Saya bisa melakukan averaging down. Saya borong 10.000 lembar saham lagi di harga 500, sehingga total, saya punya 20.000 lembar saham dengan harga beli rata-rata 750 per lembar. Begitu harganya berbalik naik, saya bisa untung besar!
Jurus ini tak hanya bisa menyelamatkan portofolio saham yang sedang "sekarat", tetapi juga mengubah musibah menjadi berkah. Satu contoh yang bisa diambil adalah kasus DR Tan Chong Koay.
DR Tan Chong Koay adalah pendiri Pheim Asset Management, yang mengelola beragam jenis produk reksadana. Sebagai seorang praktisi yang berkecimpung di pasar modal selama 40 tahun, ia telah melewati berbagai krisis, dari yang skalanya kecil hingga besar.
Satu krisis yang terpatri dalam ingatan DR Tan ialah krisis ekonomi tahun 2008. Pada waktu itu, saat investor lain "gigit jari" lantaran portofolio sahamnya "berdarah-darah", ia justru memperoleh banyak berkah.
Semua itu bisa terjadi karena ia melakukan averaging down. Ia tahu bahwa saat terjadi krisis tadi, mayoritas saham yang dikelolanya anjlok cukup dalam. Alih-alih jual rugi seperti yang dilakukan investor lain, ia justru mempertahankan saham-saham tersebut.
DR Tan juga mujur karena perusahaan investasinya memiliki uang tunai yang berlimpah sehingga ia bisa memborong lebih banyak saham bagus yang harganya sedang didiskon. Setahun kemudian, bursa saham "mantul", dan ia pun menuai capital gain ratusan persen!
Untuk menerapkan jurus ini, investor mesti mempertimbangkan dua syarat. Pertama, saham yang dipilih mesti mempunyai fundamental yang bagus. Saham-saham jenis ini biasanya mudah "mantul" harganya setelah diterjang krisis.
Kedua, siapkan dana cadangan. Ini penting dilakukan karena dana itu bisa menjadi "amunisi" dalam situasi krisis. Bagaimana kita bisa membeli saham yang harganya rontok kalau rekening sedang kosong? Jadi, investor seyogyanya menyiapkan dana itu untuk berjaga-jaga.
"Menukar Saham"
Jurus ini umumnya dilakukan oleh Warren Buffett. Contohnya, ketika Buffett merasa bahwa investasinya di suatu saham tidak berkembang, ia tidak segan langsung menjual saham tadi, dan kemudian membeli saham lain yang lebih prospektif.
Jurus ini pula yang sering saya terapkan. Saya ingat, sewaktu ingin membeli saham yang punya prospek cerah, tetapi kebetulan sedang tidak ada uang, saya biasanya mencari saham saya yang kinerjanya sedang "redup". Saya jual saham tadi sebagian atau seluruhnya, lalu saya beli saham yang lebih potensial.
Jurus ini tak hanya bisa memangkas kerugian, tetapi juga membalikkan kerugian tadi menjadi keuntungan. Sebab, kalau saham yang baru dibeli terbukti menghasilkan cuan yang besar, kerugian yang didapat dari investasi sebelumnya bisa ditutupi.