saham yang dibelinya sedang turun harganya. Pada minggu kemarin, ia membeli saham tadi di harga 1.800-an. Meskipun Price Earning Ratio-nya sudah di atas 20 kali, ia nekat membeli saham tadi karena pada waktu itu, harganya naik cukup signifikan. Sepertinya ada begitu banyak orang yang memborong saham tersebut sehingga harganya ikut terkerek lebih dari 4%.
Beberapa hari yang lalu, seorang teman mengeluh bahwaDengan harapan bahwa tren akan terus positif beberapa hari kemudian, teman saya kemudian membeli saham tersebut sekaligus. Beberapa hari berikutnya, harganya memang masih berada di "zona hijau". Sesaat ia masih bisa menikmati potensi keuntungan beberapa persen atas investasinya.
Namun, tren pasar kemudian berbalik. Jika sebelumnya beramai-ramai mengoleksi sahamnya, kini investor "kompak" menjual saham tadi. Dalam tiga hari berturut-turut, harganya jeblok, dan hal itu menyapu semua keuntungan yang bisa diperoleh teman saya. "Zona hijau" yang muncul di aplikasi sekuritasnya mendadak menjelma "zona merah"!
Teman saya pun dibuat galau atas peristiwa tadi. Maklum, ia baru menjadi investor saham, sehingga tidak begitu tahu cara mengelola "saham nyangkut" demikian.
Alih-alih terus larut dalam kesedihan seperti teman saya, investor berpengalaman justru menyambut gembira apabila saham yang dipegangnya sedang "nyangkut". Apalagi kalau saham itu punya fundamental bagus. Penurunan harga bisa diartikan sebagai kesempatan untuk membeli lebih banyak.
Sayangnya teman saya tidak menyiapkan dana cadangan untuk melakukan hal itu. Pasalnya, ia membeli saham tadi sekaligus, tidak dicicil sedikit demi sedikit.
Akibatnya, begitu harganya turun, teman saya tidak punya "amunisi" untuk menambah porsi sahamnya. Terpaksa ia "gigit jari", menunggu saham yang dibelinya berbalik ke posisi sebelumnya. Investasi yang tadinya untuk "jangka pendek" tiba-tiba berubah jadi "jangka panjang"!
Jika investor berada dalam situasi demikian, bukan berarti tidak ada jalan keluar lain yang bisa dilakukan. Setidaknya ada 3 jurus yang bisa dilakukan untuk mengakali "saham nyangkut".
Jurus ini hanya dipakai untuk saham-saham tertentu yang memiliki fundamental yang bagus. Caranya, investor menambah porsi saham ketika harganya jatuh cukup dalam.
Misal, saya mempunyai 10.000 lembar saham ABCD. Saham tadi dibeli di harga Rp 1.000 per lembar. Namun, akibat terjadi krisis, harganya turun jadi Rp 500.
Saya bisa saja melepas saham tersebut, tetapi karena punya fundamental yang baik, saya memutuskan tetap menggenggamnya. Lagipula, saya masih punya uang tunai untuk membeli saham tadi.