Sepasang wanita cantik sedang berfoto di dekat sebuah motor cross yang dipajang di atas panggung. Dalam balutan baju sport berwarna hitam, hijap abu-abu, celana jeans biru, dan sepatu skets, mereka tampak luwes berpose di depan kamera.
Awalnya, saya mengira mereka adalah model yang sengaja diundang untuk mempromosikan motor tersebut. Namun, sewaktu mereka menaiki panggung utama dan memperkenalkan diri, saya baru sadar bahwa mereka adalah rider yang mewakili Indonesia dalam ajang Asia Cross Country Rally yang diselenggarakan di Thailand dan Kamboja.
Mereka bernama lengkap Ayu Wulandari dan Irma Finanda. Dalam kejuaraan itu, Ayu akan mengendarai Hasqivarna Husaberg FE250, sementara Irma akan menunggangi KTM 250 EXC. Dalam acara press conference, yang digagas oleh JNE dan Furukawa Battery Indonesia Rally Team itu, mereka menjelaskan tantangan yang dihadapi jelang latihan.
Lantaran baru pertama kali ikut kejuaraan tersebut, mereka mengaku melakukan persiapan khusus beberapa bulan sebelumnya. Irma dan Ayu telah melakukan latihan dengan motor dua tak di Bali. Di sana mereka "menjajal" medan yang berat, agar terbiasa dengan trek yang akan dilalui di Thailand dan Kamboja.
Semua itu dilakukan agar mereka siap menghadapi situasi apapun. Sebab, dalam kejuaraan rally itu, mereka dituntut bisa mencapai tujuan tepat waktu. Selain itu, mereka juga menjelaskan belajar membaca road book. Sepertinya itu adalah keterampilan yang wajib dikuasai. Sebab, sewaktu mereka melintasi trek, tak ada panduan jalan yang boleh dipakai, kecuali road book.
Makanya, keterampilan untuk menafsirkan road book menjadi sesuatu yang penting. Jangan sampai mereka memboroskan waktu perjalanan lantaran salah mengambil rute alias "nyasar". Kalau sampai terjadi demikian, peluang untuk menyabet juara tentu akan kecil. Padahal, mereka berdua memasang target bisa masuk tiga besar, atau juara.
Persoalan navigasi juga "menghantui" off-roader Memen Harianto. Bersama dua rekannya, yaitu Rimhalsyah dan Lody Natasha, ia pun akan terjun ke ajang rally itu. Mereka akan melintasi trek yang berat dengan mengandalkan mobil T1G Jeep Cherokee XJ.
Untuk memuluskan perjalanan mereka yang tentunya akan penuh dengan lika-liku, beberapa strategi pun dilakukan. Sebagai contoh, mereka melakukan pembagian tugas secara cermat. Co-driver yang duduk di depan bertugas membaca book road, dan memandu driver dalam melewati medan utama.
Sementara itu, co-driver yang duduk di belakang berperan melakukan koreksi. Apabila co-driver salah membaca navigasi, ia berkewajiban memberi kritik dan saran. Oleh karena bekerja dalam sebuah tim, kekompakan jelas perlu ditumbuhkan. Jangan sampai terjadi perselisihan yang dapat menghambat laju mobil.
Persiapan yang matang jelas perlu dilakukan. Maklum saja, trek yang akan mereka lintasi terbentang sejauh 2.400 km, dan menghabiskan waktu enam hari perjalanan. Dalam perjalanan itu, mereka akan menemui lintasan yang berlumpur dan berbatu.
Belum lagi, faktor cuaca juga sulit diprediksi. Bisa jadi, perjalanan mereka terhambat lantaran cuaca yang tiba-tiba berubah menjadi buruk. Makanya, sebagai driver, Memen menyebut akan tetap mengandalkan mobil T1G Jeep Cherokee XJ, sebab mobil itu sudah dikuasainya dengan baik dan dinilai tangguh menjajal berbagai situasi.