Biarpun pasar saham sedang "kembang-kempis", setidaknya investor bisa sedikit "bernapas lega" karena beberapa perusahaan memutuskan membagikan dividen interim jelang akhir tahun. Jumlah perusahaan yang memberikan dividen pada periode ini memang terbilang sedikit, hanya puluhan saja.
Nominal dividennya pun lebih kecil daripada nominal dividen yang dibagikan pada pertengahan tahun. Hal itu tentu bisa dimaklumi karena laba yang diterima perusahaan belum maksimal, sehingga dividen yang disetorkan pun hanya separuhnya.
Sebetulnya tidak ada kewajiban bagi perusahaan untuk menyetorkan dividen lebih dari satu kali dalam setahun. Biasanya perusahaan cukup membayar dividen sekali saja, yakni pada pertengahan tahun, karena pemberian dividen secara berlebihan dianggap kurang efektif. Lebih baik dana yang tersedia ditahan dan diputar kembali untuk bisnis, sehingga perusahaan bisa bertumbuh lebih baik pada masa depan.
Meski begitu, saya cukup beruntung bahwa perusahaan yang sahamnya saya beli ternyata menyetorkan dividen pada bulan ini dan bulan depan. "Berkah" ini terjadi tanpa disengaja. Sebab, niat awal saya saat membeli saham perusahaan itu adalah untuk memperoleh capital gain, bukan dividen.
Hal itu perlu dipahami karena saya kurang begitu tertarik mengincar dividen. Selain potongan pajak yang besar, yakni 10%, saya juga pernah terkena "dividen trap".
Saya berharap tak hanya keuntungan berupa dividen, tetapi juga capital gain karena biasanya harga saham akan naik jelang cum date.
Namun, yang terjadi justru di luar harapan saya. Alih-alih naik, harga saham tersebut malah menyusut karena situasi pasar saham yang sedang "goyang"!
Pada akhirnya, saya memang mendapat dividen, tetapi jumlahnya tidak sebanding dengan capital loss yang saya terima.
Saya sudah salah membikin perhitungan. Saya sudah terjebak oleh "rayuan" dividen yang nominalnya kecil dan mesti menjual saham dalam posisi rugi.
Income Investing
Walaupun bisa menjebak, ada juga investor yang justru menjadikan pembagian dividen sebagai strategi investasi. Strategi ini dinamakan "income investing".