Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Inilah 2 Jurus untuk Taklukkan FOMO dalam Investasi Saham

20 Agustus 2020   10:14 Diperbarui: 20 Agustus 2020   13:28 8198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi FOMO | Photo by Melanie Wasser on Unsplash

Belum lama, seorang teman bercerita kepada saya bahwa ia tertarik pada sebuah saham, tetapi "takut" untuk membelinya. Alasannya, valuasi sahamnya sudah mahal. 

Ia merasa sudah "ketinggalan kereta", sehingga kalau pun ia masuk di harga sekarang, maka peluang keuntungan yang diperolehnya terbilang kecil. Alhasil, ia lebih memilih berinvestasi di saham lain, yang menurutnya lebih murah untuk dikoleksi ketimbang saham tadi yang sudah telanjur terbang harganya.

Dalam investasi saham, rasa takut yang "menghantui" teman saya tersebut dikenal dengan istilah Fear of Missing Out (FOMO). Perasaan ini bisa melanda investor manapun, baik yang sudah profesional maupun "newbie". Bahkan Warren Buffett yang disebut sebagai "Peramalan dari Omaha" karena dianggap bisa "menebak" harga saham juga pernah mengalami perasaan ini.

Beberapa dekade lalu, Buffett diketahui pernah tertarik pada saham Walmart. Ia menyukai model bisnis dan kualitas manajemennya.

Namun, ada satu hal yang menghalanginya untuk memborong saham Walmart pada waktu itu, yakni soal harganya yang dinilai begitu mahal. Ia merasa "telat" membeli saham tadi bertahun-tahun sebelumnya ketika harganya masih murah.

Alhasil, Buffett pun batal menyerok sahamnya, dan mungkin itu merupakan salah satu kesalahan dalam investasinya, sebab bertahun-tahun kemudian, harga saham Walmart terus meroket. Buffett telah melewatkan kesempatan yang begitu bagus dari saham Walmart karena ia mengalami FOMO.

Meskipun sering terjadi, namun bukan berarti gejala FOMO sukar diatasi. Berdasarkan pengalaman, setidak ada dua "jurus" untuk menghilangkan FOMO.

1. Memeriksa Valuasi Saham
Beberapa minggu sebelumnya, saya membeli sebuah saham, yang dalam empat bulan terakhir harganya sudah melesat hingga 100% lebih. Jelas saya sudah terlambat membeli sebelumnya. Ini sungguh disayangkan. Padahal, saya tahu bahwa pada kuartal kemarin, kinerjanya begitu cemerlang. Labanya melonjak tajam dan harga sahamnya pun terlihat pulih.

Meski begitu, saya menunda membelinya karena saya ingin melihat laporan keuangannya pada kuartal berikutnya. Andaikan tetap baik, maka saya bakal masuk ke saham tersebut. Menurut saya, ini lebih aman, mengingat kinerja pada satu kuartal belum bisa menunjukkan prospek saham tadi dalam jangka panjang.

Namun, di luar perkiraan, harga saham tadi malah melesat dengan cepat! Ternyata ada begitu banyak investor yang mengapresiasi sahamnya, sehingga hanya dalam waktu beberapa bulan saja, persentase kenaikan harganya sudah menembus tiga digit!

Beberapa bulan kemudian, emiten merilis laporan keuangan terbaru. Hasilnya? Ternyata lebih bagus daripada kuartal sebelumnya. Tentu saja saya jadi semakin berminat mengoleksi sahamnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun