Hong/ sumber: lifepal.co.id
Lo Kheng Hong diketahui mempunyai beberapa saham dalam portofolio investasinya. Sebut saja PTRO, MBSS, dan BMTR. Meski ia memegang saham-saham tersebut dalam jumlah yang sangat besar, namun saya tidak serta-merta ikut memilikinya. Alasannya? Karena ketiganya bukanlah saham favorit saya. 

Alhasil, biarpun sama-sama beraliran "value investing", namun saya punya pertimbangan tersendiri dalam menyeleksi saham. Oleh sebab itu, sekagum-kagumnya saya pada sosok Lo Kheng Hong, hal itu tetap tidak memberikan pengaruh apapun terhadap pilihan saham yang ingin saya beli. 

Melakukan Analisis Secara Mandiri

Daripada sekadar ikut-ikutan membeli saham, lebih baik kita menganalisis saham secara mandiri. Bagi sebagian orang, terutama yang masih awam, menganalisis saham mungkin agak ruwet dilakukan. Maklum, ada berbagai aspek yang perlu dipertimbangkan, sehingga terkesan cukup rumit. 

Padahal, berdasarkan pengalaman, menganalisis saham tidak sesulit itu. Tanpa harus mempunyai latar belakang pendidikan ekonomi, sebetulnya seseorang masih bisa melakukan analisis dengan baik, asalkan ia mau membaca berbagai dokumen, mengikuti perkembangan perusahaan lewat berita, hingga menghadiri acara-acara yang diselenggarakan oleh emiten, seperti public expo dan rapat umum pemegang saham.

Makanya, saya setuju sekali dengan nasihat yang disampaikan Lo Kheng Hong untuk investor pemula. "Pesan saya kepada investor baru agar membaca annual report dan laporan keuangan, agar kita tahu apa yang kita beli, jangan membeli karena rumor, jangan membeli karena info dari teman, sangat berisiko dan sangat berbahaya," tuturnya, seperti dikutip dari CNBC Indonesia.

Seperti yang disampaikan Lo Kheng Hong, untuk mengurangi risiko dalam berinvestasi saham, kita memang mesti mengenal suatu saham sebaik mungkin. Kita wajib mengetahui model bisnisnya, kualitas manajemennya, laporan keuangannya, hingga valuasi harganya. 

Semua informasi itu bisa didapat dengan mudah di internet. Kita hanya perlu mengunduh dan mempelajarinya.

Dari situlah kita baru dapat membangun keyakinan apakah saham yang ingin dibeli termasuk saham yang bagus atau tidak. Apabila setelah ditelusuri secara mendalam, kita begitu yakin bahwa saham tersebut memang layak untuk investasi, maka sehebat apapun rumor yang berembus di pasar saham tidak akan menggoyahkan keputusan kita. Inilah yang menjadi pegangan kita dalam membeli dan mempertahankan saham yang dimiliki.

Dengan demikian, kita tidak lagi menggantungkan keberuntungan kita kepada orang lain. Kita jadi lebih bertanggung jawab atas investasi yang kita lakukan, dan jika memang analisis yang dilakukan tepat, sehingga saham yang dipilih ternyata menghasilkan cuan, maka kita akan memperoleh kepuasan yang luar biasa.

Salam.

Referensi:
kompas.com
cnbcindonesia.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Hantu Pocong Lembang, Hiburan Siang di Jalan Macet!

4 bulan yang lalu
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun