Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Buku Cetak di "Persimpangan" Zaman?

17 Mei 2018   12:07 Diperbarui: 17 Mei 2018   19:04 2219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
buku-buku koleksi saya (sumber: dokumentasi pribadi)

Namun, apa yang sebetulnya saya dapat dengan mengoleksi buku hingga saya keukeuh mengeluarkan cukup banyak uang? Semua buku yang saya baca memang tidak memberi apapun kepada saya, kecuali informasi penting yang mengubah cara hidup saya.

Sebut saja buku Use Your Head, karangan Tony Buzan. Saya menemukan buku itu di perpustakaan jurusan. Isinya lebih banyak membahas teknik-teknik belajar. Setelah selesai membacanya dalam waktu lima hari, saya merasa tergugah. Sebab, saya memang sedang membutuhkan panduan belajar yang praktis untuk memperbaiki nilai ip saya.

Makanya, saya mencoba semua teknik belajar yang disampaikan di situ. Hasilnya? Nilai saya melesat! Berkat penerapan teknik itu, pernah dalam satu semester, saya diganjar IP 3,9! Pada saat itu, mata saya melihat cahaya kesuksesan yang luar biasa! Saya yang sebelumnya tergolong sebagai mahasiswa yang "ogah-ogahan" kemudian mendapat motivasi yang kuat untuk "menaklukkan" semua mata kuliah di setiap semester.

Semua itu berawal dari buku. Andaikan saya malas membaca buku tersebut, saya mungkin hanya akan mendapat nilai standar di bangku kuliah. Itulah manfaat besar yang saya tuai dari membaca buku.

Oleh sebab itu, saya kemudian terus melanjutkan kebiasaan membaca buku sewaktu memasuki dunia kerja. Biarpun terus disibukkan oleh berbagai tugas sehingga intensitas membaca buku cenderung turun daripada sebelumnya, saya masih menyempatkan diri untuk membaca buku.

Sedikit demi sedikit, saya pun tetap mengoleksi buku hingga kini tercatat sekitar 200 judul buku bersemayam di lemari saya. Namun, sayangnya, itu menimbulkan sedikit masalah. Sebab, saya hanya punya sedikit ruang untuk menyimpan buku-buku koleksi saya. Oleh sebab itu, saya mesti membatasi diri dalam mengoleksi buku. Jangan sampai semua buku tersebut tercecer dan terbengkalai lantaran tak ada tempat untuk menaruhnya.

Apakah sebaiknya saya beralih mengoleksi buku digital saja yang jauh lebih hemat kertas dan tempat? Entahlah. Sebab, selama ini, saya merasa kurang menikmati buku digital. Bagi saya, informasi yang dituang ke dalam lembar demi lembar kertas sebuah buku cetak terasa lebih "legit" di pikiran. Makanya, biarpun punya koleksi buku digital, saya lebih favorit membaca buku cetak.

Namun demikian, saya tetap perlu mempersiapkan diri dalam menyambut perubahan. Sebab, tren buku cenderung mengarah kepada dunia digital. Apalagi kini berkat teknologi virtual reality dan augmanted reality, buku bisa dinikmati dalam wujud tiga dimensi.

Makanya, jangan heran kalau pada masa depan, saat seorang anak membuka buku, akan keluar beragam objek virtual layaknya film Jumanji, dan tren membaca buku pun akan turut berubah mengikuti laju zaman.

Selamat Hari Buku Nasional 2018!

Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun