Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Menyelidik "Bisikan Sontoloyo" di Lantai Bursa

29 Oktober 2018   10:09 Diperbarui: 29 Oktober 2018   11:26 562
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sekitar seminggu yang lalu, seorang teman tiba-tiba mengirimi saya sebuah chat yang isinya rekomendasi tentang daftar saham yang diperkirakan akan naik harganya pada saat itu. Segera saja saya tertarik. Betapa tidak! Kalau ada orang yang bermurah hati mau berbagi "kabar baik", bukankah kita mesti menyambutnya dengan antusias?

Makanya, kemudian saya terlibat chat yang lumayan panjang dengannya. Dari obrolan yang kami lakukan diketahuilah bahwa ia mendapat kabar itu dari para analis perusahaan sekuritas. Setiap hari, mereka memang rutin menginfokan daftar saham yang diprediksi akan "lompat" nilainya.

Informasi yang disampaikan pun cukup detail, disertai dengan harga beli, harga jual, dan presentase keuntungan yang akan diperoleh. Oleh karena saya orangnya senang menyelidik, saya pun bertanya, "Lalu, kira-kira berapa persen ketepatannya selama ini?"

Teman saya menyebut angka 60%. Ha? Prediksinya hanya segitu? Kata saya dalam hati. Jauh banget dari harapan awal saya, yang mengharapkan kisaran angka 85-90%. Makanya, begitu tahu tingkat ketepatannya serendah itu, informasi yang tadinya dianggap "kabar baik" itu menjelma "kabar buruk" seketika, terutama kalau saya mempercayainya!

Kabar yang "beraroma" spekulasi seperti itu sebetulnya bukanlah hal baru di dunia saham. Lihatlah televisi yang khusus menyiarkan info tentang situasi bursa. Tengoklah situs-situs berita yang menawarkan informasi seputar saham. Amati pula situs perusahaan sekuritas atau grup-grup whatsapp khusus investor saham yang rajin berbagi hasil analisis tentang pergerakan suatu saham.

Semua media tersebut kerap "membanjiri" investor dengan "kabar abu-abu" tentang prediksi harga saham, yang belum tentu pas hasilnya.

Kabar itu pun kemudian menjelma "bisikan-bisikan" yang mampu memengaruhi keputusan investasi seseorang. Pasalnya, bagi orang yang masih bingung dan bimbang menimbang saham, kabar itu bisa jadi patokan.

Apalagi kalau kabar demikian disertai data-data yang terlihat meyakinkan, investor bisa langsung terpincut, menelan mentah-mentah informasi itu tanpa pikir panjang lagi. Ia pun membeli saham-saham rekomendasi yang memang sedang populer sesuai petunjuk "bisikan" yang diterimanya.

Jika sampai terjadi demikian, bisa-bisa orang tersebut terkena "jebakan". Sebuah "jebakan" yang ujung-ujungnya bisa merugikan dirinya sendiri; sudah harga sahamnya melenceng dari prediksi, uangnya juga tergerus akibat salah pilih saham yang dibeli. Apes nian!

Memang kita perlu bijak menyikapi "bisikan-bisikan" demikian. Sebab, tidak semua "bisikan" yang beredar benar adanya. Saya pribadi sering mengabaikan "bisikan" itu, biarpun itu disampaikan seorang ahli sekalipun.

Saya lebih tertarik menyimak strategi berinvestasi, alih-alih "daftar saham potensial", yang jelas-jelas sukar sekali diprediksi pergerakannya di lantai bursa. Jika saya mengikuti informasi simpang-siur tersebut, itu terlalu "berbahaya". Sebab, semua risiko menjadi tanggungan saya, bukan pihak lain.

Untuk itulah, kalau menjumpai "bisikan-bisikan" tertentu di pasar saham, saran saya, bersikap kritislah. Pilah dan pilihlah dengan bijaksana. Jadilah "seorang detektif" yang cermat menyelidik, memeriksa, dan membedah kebenaran suatu informasi. Jangan sampai kita termakan oleh "bisikan sontoloyo" demikian, yang ujung-ujungnya bisa merugikan kantong kita.

Salam.

Adica Wirawan, founder of Gerairasa

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun