Sebab, di toko tersebut, ia telah bekerja selama 20 tahun lebih. Ia terus bertahan di pekerjaan tersebut selama bertahun-tahun tanpa pernah sedikit pun tertarik "hijrah" ke pekerjaan lain. Hingga, pada suatu hari, toko tadi habis terbakar dan ia terpaksa kehilangan pekerjaan ketika ia sudah beranjak tua.
Kasus demikian memang memerihkan mata. Namun, mau bagaimana lagi? Menyalahkan keadaan? Meratapi nasib? Saya pikir percuma. Sebab, hidup masih terus berlanjut.
Biarpun terasa berat, bukan berarti dalam "situasi darurat" demikian, tidak ada solusi yang akan muncul. Jika menggunakan sudut pandang berbeda, bukan mustahil kita akan menemukan jalan keluar alih-alih terus terfokus pada kesulitan hidup yang akan dihadapi.
Misal, bukankah kita bisa memulai sesuatu yang baru? Menemukan pekerjaan baru? Mempelajari keterampilan baru? Atau, bahkan, merintis usaha baru?Â
Ada paman-paman saya yang semasa muda berhenti bekerja kepada orang lain, kemudian menjalankan usaha hingga menjadi besar, dan kini bisa hidup sejahtera. Kalau disikapi dengan cara demikian, krisis tadi ternyata bisa berubah menjadi peluang yang bagus.
Saya tentu tidak ingin terlalu oportunis dalam situasi demikian. Namun, saya paham, bahwa kalau kita hanya stuck di posisi yang sama, situasi tidak akan banyak berubah. Jadi, meskipun dalam suasana prihatin, saya berharap dan berdoa semoga kehidupan karyawan di sana bertambah baik pada masa depan.
Salam.
Adica Wirawan, founder of Gerairasa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H